Piringnya berjajar rapi, di tumpuk di atas dipan agar air tidak mengendap di piring. Anne terus memukuli pinggangnya yang ngilu karena jongkok berjam-jam, bajunya basah karena percikan air dari kran yang ada di depanya.
"Basah May" Protes Anne sambil memeras lengan bajunya yang basah kuyub.
"Kan aku tadi sudah bilang supaya kamu duduk aja di situ nggak usah bantu"
" Ya sekali-kali May, pengen ngerasain cuci piring pertama kali seumur hidup" Ucap Anne lalu menghempaskan nafasnya.
"Kamu bilang pertama kali?!" May melotot dan berhenti menyusun gelas di rak, ia langsung melirik telapak tangan Anne dan memegangnya sebentar. May raba pelan-pelan sambil bergedek.
"Pantesan mulus gini mirip aspal Korea!"
May mencubit tangan Anne dengan tangan kananya, beda sekali dengan tangan May yang hitam kasar ber urat.
Mereka bisa menyelesaikan pekerjaanya dalam waktu dua jam, dengan undukan piring yang membukit dan sampah-sampah yang berserakan di sekitarnya membuat May risih, lalu dibersihkan tanpa ada perintah dari bu Sumi.
****
"Tapi aku malu An, masa iya kamu bawa teman kucel kaya aku ke rumahmu" May merengek mencoba menolak ajakan Anne untuk mampir ke rumahnya.
"Gak papa, toh di rumahku tidak ada orang May, semua sibuk kerja. Beneran, cuma ada aku dan simbok di rumah" Bujuk Anne sambil menguncrit rambutnya.
May berfikir lagi, beneran iya merasa malu jika harus bertamu di rumah Anne. Sudah jelas pasti rumahnya besar, mewah, mobilnya berderet-deret.
"Ya sudah demi kamu deh!" Jawab May pasrah, dia mengaitkan tali rafia ke ujung tasnya agar bisa di gendong di lengan, lalu tersenyum malu melihat Anne yang sedang manatapnya.
"Hore! Nanti kita nonton drama Korea yuk, terus makanan kesukaan kamu apa May? Gampang nanti simbok yang masakin, dia itu juru masak andalan keluargaku May. Chef Juno aja kalah tuh!" Ucap Anne sambil tertawa, dia berusaha menyembunyikan rasa ibanya ketika melihat May membenahi tasnya.
"Nyampek rumahmu aja belum An!" Teriak May cengingisan, mereka tertawa bersama lalu beranjak keluar warung untuk menemui bu Sumi di depan.
"Bu Alhamdulillah sudah selesai" Kata May pelan, dia berharap bu Sumi tidak memberi upah hari ini. Ia ingin mengumpulkan lebih banyak upahnya agar May bisa benar-benar merasakan hasil kerja kerasnya.
"Alhamdulillah terimakasih ya nak, gimana ini mau pulang sekarang?"
"Iya bu keburu hujan nanti, sudah mendung soalnya"
"Ibu kasih uang sekarang atau besok?" Untung saja bu Sumi memberi dua pilihan yang bisa May pilih salah satu.
"Saya minta besok kalau sudah waktunya saya butuh ya bu, kira-kira sekitar satu minggu lagi" Kata May setelah berfikir dia akan meminta upahnya saat hari setor uang biaya travel untuk study tour ke Malang. Dia benar-benar merasa puas karena ini adalah usahanya sendiri. Eh tidak, ada Anne yang menemani.
Bu Sumi tersenyum lalu mengangguk, dan mengelus kepala May dan Anne.
"Ibu salut sama kalian, Ibu Do'akan Semoga kalian semua menjadi orang yang sukses"
"Aamiin..!" May dan Anne mengaminkan do'a bu Sumi serentak.
Mereka berjalan mengendap-endap di tengah om-om yang sedang nongkrong di parkiran depan warung, May memilih berjalan di belakang Anne dan berpegangan tas ranselnya. Biarkan yang cantik berjalan di depan, agar jalan terbuka lebar tanpa pembatas. Untung saja itu om-om sama sekali tidak tertarik dengan penampilan May dan Anne, mungkin sudah bau Sabun colek yang membuat mereka melengus ke samping dan tidak sedikitpun melirik.
"Selamet ya May Kita!" Kata Anne sambil mengatur detak jantungnya.
" Gak selamet gimana, lawong sayur bayam aja nyantol di gigimu. Mana ada om-om yang tertarik" Kekeh May dan menunjuk Gigi Anne yang terselip bayam.
"Masa sih?!" Anne tertawa dan menutupi giginya dengan dompet kecil.
"Sini May tusuk gigimu, aku minta satu" Anne mencari kaca spion motor yang terparkir di sampingnya. Lalu bayam itu melilit di tusuk Gigi dan bisa keluar.
Anne memesan taxi online untuk membawanya pulang bersama May.
Rumah mewah itu berdiri di tengah persawahan yang luas, tidak ada tetangga sama sekali di situ. Dengan gerbang yang tinggi membuat merinding siapapun yang melihatnya. Gerbang otomatis terbuka ketika Mobil sudah melewati batas tombol otomatis, May menjingkat kaget.
"Haa An! Gak ada orang kok gerbangnya bisa buka sendiri? Tanya May panik. Anne hanya tertawa sambil menjewer pipi trepes May. Kemudian sudah sampai di pintu depan, hanya dengan menghadapkan telapak tangan Anne, pintu itu tiba-tiba terbuka. Dan sudah di sambut simbok yang siap membawakan tas Anne untuk di bawa ke kamar.
"Eh si Non sudah pulang, tumben non pulangnya sore?" Tanya simbkm sambil mengambil tas Anne dari pundaknya.
"Tadi ada kepentungan sebentar mbok"
"Eh mbok tolong siapkan air hangat untuk mandi ya" Pinta Anne menghentikan simbok yang mau beranjak pergi.
"Makan siangnya spagety, minumnya jus jambu aja. Terus pesenin kentang makdi ya mbok" Tambah Anne lagi. Mulut May tidak henti-hentinya menganga, begitu takjub dengan kehidupan Anne yang mirip cara hidup sang putri raja.
"An, kenapa aku dingin gini ya?" Tanya May sambil menggesek-gesek kedua telapak tanganya, lalu nyengir melihat Anne yang tertawa.
" Ini ruangan ada AC nya May, jadi ya gini rasanya adem" Jelas Anne sambil terus tertawa. May mengangguk-angguk mengerti, ia menatap sekeliling. Tidak ada benda yang tidak mewah, semua mengkilap dengan berlapiskan berlian.
Anne mengajak May masuk ke kamarnya, May harus melongo lagi ketika melihat rak besar berisi tas dan sepatu.
"Ini kamu sambil jualan ya An di kamar, ini kamar apa toko? Kamu ini belanja setiap hari, habis uang berapa karung An?" Tanya May panjang lebar, ia mendekati lemari itu dan meraba dari luar.
"Oh itu koleksi ku May, bentar lagi mau aku buang, sudah bosan soalnya, mau di ganti yang baru" Ucap Anne tanpa beban.
Nafas May mendadak berhenti, bulu matanya berkedip pelan lalu tanganya ingin melayang menampar wajah Anne.
"Mau kamu buang?!" Kata May sambil melotot maksimal.
"Ya kalau tidak di buang ya di bakar, biar tidak terlalu bikin kotor" Lagi-lagi Anne mengatakan sesuatu yang sangat berharga bagi May dengan ucapan yang enteng.
"Ya iya terserah kamu" May mulai mengalah dengan keadaan.
Suara bel mobil berderu terdengar dari gerbang depan, Anne melonjak dari ranjang tidurnya dan menyeret tangan May lalu berlari keluar.
Mamaaaaa!
Sepi, tidak ada pelukan atau jawaban dengan sapaan hangat, hanya senyum tipis lalu berjalan melewati Anne tanpa menatap sebentar. Air mata Anne sudah terkumpul di kelopak matannya, tapi ia memilih bersembunyi.