Chereads / DOKUNIA: TAMPLATED A LIFE / Chapter 4 - MANUVER

Chapter 4 - MANUVER

Esok paginya, matahari malu-malu menampakkan wujudnya, sosok pemuda 20an tahun bergegas menuju aula terbuka.

Brak !

Ia mendobrak pintu dengan nafas tersengal-sengal "huh.. huh.. huh.. " semua orang yang berada dalam ruangan itu tercengang menatap lagash yang tersengal-sengal, dari arah belakang lagash nampak pemuda lain yang juga berlarian mendobrak pintu, tanpa sadar menabrak tubuh lagas.

"aahh, akhirnya " ujar adrian.

"kalian terlambat " seru geria.

Tidak ada lagi orang di dalam aula itu, hanya ada 7 manusia dengan tatapan yang sayu.

"ada apa ?, apa aku setelat itu " ujar adrian menetap jam dinding menempel di aula

"aha belum rupanya, masih pukul 6.30 kita berjanji berangkat pukul 7 kan ?"

Geria dan beberapa orang hanya menatap lagash dan adrian dengan tatapan acuh.

"ada apa ?" ujar lagash

"kelompok kavaleri gabungan sudah berangkat " ujar lagarde

"memangnya kenapa, lagi pula kita tidak di ikut sertakan " seru adrian

"find berniat menyusup dalam pasukan gabungan, tapi ia terlambat maurice beserta seluruh pasukan kavaleri K-nil telah berangkat tengah malam " ujar lagarde.

"untunglah, jika tidak kita semua akan repot karna ada yang melarikan diri" ujar adrian sedikit tertawa.

"kavaleri K-nil ?, bukankah ini misi latihan gabungan menangkap dabbat tingkat 4 " tanya lagash

"tidak, ini misi bunuh diri" ujar layen.

"apa maksudmu ?

"lihat kesamping" seru layen

Lagash menoleh kesamping dekat jendela aula, suara ramai disana. Semua pasukan dengan seragam lengkap kerkumpul di luar aula.

"mereka juga tidak berangkat" ujar arasia.

"apa ini, apa yang terjadi " suara lagash mulai naik 2 oktaf, kepanikan mulai terlihat di wajahnya.

"10.000 pasukan dabbat di pimpin oleh manusia sedang menuju ke arah dokunia. Mereka berada di dekat teluk kurang lebih 3 hari untuk sampai kesini, saat menuju pulang pasukan kapten rifa'i mengambil langkah penghalauan pertama, menurut laporan, Seluruh pasukan kavaleri Algaria terbunuh. Untuk meminimalisir jumlah mahluk mahluk itu sampai di dokunia kapten maurice bersama 26 anggota K-nil siap mati terjun langsung menghalau mereka." Ujar tagon sang kapten kavaleri phalax.

Lagash menejamkan mata, tangannya menyeka poni hingga nampak kening mulus miliknya. Ia mengepal jari-jarinya menonjok dinding aula yang ada di dekatnya.

"sial !, sial , sial !"

Lagash bergerak menuju find yang sedari tadi berdiri di depan jendela memandangi prajurit yang riuh di luar. Lagash menarik kerah baju milik find " apa kau sudah tau ini semua huh " find menghempas cengraman lagsh "apa yang bisa kau lakukan huh, kau yang sangat ingin melindungi orang - orang rentan itu kan, kau fikir sejauh mana mereka bisa kabur saat pasukan dabbat itu datang atau sejauh mana kau bisa lari membawa orang tua di pundakmu " sorot mata find merah padam. Lagash melepas cangkaramannya "sial !" ujar nya kembali menonjok dinding aula.

"lalu kenapa kalian diam saja huh "

Plak !,

Sebuah tamparan mendarat di wajah lagash, tangan kecil nan kasar milik geria membuat bercak merah di pipi lagash.

"siapa yang akan melindungi dokunia ?, siapa ? pasukan yang mana lagash ?" ujar geria.

"Jumlah kita tidak lebih dari 60 orang. Kau fikir kita semua punya kekuatan super menghadapi 10.000 dabbat kelas 1."

"setidaknya mengurangi setengah dari mereka membatu kita mengatasi kesulitan " ujar geria.

"apa semua bahan peledak di bawah ?" ujar adrian

Geria mengangguk, mata adrian terpejam hampir hampir tubuhnya linglung dan tumbang.

"mengunakan peledak sebanyak itu, mereka pasti tidak selamat kan " ujar adrian lagi.

'apa ini alasan maurice menahan kami disini ?" ujar lagash

Tagon mengangguk " pasukan gangsa adalah penerus kavaleri, find akan mengantikan kami sebagai kapten, sedangkan yang lain adalah pasukan handal terpilih yang di percaya maurice. Dan kau lagash, kau akan memimpin pelarian penduduk dokunia melalui sungai rosean. Kalian semua di amanatkan menjaga penduduk dokunia"

Lagash dan 6 gangsa lainnya tertunduk, air mata arasia mengalir memengenangi pipinya.

Tubuh adrian ambruk "kalian semua ~.." ujarnya, tagon mengangguk "kami sudah menikmati kehidupan yang cukup lama, hanya kalian yang masih berusia di bawah 30 tahun, kalian harus berjanji melajutkan ras manusia dengan baik, ah tidak, melanjutkan semua ras dengan baik " ujar tangon sembari tersenyum.

Tagon menatap jam dinding aula "ah sudah lewat waktunya, 7.21 sekarang kalian harus bergegas, pasukan phalax sudah mengumpulkan semua warga, mereka menunggu kalian di kapal rosean".

Air mata arasia semakin deras mengalir suara isak tangisnya kini semakin keras. " "berhentilah menangis" bentak find.

"kemana kami akan lari kapten ?"

Find berhenti berjalan saat mendengar mulut licin lagash mengeluarkan suara. "kemana saja, yang penting kalian selamat" ujar tagon

"kalaupun kami pergi, mereka tidak akan mampu bertahan saat musim dingin berikutnya " ujar lagash.

"jangan bicara sembarang lagash, tidak ada musim dingin disini !" bentak tagon

"aku melihatnya, aku melihat mereka semua membeku kedinginan di ujung sungai rosean" ujar lagash lantang.

"jangan bercanda !, mau apa kau sebenarnya " find mengepal tinjunya mengarakan kewajah lagash tepat di pelipis lagash .

Bruk !.

Lagash tertahan dinding aula, jika tidak ia pastilah sudah terjatuh kelantai.

"aku melihatnya find, aku melihatnya " air mata lagash berurai di sertai ingus yang keluar dari hidungnya.

"lagash apa kau~ ?" tanya tagon.

"benar !, aku bisa melihat masa depan mereka semua beberapa saat yang lalu, tidak ada yang bisa kita lakukan, mau pergi atau tidak mereka akan tetap meregang nyawa" ujar lagash frustasi.

Tagon menghempas kan dirinya kelantai dasar, semua orang yang mendengarnya ikut frustasi. "jangan bercanda lagash, kau bukan tuhan !" ujar find yang menghela nafas beberapa kali " sampai kapan kau akan membuat bingung semua orang ?".

"aku tidak bercanda find, aku sudah melihat kematian kakek mori di bawah beringin waktu itu, itulah kenapa aku datang menjumpainya " ujar lagash

"aku tidak perna mengatakan ini kepada orang-orang, karna memang tidak ada yang bisa aku lakukan walaupun aku tau lebih dahulu". Lagash menutup kembali matanya, tengkuknya terasa pegal hingga beberapa kali ia memijat tengkuknya.

"aku tidak mendengar ini, aku tidak tau" ujar geria sembari merapikan peralatannya pergi keluar menuju kandang kuda "mau kemana geria ?" ujar find yang mengejar geria." Aku tidak bisa diam saja !" geria melepaskan tali pegangan kuda kemudian ia memasukkan beberapa bubuk misium kedalam kantung plana kudanya.

"apa yang kau lakukan !" ujar find, " jika kita tidak bisa membawa mereka kemanapun, itu artinya pengorbanan maurice akan sia-sia kan ?, aku akan menyusul maurice, dari pada mati di sini lebih baik aku mati dalam medang perang"

"geria, berfikirlah matang, lagash hanya merancau seperti biasanya, dia hanya sedang halusinasi" ujar find menyakinkan sang adik agar urung berangkat menyusul maurice."dia tidak perna berbohong find, tidak perna aku saksikan ia seserius itu " geria menaiki kudanya dan menghentakkan kakinya.

"aaissss, " find berlari menuju aula mengambil beberapa peralatannya kemudian berlari kembali menuju kandang kuda. "find, mau kemana kau ?" ujar largarde yang sudah menyusul find dari belakang. "menyusul maurice " balasnya. "apa kau tidak akan menunggu kami" ujar lagash dari belakang di ikuti 4 gangsa di sampingnya. "ayo..." ujar lagash lagi. Find terseyum ia menaiki kudanya dan menghentakan kaki hingga membuat kudanya melaju dengan kencang.

7 gangsa yang baru saja di bentuk kemarin sore masih tercium amis memutuskan misi pertama mereka dengan sendiri " apa nama yang tepat untuk kelompok kita " ujar adrian di ikuti pandagan lucu dari yang lainnya " apa ?, bukankah kita harus mati terhormat dengan nama kebangaan ?" ujar adrian. "kau akan mati menjadi mantan kavaleri legion" ujar layen bercanda. "nah, itu dia yang tidak aku inginkan " mereka semua tertawa di atas kuda masing-masing karna lelucon receh dari adrian.

Kuda coklat find mendekat kearah kuda putih milik lagash " aku mencoba percaya padamu" ujarnya sedikit mengeraskan suara. Lagash tersenyum mendengar sepatah kata find. Dari kejauhan sudah terlihat tubuh mungil geria berayun di atas kuda hitamnya, mereka bertujuh mempercepat langkah kuda mereka menyusul sang gadis emosian tersebut.

Tidak butuh waktu yang lama bagi 6 pemuda pemudi itu mendekat kearah geria " hei putri tukang marah, kau harus bersama pasukanmu, kita sudah di ikat menjadi satu, jangan lupakan itu " ujar arasia pada gadis itu saat kuda miliknya sangat dekat dengan kuda geria.

Geria menanggapi dengan senyum tulus, di lihatnya satu persatu kawan seperjuangannya itu dari atas kuda yang terus melaju. "terimakasih " ujarnya lirih " apa? Aku tidak dengar " saut adrian, wajah geria merah merona, ia sedikit malu hanya sekedar mengucapkan terimakasih. "sudahlah adrian, kau selalu saja mengoda geria" pekik arasia.

Di dalam aula terbuka tagon nampak sibuk mengarahkan kavaleri phalax mengumpulkan seluruh warga dokunia kedalam ruang bawah tanah aula. Ia terlihat sangat khawatir, sesekali emosinya meledak entah pada siapa saja. "cih, anak-anak itu apa yang ada di fikiran mereka !" ujarnya keras. "hei, jangan saling dorong, semua akan masuk kedalam tanpa terkecuali" pekiknya pada ibu-ibu yang mendorong laki-laki tua berjalan lambat memasuki pintu ruang bawah tanah.

16 jam sudah mereka berjalan menungang kuda masing-masing, malam semakin larut walau mengunakan obor masih terlihat gelap. "kita istirahat di sini " ujar find mengomando gangsa, ia turun dari kudanya, membentang matras dari kain usang untuk alas beristirahat.

Malam ini, langit sangat gelap, tidak ada satu cahaya bintangpun menampakkan dirinya. Semua gangsa terlelap saking lelahnya, tapi lagash tidak dapat terlelap sedikitpun fikirannya berpetualang di berbagai tempat kekhawatirannya pada penduduk dokunia, kekhawatirannya pada maurice membuatnya menghelakan nafas beberapa kali.

"kau tidak tidur " ujar arasia yang berbaring tepat di sebelahnya. "aku belum terlalu lelah, kau sendiri kenapa belum tidur " lagash balik bertanya." Nafasmu menggelegar seperti badai, bagaimana mungkin ada yang terlelap di sampingmu " ujar arasia yang menatap geria di samping kanan lagash yang sudah masuk kealam mimpi.

"maurice, orang itu seperti malaikat " ujar lagash memulai pembicaraan kembali "dia memang malaikat, selalu mendahului orang lain ketimbang dirinya sendiri" balas arasia memperlihatkan senyum di bibir tipisnya. '' ku dengar kau masuk kavaleri karna permintaan maurice langsung ?". " benar, padahal aku hanya pendatang yang tersesat saat itu" balas lagash. "semua mempercaimu lagash", lagas menoleh kearah arasia "mereka semua hanya tidak ingin menampilkan wujud aslinya, sok sokan logik padahal mereka mempercai semua hal tabu di dunia ini " ujar arasia.

"seperti keajaiban ?"respon lagash, arasia mengangguk lalu mengatakan," kau, " pada lagash. Lagash tidak merespon ia kembali memalingkan wajahnya melihat langit hitam di atas kepalanya "kau keajaiban itu sendiri" lanjut arasia lagi. "huaamm, aku mengantuk, selamat malam lagash " ucap arasia kembali.

Lagash memengal lengannya merubahnya menjadi bantal, pendangan pemuda itu lurus keatas" keajaiban ?" batin lagash.

3 jam beristirahat, matahari hampir muncul dengan senyum manis, suana dingin mengerucukan tubuh para pejuang itu meringkuk kedinginan. "semuanya bangun !, kita lanjutkan perjalanan" ujar find. "huaam, ah dingin sekali" adrian bangun kedua setelah find, kemudian di susul geria, lagash dan yang lainnya. Mereka mengemasi barang bawaan mereka lalu kembali menunggani kuda masing-masing.

Ada perasaan aneh di benak masing-masing gangsa itu, sejak kemarin sampai hari ini tidak mereka temua dabbat satupun. Krooongg.... suara perut layen berbunyi keras. "apa tidak ada dabbat di sekitar sini " ujarnya mencoba memandangi sekeliling siapa tau ada sosok bayi dabbat yang sedang ngorok tertidur.

"mungkin sudah di basmi kapten rifa'i "ujar adrian " atau takut keluar karna ada kau " sambung arasia. " hei, wajah ini tidak mungkin di tolak tau" balas adrian kembali. "tunggulah sampai matahari terbit, barangkali kita temukan dabbat di perjalanan" ujar find.