Pagi sekali Ben sudah berada di rumah Lea untuk memastikan wanita itu makan sarapan dan minum obat tanpa perdebatan berarti. Banyak hal yang membuatnya merasa ikut bertanggung jawab dengan kondisi Lea hingga hari ini, jadi apapun akan ia lakukan agar wanita itu pulih atau setidaknya memiliki waktu yang sedikit lebih lama. "Jangan bandel, kamu tidak kasihan pada Ibumu?" kata Ben sembari menyerahkan beberapa butir pil pada Lea.
"Kakak ini bicara apa? Ibu itu Ibuku, wanita yang melahirkanku tentu saja aku tidak ingin melihatnya sedih." Lea mendengus pelan. Bagaimana Ben bisa mengatakan hal semacam itu padanya?
"Kalau kau kasihan Ibumu seharusnya tidak sampai berdebat seperti ini hanya untuk sesuap nasi Aleana Diandra," kata Ben yang terdengar sangat tidak bersahabat. Lea tahu jika Ben sudah menyebut nama lengkapnya berarti lelaki itu sedang kesal.
"Kalau Kak Ben kesini hanya untuk berceramah sebaiknya pulang saja," balas Lea sembari mengalihkan pandangan ke arah lain.