Semesta menampakkan ke indahannya malam ini. Satu bulan sabit dan taburan bintang yang berkelip menjadi objek pandang Liya pada malam ini.
Langit yang cerah serta suara sunyi menjadikan senyum Liya sedikit mengembang.
Namun, ada rasa yang mengganjal di hati Liya. Ada satu hal yang ingin ia lakukan.
Pandangannya beralih kepada ponsel yang ia genggam. Ponsel yang mati ini memantulkan wajah Liya. Perempuan itu baru saja menyadari bahwa kantung matanya sedikit menghitam dan membengkak. Liya melunturkan senyumnya.
Kamu yang membuatku jatuh cinta sekarang kamu juga yang membuatku terluka, kata Liya di dalam hati.
Sebulir air keluar dari sudut mata Liya. Karena kamu, sekarang aku jadi nggak bisa menghemat air mata. Air mataku terkuras setiap harinya kalau aku mengingatmu. Apa akan begini selamnya? Liya terkekeh sinis, terkekeh menertawakan kehidupannya yang berantakan karena satu orang.
Pikirannya kembali kepada sesuatu yang mengganjal di hatinya.