Chereads / Budak Cinta Putih Abu-abu / Chapter 9 - HUKUMAN MAYSAROH

Chapter 9 - HUKUMAN MAYSAROH

"Itu suara apa?" Vino penasaran dengan suara asing itu.

May menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil menekuk tanganya ke belakang, koran yang di bawanya tadi terbang kebawa angin kipas ruangan, ahirnya May hanya mengandalkan tangan mungilnya untuk menyelamatkan nyawanya.

" Rok saya sobek kak" Ucap May terpaksa dengan menahan malunya. Giginya merapat rapi kedepan, lalu memejamkan mata dan menutup telinganya. May tidak mau tau apapun respon dari Vino.

" Ya Allah kok bisa?" Tanya Vino kaget sambil menatap May heran.

May pelan-pelan membuka mata dan melepaskan tangan dari telinganya. Bayangan May yang seakan Vino akan tertawa keras ternyata malah muncul reaksi panik dari Vino. May setengah malu setengah happy.

Dalam hati May merencanakan alur ceritanya sendiri. Berharap Vino mau menolongnya, super perhatian, atau malah di gendong mungkin. May kebanyakan halu, lalu dia tersadar.

"Emm iya kak, tadi aku mau berdiri kan, eh malah ada paku yang nyantol di rok ku, pas aku mau berdiri rok ku ketarik kak" Ucap May sok centil.

Vino menatap May dalam-dalam. Hati May bergemuruh seperti petir sebelum hujan.

"kenapa kak Vino menatap ku sebegitu seriusnya? Apakah dia sudah muncul rasa kagum kepadaku?" Begitu kata hati May yang terlalu PD.

" Hahaha syukurin! Itu yang namanya karma di dunia masih berlaku!" Ucap Vino dengan keterpuasan tawanya.

May ingin mewek saat itu, lehernya seperti tercekik, matanya mirip ada ganjalan yang hampir memenuhi ruangan. Ahirnya air mata itu jatuh karena porsi tidak muat di kelopak mata May. Ia meneteskan air matanya di mulai dari kiri lalu sebelah kanan menyusul.

"Yah nangis, mau di beliin permen ya?" Vino menunjuk pipi May yang basah belepotan dan di bumbui tawanya yang menyakitkan bagi May.

May tidak menjawab, hanya tanganya yang sibuk mengelap air matanya.

Ia menatap Vino sebal, alisnya naik turun dengan kakinya yang di hentak di lantai ingin terbang menendang botol minum di depanya ke muka Vino.

"Apa balon?" Tambah Vino yang lagi-lagi membuat May benar-benar naik darah.

"Gak mauuu!!" Teriak May sambil melemparkan botol ke arah Vino. Entah siapa yang merasuki tubuh Vino, hingga ia masih saja belum puas membuat May marah.

May berdiri sambil menutupi roknya dengan koran, dan ingin segera keluar dari ruangan itu, tapi Vino lebih dulu menarik lengan May dari belakang.

"Eh sebentar kok kabur, Kan urusanya belum selesai"

"Kan tadi kamu bilang, katanya sebagai hukuman kamu mau menuruti apapun itu?" Kata Vino memancing.

May menarik nafas pasrah.

"Oke, apapun silahkan" May ingin mengibaskan tanganya yang di cekam dengan jemari kekarnya Vino, sebenarnya ia terlanjur nyaman sih. Kapan lagi bisa pegangan tangan dengan Cowok se tampan Vino. May mengabaikan jeratan tangan itu dan menikmatinya, pun Vino masih belum sadarkan diri soal tanganya.

Mata Vino menatap ke langit-langit, sepertu sesuatu yang besar yang ia inginkan saat itu. Matanya merem melek, ahirnya ia menemukan ide terlicik itu.

"Kamu harus jemput aku setiap hari naik sepeda bututmu itu, harus terus di bonceng dari rumahku sampai di sekolah" Ucap Vino enteng.

Mata May melotot lebar, bibirnya pun ikut menganga. Karena permintaan Vino diluar nalar dugaanya, May menata nafasnya baik-baik. Dia tidak mau terlihat senang dengan keputusan Vino, dia harus tampil jual mahal di hadapan Vino.

"Hah beneran kak?" Tanya May pura-pura panik.

Vino mengangguk meyakinkan, ia menjadi Korban samaran May. Setelah melihat wajah May yang mendadak bersinar tanpa penerangan itu membuat Vino curiga, dia mengamati wajah May dari samping, senyum itu masih ada. Vino mengabaikan dan lanjut membereskan selimut yang baru saja dia pakai, ia memastikan lagi. May masih saja tersenyum.

"Huk uhuk" Batuk samaran Vino itu mengejutkan lamunan panjang May, dia menjingkat kaget, lalu sibuk dengan salah tingkahnya.

"Ya gimana lagi, karena aku tadi sudah janji" Ucap May masih saja bisa melanjutkan dramanya.

Vino menyisir rambut dengan lima jari kananya, dia sok cuek di balik perasaanya yang sebenarnya merasa kasian dengan tantangan yang Vino berikan kepada May. Tapi Vino harus memenangkan dulu targetnya.

"Hmm okee.. mulai besok, saya biasa sudah ready di depan rumah sambil sarapan pagi pukul 06:07, kamu harus tepat waktu. Tidak boleh kurang apalagi lebih, harus tepat!" Mulut Vino berkicauan mirip Ibu kos.

May melongo, matanya tidak berkedip sekalipun. Sialnya lubang hidungnya tidak sengaja kemasukan debu, dan Hasssh!!

Semburan yang mirip air hujan yang gerimis itu membasahi muka Vino, kepala Vino seakan penat. Sedang jantung May seakan meledak.

"Di tambah lagi kamu harus mencucikan dasiku setiap hari!" Ucap Vino dengan puncak kemarahanya.

May mengambil air mineral di tasnya, dan menenggaknya berkali-kali di hadapan Vino. Hingga May sudah merasa sedikit tenang.

"Oh iya tentu-tentu kak, siyap" Jawab May dengan entengnya, padahal Kan cuma dasi, bayangin saja seberapa entengnya nyuci dasi, Paling ya seberat kapas. May tertawa di dalam hati.

"Kamu nggak keberatan gitu?" Tanya Vino meyakinkan. Mungkin Vino tidak sadar dengan ucapanya, di fikiranya sepatu tapi mulutnya keluar dasi.

"Tidak kok, ya yang namanya cewek ya kak, harus latihan sedini mungkin" May tersenyum.

"Latihan apa maksud kamu?" Tanya Vino penasaran.

"Ya latihan jadi istri dong kak, kalau jadi Suami ya kak Vino" Ini jurus pertama ala May, entah dari mana ia dapat angan se magic itu.

Vino tiba-tiba terkekeh. Antara ke bawa perasaan atau jijik, yang jelas wajah Vino berubah jadi air yang tenang setelah menjadi api yang bekorbar.

Vino kembali menata duduknya, dia berusaha untuk bersikap se normal mungkin.

"Kamu ini apa-apaan, ini kamu masih se kecil anak katak tuh! Yang loncat-loncat di pinggir sungai, udah mikirin jadi istri. Sekolah dulu yang bener!" Vino berdiri dari duduknya, lalu berjalan mondar-mandir di depan May.

May tersenyum kecil, lalu menutupi mulutnya menahan tawa. Lirikan mata Vino saat sok bijak tadi membuat May kembali berhalusinasi tentang masa depanya, betapa indahnya saat dirinya berbuat salah lalu Vino sebagai suaminya mencoba untuk mendidiknya. May bergidik kegirangan.

"Di tegur malah senyum-senyum, aneh banget ya kamu" Suara Vino terdengar ngegas.

"Ya maafin kak, namanya juga cewek yang lagi labil-labilnya" Ucap May tanpa rasa malu.

Vino langsung refleks dengan ucapan May dan menoleh ke arah May sebentar lalu balik lagi dengan posisinya.

"Kak, halo kak?kok nggak di Jawab sih, masak gitu aja sudah tambah lagi marahnya" Kata May sambil mengetuk meja dengan botol minumnya.

Di balik tubuh Vino yang membelakangi May, ada senyum yang lebar dari bibir Vino. Dia juga berangan bagaimana indahnya saat dia mendidik istrinya yang sedang berbuat salah.