Chereads / Budak Cinta Putih Abu-abu / Chapter 10 - HALUSINASI BELUM SELESAI

Chapter 10 - HALUSINASI BELUM SELESAI

May membiarkan tubuh Vino yang membelakanginya, sambil mengintip penasaran mendongakkan kepalanya kanan kiri. Tidak ada reaksi apapun, Vino masih saja diam larut dalam angan-anganya.

"Dorrr!!" May menghentakkan kaki ke lantai sambil berdiri. Tubuh Vino terjingkal kaget parah, sampai ia spontan loncat dengan muka melotot.

"Apaa!?" Kata Vino marah.

Posisi Vino dan May berhadapan dengan sama-sama berdiri, wajahnya hanya terhalang udara beberapa senti. May menangkap tatapan Vino dengan senyuman, meng indahkan bulu matanya dengan mengedipkan pelan-pelan sok anggun. Anehnya Vino langsung mundur sambil mengelus lenganya merinding dan begidik.

"Kenapa kak? Kok kaya merinding gitu?" Tanya May sambil membuka lagi botol minumnya yang habis.

"Iya, kamu sih mirip kuntilanak" Jawab Vino meledek.

"Alaah kak Vino gak boleh pura-pura gitu, jangan bohong kak, tadi jangan-jangan kak Vino mau bilang aku mirip putri salju, tapi malu kan bilangnya?" May tambah ngelantur tidak jelas.

Vino begedek berkali-kali. " Gimana kesepakatan Kita tadi, sudah diel Kan?" Vino mengalihkan pembicaraan May, dia muak dengan sikap May yang sok mengagumkan itu, sedikit pun Vino tidak mau melirik May, meski itu hanya jari kelingkingnya sekali pun.

May menatap Vino dengan bola mata naik ke atas, sambil diam-diam menghitung alis tebal Vino yang mirip Aliando syarif itu, ah lebat seperti padi di sawah pikir May. Dia menggelengkan kepalanya agar bubar semua pikiran tentang mengagumi sosok Vino, lalu ia mendekat dari samping dan berbisik.

"Oke diel"

Tubuh May menempel membelakangi tembok, dengan menggeserkan tubuhnya hingga mendekati pintu sambil memastikan Vino tidak mengerti maksudnya. Rok robek May selamat dari tatapan Vino, lalu ia keluar ruangan lari terbirit-birit sambil memegangi koran di belakang.

Vino tertawa terjingkak-jingkak dari kejauhan, dia masih tidak percaya akan mendapatkan musibah se heboh ini. Lalu Vino bergegas meninggalkan UKS dengan sisa tawanya.

****

Sepulang sekolah, tiba-tiba bumi saat itu di hajar hujan deras. Suara gerojokan dari beberapa saluran air itu terdengar sangat berisik, hingga berbicara pun harus mengeluarkan suara yang lantang agar bisa terdengar satu sama lain.

"Maay..!" Anne berteriak dari lantai dua, melambaikan tangan ke arah May yang sedang duduk di depan Kantor BK di lantai satu. Di lihat dari wajahnya Anne, dia ingin duduk bersama May, tapi dia enggan turun ke bawah.

May hanya menjawab dengan lambaian tangan, karena tidak begitu terdengar apa yang di ucapkan Anne. Tangan Anne terus melambaikan tangan sambil memberi isyarat agar Anne naik ke atas menemuinya. Lalu May terpaksa naik ke atas, risih dengan teriakan Anne yang berisik melebihi suara hujan.

Tangga di sekolah itu ada dua bagian, di sebelah timur dan barat. May memilih menaiki tangga sebelah timur, karena melihat tangga sebelah barat ramai dan di penuhi anak-anak yang sedang sibuk dengan obrolan masing-masing.

May berjalan cepat dengan berpegangan besi di kanan kiri tangga, tangga itu sepi membuat langkah May ngebut tanpa lawan. Sepatu lusuh kesayanganya itu bertabrakan dengan sepatu kulit bewarna hitam, tabrakan yang sangat tidak serasi.

Lalu May mendongakkan kepala ke arah Pemilik sepatu.

Nafas May terhenti ketika sepasang mata melotot tepat di depan wajahnya.

"Jangan Lupa besok, jam enam. Rumahku depan cafe baru, sekolah ini ke utara" Bisik Vino lirih lalu pergi meninggalkan May. Aroma parfum mahal itu membekas di udara, May mengambil nafas dalam-dalam agar bisa menghirup aroma itu sampai benar-benar hilang.

Anne yang duduk di depan kelas kelihatan celingukan sambil mendongakkan kepalanya ke bawah.

" May kemana sih? Jalan ke sini aja lama banget!" Ucap Anne geram sendirian. Dia mengambil tasnya dan pergi menyusul May, Anne berjalan menuju tangga sebelah timur. Dia tidak peduli dengan tangga yang ramai, tetap Saja dia lewat dengan entengnya.

"Permisi permisi.." Anne melewati tengah-tengah di antara mereka yang sedang duduk di tangga, larinya keburu-buru takut malu.

"Eh kak, ada yang kelewatan nih" Teriak seorang cowok dari balik punggung Anne. Lalu dia menoleh ke belakang merespon.

"Apa? Tidak ada" Jawab Anne kebingungan.

"Cantikmu hahaha!!" Mereka serentak membuli Anne, Siswa kelas X yang umurnya masih di bawah Anne itu semua menyorot muka kesalnya. Dia berlari tanpa menghiraukan mereka lagi, Anne berhenti ketika ia sudah berada di tempat May duduk tadi, tapi tidak ada May di situ.

Anne menata nafasnya yang terengah, dia cemberut mengingat perjuanganya menuruni tangga hingga di permalukan tidak ada hasil. Anne terduduk lemas di kursi, mengamati air hujan yang belum juga berhenti. Kemudian ada teriakan yang mirip terompet itu membuat Anne sedikit curiga, ia memastikan suara itu berasal dari lantai dua.

"An Anne, aku di sini!" May berteriak dari atas, sebenarnya hari ini May tidak ingin bertemu Anne dulu, pasti dia akan ribut menceritakan kejadian yang mungkin akan dikatakan romantis sama Anne tentang kedekatanya dengan Vino waktu di UKS. Ah May tetap mengusir prasangka buruk itu, dia kembali memanggil manggil Anne.

"Anneeee!" Teriakanya sekali lagi karena tidak terdengar.

"Hih May, kamu naik aku malah turun!" Kekeh May sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Kamu turun saja May, Kita ke toko depan yuk beli minum!" Anne berteriak melawan kerasnya suara hujan.

May mengacungkan jempolnya lalu turun menemui Anne.

Mereka berdua berlari menuju toko samping sekolah. Anne mengambil minuman dari dalam lemari es berukuran besar dengan stock melimpah, dengan pilihan rasa bermacam-macam juga dengan harganya.

"An, aku gak beli aja, nggak haus soalnya" Kata May sambil mengambil posisi duduk di kursi depan toko.

Anne hanya diam memandang May, lalu mengambilkan dua botol air minum yang sama. Anne berfikir sedari pagi May sama sekali belum minum, mana mungkin dia tidak haus?

"Nih minum, ntar mati kehausan, trus nggak jadi ikut study tour dong" Kata Anne berlagak bodo amat, agar May tidak sungkan menerima minumanya.

"Mati? Oke aku akan mengetok pintumu setiap malam, merubah gulingmu menjadi tubuhku, ngintip kamu di kamar mandi, daa-" Bibir May di bungkam rapat dengan kedua tangan Anne, dia melotot ketakutan.

"Stop May jangan gitu ah!" Ucap Anne sambil menjerit panik. Pandangan Anne linglung lalu meraba-raba lehernya.

May terkekeh puas melihat respon Anne yang ketakutan.

"Di suatu mal-" Lagi-lagi Anne membungkam bibir May, bukan karena cerita horornya. Tapi ia sedang mendapati pemandangan indah di tengah gerimis ahir dari hujan.

"Suuuts! Kak Vino lewat, plis jangan berisik" Jari telunjuk Anne mengarah ke arah Vino yang sedang mengisi bensin di pom mini depan toko.

May panik dengan mukanya, apakah masih se cantik tadi pagi?