Max berjalan di antara dabbat yang sedang mengerang geram, ia meliuk-liukkan tubuhnya menghindari pertabrakan dengan tubuh pasukan dabbat.
Wuusss..
Angin menghembuskan hawa ngeri dari kaki bukit menegakkan bulu kuduk pasukan k-nil, maurice yang waspada memberikan isyarat kepada pasukannya untuk menahan sejenak pergerakan mereka. Suara kerikil yang berjatuhan menenggelamkan air liur pasukan kembali masuk dalam kerongkongan mereka, dalam hati pasukan k-nil tidak ada kegentaran dalam menghadapi kematian tetapi tetap saja ciut jika berurusan dengan mahluk halus yang selalu menjadi momok andalan kala mereka kecil.
"entah kenapa, angin ini membawa firasat yang tidak enak" batin maurice. Mata pasukan k-nil berjaga-jaga, tidak ada gerakan dabbat di kaki bukit membuat suasana semakin terasa aneh. Tubuh yang lelah seketika hilang penatnya, mereka menjaga satu sama lain dari berbagai arah. Maurice memerintahkan untuk tetap waspada bagaimanapun keadaannya.
Matahari kini sudah benar-benar tengelam, suasana gelap gulita menambah pekat rasa takut itu kembali muncul, "tetap di sampingku " ujar geol kepada rekan seperjuangannya han. "kau takut ?" ejek han." T-tidak, aku hanya bosan jika sendiri" balas geol malu-malu. "eeh, sepertinya hanya aku yang ketakutan " ujar han kembali yang tidak melihat raut wajah yang lain dalam kegelapan.
Maurice yang merasa kegelapan tidak menguntungkan mengeluarkan suara nya " siapapun itu, bisakah kita melakukan permainan adil esok hari ?, aku paham kekuatanmu jauh melebihi kami semua"
Telinga maurice menangkap suara langkah kaki yang mulai mendekat " aku yakin kau bukan dabbat !, jika kau bangsa jin maka kau tau aturan perang bukan ?". bulu kuduk pasukan semakin berdiri saat mendengar ucapan maurice.
Mata maurice berupaya melihat dalam kegelapan walaupun itu memang tidak mungkin, telinga konsentrasi menangkap suara-suara yang di hasilkan alam.
" hahahhah, memang terdengar lucu manusia mencoba bernegosiasi pada jin seperti ini" suara muncul dari atas batu sangat dekat dengan posisi maurice. "kau pemimpin mereka ?" suara itu kembali terdengar dari telinga maurice. "benar !, saya maurice pemimpin kavaleri k-nil dari dokunia" ujar maurice. "terdengar menarik, maurice bagaimana jika aku membebaskan pasukanmu hanya untuk besok pagi, tetapi kau akan aku buru malam ini, setuju ?". Maurice menelan ludahnya, bagaimanapun keselamatan pasukan adalah prioritasnya walaupun esok pagi mereka pastilah menyusul maurice kesurga.
"hanya jika kau tidak mengingkari janjimu " ujar maurice lagi. " tentu saja, membunuh pemimpinnya sama halnya membunuh seluruh pasukan hhaahhaa" suara itu mengelakkan tawa di ujung kalimatnya. Degupan kencang pasukan k-nil memuncakki dada mereka, setakut apapun pasukan ini, saling melindungi saudara adalah landasan utama dalam bertugas, itulah yang selalu di seru sang kapten kavaleri k-nil itu.
"tidak !" teriak seseorang memecah pekatnya malam. " kami tidak akan membiarkan kapten kami melakukannya sendiri, jika memang harus mencapai surga malam ini kami semua tidak keberatan !" suara itu tegas keluar dari mulut han, di ikuti sorakan yang lain.
"bodoh !, berfikrilah jerni kalian " ujar maurice, " bagaimanapun, kita terikat kapten" ujar geol. " benar, kita satu rangkaian, surga bukan hanya milikmu kapten" ruwiq menimpali.
" dari mana kalian pandai bicara seperti ini " ujar maurice yang tersenyum dengan tubuh merebah di batu.
"maaf tuan, sepertinya kami masih punya reflek yang cukup bagus" ujar maurice yang memgambil ancang –ancang " semuanya, mari lakukan sekali lagi" ..."yeah" sorakkan 26 pasukan maurice menggema dalam keheningan malam." Semuanya berkumpul, bentuklah lingkaran mari memasuki surga bersama" ujar maurice dengan senyum lebar di pipinya. 26 personil ini saling memengang satu sama lain waspada bertarung mengunakan insting mereka.
"ah, aku tidak suka adegan seperti ini, tapi perinta tuanku sudah keluar dari mulutnya, apa aku perlu minta maaf dahulu pada kalian " suara itu kembali.
"o, namaku max, aku harap kalian tenang setelah mendengar nama ku hhahha" max kembali menakut-takuti pasukan kavaleri.
"senang bertemu denganmu max" balas maurice yang berjaga jaga. Maurice menghelakan nafas berkali kali di akhiri dengan tarikan nafas panjang. " semua terimakasih kerja keras kalian selama ini ". "kapten, kau tampak menyedihkan hhahaa" han kembali berseru di ikuti tawa yang lainnya.
Maurice memejamkan matanya, ia mengangkat tangannya keatas, mengarahkan telunjuknya menuju langit langit, "dragon light aku memangilmu !" pekik sang kapten. "paradise " ujarnya lagi. Suara angin berhembus menerbangkan anak anak rambut pasukan kavaleri, tiba-tiba mata mereka sangat berat, kantuk yang luar biasa, bayangan air kelapa muda dari pohonnya membuat mereka terlena. Beberapa dari mereka mengeluarkan suara gorok isyarat tubuh yang begitu lelah " istirahatlah sebentar kalian, besok kita masih harus berjuang" guman maurice.
"oho, menarik ternyata kau juga bangsa jin. " senyum max luntur dari wajahnya tidak ia sangka jika sang manusia yang akan dia buru seorang parikan bangsa jin yang menurutnya seharusnya telah punah.
"bersekutu dengan manusia seperti mereka, kau tampak menyedihkan maurice"
Max mencoba menyerang maurice dari samping menggunakan pedangnya, kilatan pedang max bersiul siul di udara di sambut dengan petir milik maurice dengan cekatan. Max mengayunkan kembali serangan bertubi-tubi menuju dada dan bagian tubuh maurice yang lain hingga maurice terpental jauh kebelakang.
"kau sendiri, bersekutu dengan para iblis itu, apa kau banga !" ujar maurice.
"jangan bicara omong kosong seperti itu pada tuanku !" balas max yang kembali menghamburkan serangnya mengarah pada leher maurice. Dengan cekatan maurice mengelak dan memberikan pukulan balasan dengan tendangannya tepat mengenai ulu hati max.
Buk !
Maurice tidak memberi cela, ia meninju max dengan kilatan petirnya lalu memukul max berkali kali dengan tinju yang sama membuat darah kental keluar dari sudut bibir max.
"aku sudah muak dengan tingkah dabbat yang selalu memburu manusia !" ujar maurice sembali menendang perut max membuat max memuntahkan darah segar berkali-kali.
Max menghapus sisa darah dari mulutnya, " aku juga muak dengan tingkah kalian semua ! " teriak max geram langsung menyerang dengan kecepatan tinggi hingga tidak terbaca oleh maurice membuat maurice meringkuk kesakitan terkena serangan itu.
"memangnya apa yang kami lakukan huh, !" maurice geram, ia mengepalkan tangannya menopang tubuhnya yang terduduk di tanah. Kemudian ia mengeluarkan keris besar berpijar cahaya petir yang menyalah, menusuk tubuh bagian dada max dengan ganas.
"aaarrggg" max mengerang kesakitan, serangan maurice tidak dapat di hindari membuat max terjatuh tersungkur ketanah. " hahahaha" max yang kesakitan malah menunjukkan tawa gilanya di hadapan maurice yang juga berlumur darah, rupanya serangan terakhir max cukup fatal bagi maurice, serangan itu memakan waktu yang cukup lama untuk merusak sistem saraf maurice hingga membuka jaringan pori-pori maurice membuat pembuluh darahnya pecah dan keluar dari pori-porinya.
"hahahah" tawa maurice juga pecah, " kau .. sudah hilang akal kah ?" ujarnya pada max.
"yaa, aku lelah di dunia yang kacau ini " max menimpali maurice.
Ukhuk.. ukhu... darah segar keluar dari mulut dan telinga max, serangan maurice juga membuat nafas max berat, luka dalam yang cukup serius. Kedua parikan bangsa jin ini sudah berlumuran darah masing-masing kegelapan tanpa cahaya membuat tubuh mereka tidak sigap muda terkena serangan telak. Maurice mencoba bangkit samar samar ia dengar derup langkah kuda memasuki area bukit barisan. " licik, kau memangil bantuan " ujar maurice pada max yang juga berusaha bangkit. " apa ? aku tidak sepengecut itu " ujar max menimpali ucapan maurice.
Suara langkah kuda itu semakin dekat, auman dabbat terdengar dari kaki bukit barisan dentingan pedang juga menjadi suara tambahan dalam dinginnya malam. Dari kejauhan terlihat samar-samar cahaya obor dari atas kuda yang berduyun-duyun menuju ketempat mereka bertarung. Darah keluar makin deras dari tubuh maurice membuat matanya sayu beberapa kali ia hampir memejamkan matanya. Tak ubahnya seperti maurice, max mengalami hal serupa, darah juga seakan akan ingin segera keluar dari mulutnya.
Sedikit demi sedikit max berjalan menuju sebuah batu besar dan menempelkan belakangnya menyender agar ia bisa terus berdiri. " sial, dampak serangannya sebesar ini, siapa mereka, tidak mungkin dabbat dapat mengendarai kuda" guman max.
Mata maurice semakin berat, tubuhnya lemas kekurangan darah dilihatnya samar-samar kuda putih dan hitam diikuti kuda lainnya menuju kearahnya, " kapten !!" suara itu membuka mata maurice, suara yang begitu tidak asing " find ?" gumannya,
"kapten.. kau terluka " ujar find yang menuruni kudanya dengan sigap memeluk tubuh maurice yang terhuyun huyun di terangi obor di ikuti yang lain juga menuruni kudanya. " kapten" ... " lagash ?.. kaliaa~". Belum selesai maurice menyelesaikan kalimatnya matanya berat kemudian tertutup dengan sempurna.