Waktu memang terasa cepat saat pengguna waktu itu sedang dal keadaan darurat, bisa jadi dua puluh empat jam rasa satu jam. Waktu yang di beri bu Sulastri sudah habis bahkan sudah lewat dua puluh menit yang lalu. Arif sama sekali sudah tidak memeperdulikan itu, saat ini ulat bulu lebih penting dari bu Sulastri.
Setelah bel berbunyi lebih dari dua puluh menit, itu menandakan masih dalam waktu istirahat. Bu Sulastri sengaja tidak kembali ke ruang guru, dan memilih untuk menunggu Arif di kelas. Juga demi puisi yang akan bu Sulastri dapatkan dari Anne, pujaan hatinya itu pasti akan bertambah rasa cintanya setelah mendengar puisi indah karya bu Sulastri KW itu.
Berkali-kali bu Sulastri menengok jam di tangan kananya, waktu semakin berkurang dan sebentar lagi bel masuk kelas. Dahinya kembali menetap di kedua sikunya sambil memejamkan mata.