Sudah semestinya lapangan itu ramai di pagi hari. Banyak sekali mereka kalangan muda yang ber olahraga, mulai dari push up, lari kecil, atau hanya sebatas jalan pagi bareng kekasih sekalipun. Vino lari kecil seoarang diri, berlari mengelilingi lapangan sambil memegangi perutnya yang sudah mulai protes menganggu, berisik.
"Permisi, mau gorenganya mbak" Vino duduk di samping wanita yang sedang sibuk menata dagangan di bawah pohon. Vino menatap sejenak setelah wanita itu menoleh kebelakang, lalu terlihat tertahan tertawa melihat kucir rambut aneh Maysaroh.
"Oh ternyata kamu, kalau boleh tau kamu bangun jam berapa kok jam segini sudah jualan?" Tanya Vino panasaran.
"Jam 3, kenapa emang?" Jawab May ketus. May mengerucutkan bibirnya lalu mengambil kantong kresek dari dalam kotaknya. Keringat dingin mulai mengalir deras di sekujur tubuh May, berkali-kali di hempas nafasnya begitu keras. Tidak ada senyum dari May, tapi beribu bunga beterbaran di hatinya.
"Lama banget ambil gorenganya, bisa kabur nih gua!" Vino geregetan dengan sikap May yang sok lembut. May masih menaruh satu ote-ote andalanya, Lalu menyapa orang-orang di sekililingnya.
"Selamat pagi ibuk, gorenganya masih anget bu, nyesel lo kalo nggak Coba" May menyapa tante-tante dengan wajah berbinar, yang di Sapa hanya diam, tetapi matanya melirik ke arah Vino. Lalu mampir untuk sekedar pamer gelang emas yang berjajar sampai sikunya, duduk di samping Vino dan memainkan suara gelang dari tanganya.
"Ngapain ih ini si emak-emak" Protes Vino dalam hati, Lalu duduk bergeser lebih jauh sambil bergedek heran. May mengamati geli, dan senyum bangga dengan tante-tante. Karena sudah membantu misinya.
" Ibu mau yang mana, berapa?" Tanya May ramah.
"Ambilin tahu satu aja, nanti kalau kurang saya ambil lagi" Kata tante dengan logat genitnya.
"Oh siyap bu, ini silahkan" May menyodorkan gorengan di wadah berukuran kecil itu. Lalu manatap Vino yang manyun sambil memainkan HP nya. Tidak tau kenapa, May jadi gemas ingin terus membuat Vino marah.
" Punyaku mana? Padahal aku lo yang pesan duluan" Kata Vino tidak terima. Dia melempar bekas botol minum ke tempat sampah dengan sangat keras. Spontan May dan Tante-tante menoleh kaget.
"Loh nak ganteng kok ngambek, tuh lihat gantengnya ke bawa angin lo" Kata Tante usil. Vino melirik sinis, mirip ibu-ibu yang sedang kedatangan penagih utang.
May mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya, mencari ide agar Vino lebih lama lagi duduk di basecampnya. Kemudian di raih lembaran kardus yang terbelah menjadi dua, lalu mengibaskan ke sebuah mangkok kecil berisi gorengan milik Vino.
"Mana??" Tanya Vino sekali lagi, dengan muka semakin garang.
"Masih di kipasin, panas banget kasian kamu nanti Luka lidahnya"
Mendengar jawaban May, Vino langsung membalik kan badan dengan sejuta amarahnya, dia tetap diam tapi menyeramkan. May kegirangan merasa telah berhasil dengan misinya.
"Sudah??" Tanya Vino untuk ke dua kalinya, volume suaranya saat itu lebih keras dari sebelumnya. Dia sudah tidak bisa menahan rasa laparnya
"Memilih bersabar atau tidak mendapatkan nikmat sama sekali!" Jawab May sok bijak, Vino menggelengkan kepala, menepuk dahinya, dan menarik nafas panjang pasrah.
May seolah-olah tidak mengerti apa-apa, ia tetap mengipasi gorengan. Sampai-sampai May merasa masuk angin, akibat kebanyakan angin. Senyumnya tiba-tiba muncul, dan melirik hati-hati ke arah Vino. Lirik merem lirik merem, sambil memegangi perutnya menahan tawa. Tante-tante itu segera menyenggol perut May dengan sikunya.
"Ini lo nak ganteng, si mbaknya dari tadi senyum-senyum terus lihat kamu, kayak gemes gimana gitu lo" Tante mencoba memancing Vino dengan triknya. May mendadak kaget dan kehilangan ke seimbangan. Dan pyaarr.. mangkok berisi saos tomato itu jatuh dan muncrat tepat di atas sepatu baru Vino.
Vino melotot geram, dengan mengepalkan tanganya tanpa di mainkan.
"Hari ini kamu sudah keterlaluan membuatku marah! Nama kamu siapa haa?"
"Aku ingin memarahimu lengkap dengan namamu!" Suara Vino begitu gagah, marahnya tidak terlalu seram, tapi justru terlihat keren. Rupanya ini salah satu jurus aman Vino untuk mengetahui nama May.
"Ma'af kak" May merasa bersalah dan diam ketakutan.
"Panggil saja aku May kak" Tambah May lirih, di susul senyum tipis yang cepat-cepat ia sembunyikan. Ahirnya, ini adalah sesuatu yang di impikan May. Vino sudah mengenali namanya.
Vino tidak secepatnya menyambung marahnya, dia terlihat menahan nafas agar perut keronconganya tidak bersuara. Tapi rupanya ia gagal. Dan kruuukk..!
May menggigit bibirnya, dengan memejamkan satu mata sebelah kirinya.
"Kak Vino lapar ya, ma'af ya ini gorenganya, gratis kok" May mencoba menawarkan gorengan miliknya.
"Telat!" Jawab Vino jutek, lalu ia pergi meninggalkan May yang masih kebingungan, takut, dan merasa bersalah.
Selera menerapkan hidup sehat Vino hari itu buyar, dia memilih mampir di sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari tempat May. Lalu memesan kopi pahit tanpa gula, Dan mie rebu dengan 10 cabai, Vino frustasi.
Dari kejauhan, May terus mengamati bayangan Vino dengan mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi. Berharap cowok idamanya itu selalu aman dan selamat.
"Sudah-sudah nanti encok lo kepalanya" Cetus tante itu mengagetkan May.
" Ya memang begini anak muda, dikit-dikit jatuh cinta, sebentar lagi putus cinta" Tambah tante itu lagi, bibirnya serong-serong ke kanan kiri, dengan bola mata berputar atas bawah. Ekspresi itu membuat May jenkel, lalu May membalas dengan senyuman tipis penuh keterpaksaan, dan menatapnya kesal.
May kembali memasarkan gorenganya, tidak ada waktu libur sekalipun bagi May. Dia harus tetap berjualan di hari libur untuk membantu modal jualan esoknya di hari senin.
"Gorengan anget, Krispy, yang beli di jamin tambah cantik, yang laki tambah ganteng, yang janda tambah lagi Suami" Entah trik apa lagi ini yang di andalkan May. Dia berjalan menghampiri sekerumpulan ibu-ibu yang sedang sibuk ghibah dengan tema masing-masing, entah mungkin ada sabagian yang menjanda, sehingga salah satu dari mereka menanggapi tawaran May.
"Beneran yang janda dapat suami lagi?" Tanya salah satu Ibu penasaran, seketika perbincangan mereka berhenti.
"Ya begitu bu Do'a saya" Ujar May meyakinkan. May menaruh gorengan di tengah-tengah lingkaran bentuk duduk mereka, lalu mereka menyantap demi sebuah do'a penurun jodoh dari langit.
Kurang dari Lima belas menit gorengan itu ludes tak bersisa, melihat itu May langsung kegirangan. Ternyata ia harus pandai-pandai merancang trik untuk membuat pelanggan klepek-klepek.
"Wah nak, enak banget lo gorengan kamu, hebat ya masih muda sudah bekerja keras"
"Terimakasih bu, doain saya"
Ibu-ibu itu memeluk May empati. Sedang May terbengong sebentar, lalu terkejut sekaligus bahagia. Tidak manyangka Vino kembali lagi menghampiri May di tengah-tengah kerumunan ibu-ibu.