Chereads / DOKUNIA: TAMPLATED A LIFE / Chapter 5 - manuver II

Chapter 5 - manuver II

"Keluarkan jaring..." pekik maurice lantang di ikuti oleh puluhan prajuritnya merentang tali-tali besar di antara dua bukit barisan yang gersang. " tembak lurus" ...

Suasana dingin sunup semakin menusuk kulit hingga ketulang, derup langkah kaki puluhan ribu dabbat mengetarkan tanah-tanah bukit barisan satu persatu mengikis dari atasnya. Tubuh hitam, cakar yang panjang di sertai gendusan yang membuat bulu kuduk merinding.

Maurice mengangkat tangannya kemudian mengepal memberi isyarat pada pasukannya untuk diam di tempat, beberapa orang di antara mereka telah merancang anak panah yang siap di lesatkan kapan saja. Tanah bukit makin bergetar berat, reruntuhan kerikil semakin sering terjatuh, telinga maurice bersiaga, matanya menembak lurus menuju jalan setapak bekas lalu-lalang dabbat yang sering mereka buru.

Dari kejauhan nampak anjungan berbentuk kotak persegi dengan rongga cukup luas untuk dua orang yang menaikinya. "apa yang mereka bawah " batin maurice menerka terka kemungkinan apa yang di rencanakan pasukan dabbat yang semakin mendekat kearah mereka.

Sorot mata pasukan kavaleri k-nil semakin tejam, sosok-sosok itu semakin jelas terlihat saat cahaya orange mulai terlukis di garis bibir langit. Betapa beraninya pasukan ini, tidak ada sedikitpun tergetar di dada mereka untuk mundur saat melihat ribuan pasukan dabbat berangsur memenuhi kaki bukit barisan. Semangat menyalah semakin deras, mata pasukan ini seperti nyalah api yang semakin tersulut minyak bumi.

"bersiap " isyarat tangan melepas sedikit-demi sedikit di lontarkan sang kapten,

"tembak !" teriakan sang kapten kavaleri ini sontak mengagetkan pasukan dabbat yang sedang berangsur muncul, auman terdengar sangar, anak panah pasukan kavaleri melesat seperti angin deras menghujan di hadapan mereka. Ribuan pasukan dabbat mengeluarkan senjata masing-masing sembari berlarian menuju atas bukit mencari posisi sang pemanah.

Kira-kira 300 dabbat berukuran besar berlarian bersamaan memenuju celah bukit barisan, mereka berteriak, mengaum mengeluarkan liur membasahi bulu leher mereka. Pasukan kavaleri k-nil bersembunyi di balik batu-batu raksasa sisa letusan gunung yang baru terbentuk akibat retakan lempeng ratusan tahun lalu.

"aku tidak sabar mencabik-cabik tubuh mereka" ujar geol sang pemuda berusia kurang lebih 40 tahun saat kapten maurice memerintahkan mereka untuk bersembunyi sesaat.

"aku membayangkan sup dan pindang dari daging merah mereka" ujar han yang menimpali perkataan geol dari batu sebelahnya.

Saat ini pasukan dabbat sudah mencapai 400 orang dalam perkiraan maurice memasuki celah tebing bukit barisan, maurice memberi isyarat kepada pasukan kedua setelah pemanah melepaskan jaring besar. Pasuka pemanah pun kembali beraksi, mereka merendam ujung panah dengan minyak bumi hasil penyaringan semberono, mereka menyalahkan api kecil dari percikan batu bara yang mereka bawah di kantung masing-masing.

Nafas maurice tak beraturan karna gugup, sosok tubuh amat besar dengan cula hitam kekuningan mengengam tombak muncul di antara ratusan dabbat yang lain. "pasukan satan ?" batin maurice " tidak-tidak, apakah mereka pasukan jin ?" batin marice kembali merancau. Angin teredas terasa menyekat leher maurice, raut ketakutan, aneh dan juga penasaran bercampur aduk di hati maurice.

"kapten, apa kita menyergap sekarang ?" ujar ruwiq memecah lamunan sang kapten kavaleri k-nil tersebut.

"tunggu sebentar" ujarnya. "tapi mereka sudah cukup banyak, aku khawatir jaring kita tidak cukup menangkap yang lebih dari itu " sambung ruwiq. "percuma, raksasa itu tidak akan mempan kita jerat " ujar maurice lagi. Ruqiw nampak bingung, wajah maurice gugup, tidak biasa ia melihat sang kapten pemberani ini gugup seperti itu. "kapten, mereka seperti dabbat yang biasa kita buru, mereka tidak memiliki tubuh raksasa" ujar ruwiq kembali. Maurice tersentak, "apa kau tidak melihat monster sebesar itu ", wajah ruwiq terlihat mematung, memang dari sudut pandangan ruwiq tidak ada monster seperti itu di antara dabbat yang menjadi sasaran mereka.

"sungguh, kau tidak melihat monster itu " tanya sang kapten kembali. Ruwiq mengelangkan kepalanya tanda ia tidak melihat apapun yang di rancau sang kapten.

"kapten !" teriak seseorang yang cukup jauh dari posisi mereka berdua berbicara. Maurice tersadar, ia meniup-tiupkan telapak tangannya kemudian di usapnya di muka. Seketika sosok besar bercula itu hilang dari pandangannya. Maurice terdiam sesaat, beberapa saat kemudian kesadarannya kembali dan memberi isyarat kepada pasukannya untuk melebarkan jaring dan menergap target mereka.

"lepaskan !". jaring raksasa di sertai batuan besar menaburkan diri menuju 400 dabbat yang sedang menaiki bukit barisan. Jaring itu membawah baluran minyak yang tersengat aromanya, sedangkan di antara bebatuan besar ada salipan batu tiruan yang dapat memicu ledakan besar.

Selepasnya jaring dari ikatan, pasukan dabbat terperosok berjatuhan menimpa dabbat yang lain berhimpitan menjadi buntalan-buntalan mirip jerat laba-laba, pasukan pemanah segera melepaskan panah api mereka menuju sasaran sesuai yang di rencanakan.

Duaarrr !

Ledakan jamur super besar, menghaguskan 400 pasukan dabbat sekaligus menyuarakan nyaring yang terdengar ratusan mil. "cih, manusia kurang ajar !" dari sudut belakang sebuah singahsana terbuat dari tulang rusuk dabbat bertenger sosok laki-laki dengan dua tanduk di kepalanya. Laki-laki itu membawa pedang besar menelanjangkan dadanya penuh bekas luka yang mengerikan. Sosok itu terlihat masih seumuran dengan lagash tetapi auranya melebihi aura yang di miliki semua dabbat bahkan semua mahluk yang perna di temui maurice.

"kapten, aku melihat sosok pemimpin mereka " ujar ruwiq. "ya, aku tau."

"kembali kebelakang !" pekik maurice pada pasukannya. Konsentrasi maurice kembali sepenuhnya, ia kembali menyusun strategi untuk menjerat dabbat itu lagi hingga tersisa sedikit dari mereka bahkan tak bersisa dari mereka. Pasukan k-nil segera berlarian tak beraturan menuruni bukit barisan mengalihkan perhatian dabbat setengah dari mereka telah membawa jaring sedang dan beberapa bubuk misium.

Pasukan dabbat yang tersulut emosi berlari mengejar pasukan kavaleri k-nil yang berlarian itu, mereka berusaha menangkap secara bersamaan walaupun hanya satu orang yang menjadi target mereka.

"sudah ku duga, mereka tetap mahluk dungu " ujar maurice yang melihat reaksi pasukan dabbat itu. Kira-kira sudah mencapai seratus, maurice kembali mengisyaratkan kepada pasukannya untuk melempar jaring dan memanah lagi dan lagi hingga korban mereka hampir mencapai kurang lebih 3000 dabbat.

"huuu hosh.. host, aku lelah " ujar salah satu pasukan k-nil yang mendapat tugas berlari dan mengambil resiko. "mau bergantian denganku " ujar yang lain yang mendapat tugas sebagai pemanah. "tidak, sampai titik darah penghabisan pun, sampai tubuhku remuk sekalipun aku tidak akan menyerahkan tugas ini pada siapapun" ujar laki-laki itu tegas kembali berdiri mengencangkan kaki dan tangannya merancang pergerakannya lagi.

Matahari sudah tepat di atas kepala, sudah lebih dari 5000 pasukan dabbat terbunuh tanpa perlawanan, mereka menyerang membabi buta akan tetapi tidak ada satupun serangan mereka mencapai objek yang mereka inginkan. Sedang pasukan k-nil yang sudah kelelahan masih tetap dalam formasi dengan jumlah personil yang masih utuh.

Penyerangan ini berlangsung cukup alot, pasukan k-nil yang kelelahan mulai tidak produktif dalam penyerangan, meski berangsur strategi maurice benar-benar ampuh, kali ini mereka dapat membakar 7000 dabbat secara keseluruhan saat matahari mulai meredupkan pandangannya.

Dari sudut ujung pasukkan dabbat, seorang laki-laki lain mendatangi pemuda yang duduk di singgahsananya dengan santai " tuan, sampai kapan anda akan membiarkan pasukan kita mati konyol seperti itu " ujarnya. "biarkan mereka bersenang-senang dulu max, " ujar pemuda itu." Tapi ini sudah keterlaluan, pasukan kita menyusut dengan cepat". " benarkah ?" laki-laki itu mengangukkan kepalanya "izinkan saya maju tuan," ."baiklah.. selesaikan dengan cepat !" " siap !"