Chereads / Budak Cinta Putih Abu-abu / Chapter 3 - SOSOK IDOLA

Chapter 3 - SOSOK IDOLA

Sosok Pak Rendi adalah guru ter-hits di sekolah mereka, dengan style yang memukau, sepatunya licin sampai debu satu pun tak mau tinggal. Selalu mengandalkan senyum menawanya untuk menarik sorotan mata para murid, pun juga tutur katanya yang lembut begitu sopan, membuat kagum tujuh tingkatan.

Hembusan angin di pagi itu cukup kencang, sehingga aroma parfum Pak Rendi ikut tersebar ke seluruh ruangan kelas, mereka mengenali aroma tersebut.

" Pak Rendi datang!" Seru Anne terburu-buru mengkondisikan teman-temanya yang masih berlalu-lalang.

Pak Rendi menata bukunya di bangku guru, lalu menarik nafas panjang untuk memulai pembahasan.

" Selamat pagi anak-anak!" Seru Pak Rendi.

"Selamat pagi Pak" Mereka berteriak sangat antusias.

" Pembelajaran itu tidak seterusnya harus tentang pemahaman dari materi buku, Kita sebenarnya harus bereksplorasi untuk mengenali Dunia luar, untuk langsung bersahabat dengan sesuatu nyata yang menjadi pembelajaran kita" Pak Rendi mengatur nafasnya lagi.

" Makanya, Saya pingin mengandakan study tour bareng sama kalian semua" Bibir Pak Rendi di gigit rapat-rapat, waspada dengan teriakan histeris murid-muridnya.

"Horeeeee!!!" Benar, teriakan mereka gempar. Tapi itu hanya sebentar, mereka kembali diam.

"Kalau besok berangkatnya naik travel, saya pakai sepedah saja ya Pak, ngikut di belakang " Tanya May dengan nada polos, mencoba mendapatkan persetujuan dari Pak Rendi.

"Yang bener saja kamu May, itu luar Kota lo jauh, yang ada ban sepeda kamu copot lagi" Pak Rendi membenarkan sambil terheran-heran.

"Gak papa Pak, yang penting saya tetap bisa ikut study tour" May masih menyangkal. Tanganya menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal.

Pak Rendi menggeleng-gelenkan kepala, terlihat panik dan heran karena kemauan May yang tidak masuk akal.

"May, kamu ini kok ada-ada saja sih! Kamu kira Malang itu dekat? Haa?" Anne sedikit membentak untuk meyakinkan May.

"Kalau kamu belum ada ongkos, nanti aku deh yang nanggung" Tambah Anne toleransi.

"Hust, jangan keras-keras. Nanti Kita bicarakan saat jam istirahat" Ucap May lirih, lalu menutupi suaranya dengan satu tangan kananya.

*****

Siang itu May sengaja tidak datang di kantin Emaknya, dia memilih untuk duduk di teras depan kelas. Pandanganya kosong seperti memikirkan sesuatu.

"Minum dulu" Anne yang tiba-tiba datang membawa secup esteh membuat May kaget mendadak.

"Eh an, aduh terimakasih" Lanjutnya, membuat May meneguk minuman itu sampai kandas.

May memang belum mengenal dekat Anne, temanya yang Tak biasa berinteraksi dengan May sebelumnya. Tingkahnya terlihat canggung saat Pertama kali ngobrol bareng Anne, meski sebenarnya May adalah cewek yang super aktif dalam hal keseruan berteman. Tapi May lebih terjerat dengan keadaan hidupnya yang malang, lahir sebagai anak buruh tani, dulunya. Sehingga May tenggelam dalam beban hidup yang membuat ia berat untuk bersikap ceria.

"Kok kamu nggak ke kantin?" May menyeruput sisa es batu di cupnya.

"Masih kenyang, porsi sarapan pagiku banyak soalnya" Jawab Anne.

Anne manyun di depan May "Gak usah pakai sepeda, nanti bus nya kelamaan nungguin kamu!"

May terus memainkan es batunya, tapi ia masih belum mau buka suara. Es batu yang hampir habis, masih terus ia paksa untuk meleleh.

"Masih ada waktu tiga Hari, bisa aku manfaatin untuk bekerja, Siapa tau bisa cukup buat bayar travel" Kata May tiba-tiba, pandanganya lurus mengarah ke sebuah warung pinggir jalan depan gerbang sekolah. Matanya seakan berbicara, Anne pun mencoba mentelaah gerakan bola matanya.

"Kamu mau bekerja di warung itu?" Anne menebak penasaran.

" Ya sudah besok aku bantu oke?" Anne menawarkan diri kegirangan, kedua tanganya menggoyang-goyang pundak May Mata May melotot maksimal.

" Ha? Kamu kesurupan An? Boro-boro kerja di warung, lewat depan warung aja kamu jijik"

"Eksperiman lah, pasti seru kan?" Anne menatap May dan berharap ia menyetujui permintaanya. Dia sambil berjalan mondar-mandir di depan May, membuat tubuh Anne banjir keringat, lalu ia masih mengulanginya beberapa putaran lagi sampai May mengiyakan tawaranya.

"Iya!" Jawab May se singkat-singkatnya.

May meletakkan minuman di sebelahnya, ada sebuah rasa yang menyejukkan hati, lalu satu per satu air matanya menetesi pipi kananya. Isak itu begitu mencekik, hingga suara itu terdengar di telinga Anne. Dia menoleh dan coba menenangkan May tanpa lebih dulu bertanya apa sebabnya.

"Eh jangan nangis, udah tenang ya.." Tangan Anne merangkul pundak May.

"Antara percaya dan tidak, sekarang ada orang yang mau berteman dengan ku" May berkali-kali menyeka sisa air matanya, wajahnya tertunduk dengan menggapitkan kedua kakinya.

"Memang siapa yang tidak mau berteman denganmu?" Suara Anne ikut bergetar. Mereka saling menatap, tidak ada kelanjutan percakapan lagi waktu itu. Lantas, mereka berlari masuk kelas Setelah mendengar bunyi bel masuk.

Pikiran May kembali terngiang soal keinginanya untuk bekerja di warung depan. Tangan kirinya menyangga kepala, lamunan panjangnya mengalihkan suara misteri guru Biologi itu, seakan ia sedang menjadi peran seorang Ibu Pemilik warung.

"Silahkan di rangkum Bab 5 halaman 23 !" Kode Ibu Guru degan suara lantangnya, langkahnya terhenti ketika Siswi yang duduk di sebelahnya hanya diam melamun.

"May! Sudah selesai?" Kata Bu guru geram.

"Pisang goreng bu" Sahut May ngelantur.

Tawa lepas satu kelas itu begitu meriah, Ibu Guru berdecap terheran dengan tingkah May pagi itu. Lamunanya berubah menjadi tawa kecil menahan malu, tangan kirinya menyenggol pindah Anne. Dia ingin ada pembelaan, tapi Anne lebih berpihak seperti teman-temanya dan ikut tertawa.

May kembali membuka bukunya, lalu bingung dengan tugasnya.

"Emang suruh ngapain An?" Tanya May kebingungan.

"Suruh beli Pisang goreng" Sahut Anne meledek.

"Ih aku Tanya beneran?"

"Rangkum apa tadi? May panik karena Ibu Guru masih terus menyorotnya dari depan. Dia terus mengoyak Anne yang terdiam, dia semakin panik dan memilih merebut buku Anne dari tanganya.

"Heh kok maksa?" Bisik Anne lirih. Lalu menyodorkan buku pelan-pelan sambil melirik ke arah bu Guru. May tersenyum tipis sebagai ucapan terimakasih.

Di siang hari se pulang dari sekolah, Anne Memilih untuk pulang naik angkot. Supir pribadi Anne mendapat jatah istirahat siang itu karena Anne tidak perlu untuk di jemput. Dia tidak pernah berfikir untuk senekat ini mau pulang tanpa sopir, salah satu tujuanya siang itu adalah membuktikan keinginanya untuk membantu May bekerja di warung. Sebelumnya dia belum pernah tau sepada May, dan di parkir dimana. Anne mondar-mandir di depan parkiran sambil menyeruput es dropnya, berharap May segera datang.

Anne menaiki tangga bangunan perpustakaan samping tempat parkir, Mencari se sosok tubuh mungil dengan rambut kucel berpita dua, Wanita itu mendongak ke atas mencari sumber Suara.

"May ! Buruan kesini, sudah setengah jam aku nungguin kamu!" Teriakan Anne begitu keras. May yang masih berduyun-duyun dengan tumpukan ember di depanya mencoba berlari lebih cepat. Dia tertubruk karena pecahan bata yang menghalangi jalanya.