"Kak aku pergi dulu ya" May menyambar lengsernya dari atas meja. Tapi tangan Vino menarik kuat lengan May, hingga May hampir saja terjatuh. Vino menatap May dengan berjuta kemarahan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Vino, ia hanya marah lewat matanya.
"Kenapa kak"? Tanya May berlagak tidak tau.
Vino menggapitkan kedua tanganya di pinggang, lalu sibuk menata nafasnya yang terengah karena cabai bomnya May. Bibirnya memerah matanya sedikit berkaca-kaca.
"Aww.." Vino tiba-tiba memegangi perutnya kuat-kuat, tubuhnya lemas hingga badanya lunglai ambruk di atas meja.
May panik melihat keringat yang bercucuran di tubuh Vino, wajahnya semakin pucat dan ia hilang kesadaran.
"Kak Vino, kaak!" May mengoyak tubuh Vino, dia menangis ketakutan.
Anne yang kebetulan lewat langsung menghampiri keributan itu. Tanganya masih sibuk membawa tumpukan buku dari perpustakaan, lalu datang dengan kepanikan.
"Kakak ganteng ini kenapa May?" Tanya Anne tanpa sadar, lalu Anne melirik mangkok siomay itu yang penuh dengan sambal pedas.
"Kakak ini kan punya lambung, bagaimana bisa kamu kasih sambal sebanyak ini May, gimana sih kamu?" Anne yang tiba-tiba marah itu membuat May bertambah ketakutan.
Saking paniknya May memijit perut Vino dengan meremas-remas kuat, sambil menangkap air matanya yang berjatuhan. Anne geram dan berlari menuju UKS.
"Maafkan aku kak Vino" Kata May yang masih terus kesenggukan. May memandang wajah Vino begitu dekat, ia pandangi hidung mancung dengan kulit bersih tanpa ada satu pun jerawat yang hinggap. Wajahnya begitu teduh waktu itu, lalu May tersenyum tanpa dosa.
Di lihat dari jauh Anne sedang berlarian membawa minyak angin, May segera memalingkan muka dan mengibaskan tanganya dari muka Vino, untung Anne belum sempat melihat.
Langkah Anne semakin dekat tapi semakin lambat, dia melihat muka May yang menurutnya sedikit berbeda. Lalu Anne mengutarakan sedikit kecurigaanya.
"May ! Jujur deh, kamu suka sama kak Vino?" Tanya Anne penasaran.
"Aduh An, mana mungkin seorang aku suka sama kak Vino, lihat saja aku yang begini. Bawel, norak, kudet, kutuan, ya insecure lah mau suka sama kak Vino" Jelas May panjang lebar.
"Nah tuh pandang bener-bener kak Vino, mukanya aja bagai air tenang, sedang aku mirip api yang berkobar, ya tidak bisa menyatulah kalau bersatu" May tertawa sebentar lalu berhenti ketika memergoki wajah Anne yang sedang dalam-dalamnya menatap Vino.
Anne gugup dan langsung mengalihkan pembicaraan.
"Itu minyaknya di olesin gih di leher sama di bawah hidung" Kata Anne sambil menyodorkan minyak ke May.
"Kamu saja An" Jawab May menolak.
"Tidak kamu aja" Anne menolak balik.
Mereka saling menatap kebingungan, sebenarnya May ingin sekali menyentuh Vino. Tapi dia tidak bisa menyembuyikan bagaimana reaksinya nanti.
Tangan Anne hampir saja beraksi, tapi hatinya seakan peka dan memilihnya untuk mengurungkan niatnya.
Mereka terdiam lagi, hingga muncul suara batuk kecil mirip orang tersedak.
Uhuuk!
Mata Vino pelan-pelan terbuka, tapi masih dengan mukanya yang meringis kesakitan. Anne dan May langsung membantunya untuk duduk.
"Kak, gimana? Mau Kita gendong ke UKS? biar kakak bisa istirahat di sana?" Tanya Anne lembut dan penuh empati. May melirik Anne iri, lalu mengajukan tawaranya sendiri.
"Atau mau minum hangat kak" Kata May hati-hati.
" Yang satu aja belum aku Jawab kamu sudah tawar-tawar lagi. Uhuukk" Kata Vino lemes.
"Gimana tadi kamu mau gendong aku?" Tanya Vino penuh harap, Vino benar-benar menatap wajah Anne sambil mengingat foto kemarin yang ia like di Instagram. Iya dia adalah cewek yang sama.
"I-i-i ya kalo Kak Vino mau" Jawab Anne sedikit ragu dan takut. Dia berfikir bagaimana caranya membopong tubuh Vino yang begitu tinggi gagah, sedang tubuhnya terlalu kurus.
"Kamu angkat kaki ku aja Paling sudah jumpling ke belakang"
"Hahaha iya ya kak, terus gimana mau di tuntun aja?" Tawar Anne semangat.
"Boleh" Jawaban singkat itu membuat Anne berjingkat kegirangan. Lalu ia bergegas menggeser kursi-kursi di samping Vino, dan mengulurkan tanganya agar Vino bisa berdiri.
May tertegun sebentar, lalu dia menelan permen mintsnya. Tidak pernah May sangka sebelumnya tentang kejadian yang sama sekali ia tidak harapkan. Kepalanya menunduk, ia tidak tahan dengan sikap mereka berdua yang mendadak menjadi asyik.
Anne menggandeng Vino dengan membawakan jacketnya dimenunduk Vino sengaja berhenti di depan May, lalu menatapnya sedikit lama.
"Terimakasih sambalnya, enak kok" Ucap Vino dengan nada yang tidak nyaman.
Saat itu Vino sedang berada di puncak tertinggi kemarahanya, setelah beberapa kali May membuat Vino merasa dirinya mendapat kesialan.
***
"Udah, sudah lumayan enakan" Vino menolak minyak angin itu dari Anne.
Anne menaruhnya kembali di meja, lalu mencoba menghibur Vino dengan candaan yang menurutnya paling lucu. Anne tertawa sangat keras, May yang sedang lewat depan UKS terpaksa berhenti dan membuka sedikit tirai jendela itu.
May memperhatikan wajah Vino yang Tak se riang Anne, dia terus memantau gerak-gerik mereka hingga bel waktu istirahat habis.
"Aku ke kelas dulu nggak papa Kak? Udah bel soalnya" Anne berpamitan. Vino hanya mengangguk setuju.
"Terimakasih" Ucap Vino dengan nada dinginya, Anne mengangguk dan keluar ruangan.
May terperanjat kaget ketika melihat Anne berjalan mendekati pintu, ia berlari menyembunyikan diri di balik rak sepatu, May menahan nafas hingga Anne benar-benar tidak kelihatan.
Huft!
May menghempaskan nafasnya keras, sepertinya dia terlalu dalam menggapitkan tubuhnya ke celah-celah rak sepatu, tubuhnya terasa terjepit saking sempitnya. Dia memaksa kakinya untuk berdiri dengan berpegangan tembok di sebelahnya. Dan kreeek! Roknya sobek lumayan lebar, tubuhnya panas dingin, tidak ada pilihan lain selain dia bersembunyi di dalam UKS.
May berlari dan membuka pintu buru-buru sambil menutupi roknya dengan koran, lalu menutup pintu se keras-kerasnya.
Vino melotot ke dua kalinya untuk hari ini. Wajah Vino sudah mulai sangat-sangat muak melihat May muncul lagi di depanya. Satu kata pun tidak keluar dari mulut Vino, apalagi melirik May.
May masih berdiri dengan menempelkan tubuhnya di tembok, karena rok yang robek di bagian belakang harus ia tutupi rapat-rapat. Vino belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dia mengira May akan berbuat licik lagi. Vino turun dari ranjang dan memilih duduk dengan menekuk kakinya kedepan sambil membenahi selimutnya.
"Tolong jangan ganggu aku lagi" Suara Vino terdengar sedikit ketakutan.
Seketika hati May perih seperti tergores pisau yang tajam, muncul penyesalan atas hal-hal yang ia lakukan sehingga mengakibatkan orang lain merasa tidak nyaman, bahkan tersakiti.
May mencoba pelan-pelan duduk dan mendekati Vino. Dia masih bungkam terhalang isak tangisnya.
"Maafkan May kak Vino, hukum saja aku, apapun akan ku turuti" Ucap May penuh harap, dia tidak berani menatap Vino. May menoleh ke samping dengan kepalanya yang menunduk.
Vino diam, sebenarnya dia sedang menahan tawanya yang seakan meledak. Di tambah lagi dengan suara kreeek!! Yang kedua kalinya.