Ellera mengucek matanya perlahan. Berharap kejadian semalam hanya halusinasinya saja, karena jika memang benar itu terjadi, dirinya benar-benar berpikir telah gagal menjadi seorang teman sekaligus saudara.
Tak henti-hentinya Ellera overthingking. Sampai hari sudah mulai pagi, dan jadwal dirinya pagi ini yang tak lain adalah untuk comeback kuliah. Cukup lama Ellera tidak kuliah—hanya karena dosen sialan yang telah mencoreng nama baiknya di depan kedua orang tuanya.
Kala itu, Ellera hendak membuat tugas proposal bertema seni, sesuai perintah dosennya. Nahas, Ellera malah menghancurkan tugas dan nilainya sendiri, karena membuat proposal yang bisa dibilang sangat nyeleneh. Bahkan tidak terduga oleh semua orang sebelumnya. Ellera membuat proposal dengan bertemakan 'Semua Cowok Itu Bangsat', hal itu yang memicu dirinya hendak dikeluarkan dari kampus. Namun karena dosennya tahu bahwa Ellera adalah putri dari seorang Profesor Global Eleranda Neomu, sehingga gadis itu masih aman karena koneksi papanya hingga kini. Hanya saja, harus break sementara sampai situasi sedikit membaik, karena insiden itu menyebar luas di kampus fakultas Ragela itu.
Tidak bisa dimungkiri juga, Ellera akan membuat proposal bertemakan mengejutkan dan menohok seperti itu. Isinya pun tak kalah mengejutkan. Ellera bahkan dengan beraninya menulis proposal dengan menjelekkan semua pria, seolah selalu bertingkah paling merugikan di muka bumi. Lontaran kata kotor di setiap kalimat proposal itu yang membuat dosennya semakin geram terhadapnya, secara dosennya juga seorang pria. Dan hal ini masih belum diketahui oleh teman-temannya, apa motif gadis itu sehingga menghancurkan citranya sendiri. Meski begitu, namun bagi Ellera, hal ini bukanlah masalah besar. Dan untuk saat ini, yang tahu hanyalah Elsana sejak insiden siang kemarin.
***
Semua anak-anak telah berkumpul di apart 50. Wajah mereka semua terlihat masih kusut dan belum mandi. Namun, tidak dengan Esme, gadis itu sudah berseragam rapi dengan gaya rambut yang terurai panjang, tak lupa bandana BT21 TATA berwarna merah kesayangannya.
Esme adalah seorang pelajar SMA kelas XII. Sebelum berangkat sekolah, Esme kerap mendatangi apart 50, tempat berkumpulnya para circle.
"10000 dolar?
"Bukan!"
"50000 dolar?" tebak Elsana heboh. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Sellena sedari tadi.
"Gimana, si lo, Els ... mau aja di bodohi. Ya bener dong! Jawaban lo dari awal, kan emang 50000," sahut Ellera menghancurkan game konyol yang dimainkan oleh Sellena.
"Padahal gampang banget ih. Gitu aja nggak bisa," sambung Reiley yang diikuti Esme. "Oh ya, kan, Kak Reiley yang paling jago dalam permainan seperti ini haha," kata Esme secara tidak langsung mengejek Elsana.
Elsana terdiam—melirik tajam gadis-gadis cantik di depannya. Ia mengaku kalah dan menerima hukuman yang dibuat oleh Sellena sebelumnya. "Nyerah gue sumpah, cuntel banget otak gue." Elsana terepengah tak percaya dengan pikirannya yang lemot.
Elend bangun dari kasur king of size yang muat untuk tidur berenam itu. Bahkan rambutnya masih begitu acak-acakan. Ia menyodorkan ponselnya ke arah para circle. "Eh liat ini," pinta Elend miris.
Ellera spontan menyambar ponsel Elend. Sedangkan Reiley, Esme, Sellena, dan Elsana, melihat dengan membentuk kerumunan kecil di atas Ellera.
"Itu kampus lo, nggak, sih? tanya Elend ke Ellera.
"Iya bener. Ini kampus gue. Siall, maksudnya apaan, si? Gue nggak paham sumpah," jawab Ellera bingung letak keanehannya dimana.
Karena Ellera sudah melihat dengan jelas, kini ponsel Elend disambar oleh Elsana dan semua teman-teman yang ikut melihatnya.
"Elle, cowok ini, 'kan....?" Elsana menghentikan ucapannya. Ia baru sadar jika saat ini sedang berkumpul dengan teman-temannya yang sangat Anti Romantic itu.
"Lo kenal?" tanya Reiley melempar matanya ke arah Elsana. Disusul Sellena yang juga melempar matanya ke arah Ellera. "Maksud kalian apa, sih?" tanya Sellena yang juga sangat penasaran.
"Kak Elle kenal sama cowok ini?" cibir Esme seraya menarik ponsel Elend untuk ditunjukkan menghadap mata Ellera. "Tuh, bukankah cowok ini sangat tampan?" ledek Esme memancing emosi Ellera.
"Ini udah jam berapa? Berangkat sana!" bentak Ellera melempar ponsel Elend yang sedikit lagi mengenai wajahnya.
"Haha ... yang jelas, cowok ini sangat cerdas di kampus lo, Ell. Dia berdampak besar di kampus lo! Tuh lihat, semua sosial media berbondong-bondong memposting wajah tampan, si Adinata, untuk mengucapkan selamat. Laman feed instagramnya juga dibanjiri pujian," ungkap Elend takjub.
"Lo tau namanya juga, Lend?" tanya Elsana sedikit melirik Ellera menyamping. Memastikan apakah Ellera baik-baik saja.
"Yakali gue nggak tau? Adinata pernah satu lobi sama gue pas olimpiade di Singapura satu tahun yang lalu. Cowok itu peserta olimpiade dari LA. Bukannya gue udah pernah bilang ke kalian, ya? Yakin kalian lupa secepat itu? Tapi mungkin, si Adinata udah lupa, sih sama gue. Udah lama banget soalnya," jawab Elend jujur. Sedangkan semua circle itu heboh, semua tatapan serius itu kini melirik Ellera.
"Elle....," lirih Elsana takut. Ia takut Ellera akan meledak karena Elend baru saja menyebutkan nama Adinata sialan itu.
"Elle, sabar ... sabar ... gue paham, gue paham!" Sellena menepuk-nepuk punggung Ellera, seolah menenangkan.
"Drama macam apa ini? Astagaa ... ini sungguh membuatku gila," ketus Esme mencoba meraih tugas-tugasnya yang sudah selesai dikerjakan oleh Elend. Kini ia mencoba untuk angkat kaki dari apart 50 untuk pergi ke sekolah, karena sedikit lagi mungkin akan terlambat.
Elend hanya bisa menelan ludah.
Gleg!
"Eh...." Menatap satu-satu wajah circle-nya, termasuk Ellera yang menjatuhkan matanya itu. "Gue tadi ngomong apa emang? Hehe, kaburrrr ... Esme tungguin gue!!! Jangan tutup dulu pintunya." Elend memekik keras ketakutan. Ia takut Ellera akan melibatkan dirinya dalam emosi yang mungkin akan berkepanjangan.
Semua circle terbahak-bahak, sedangkan Ellera tak bisa berhenti mengehala napas, terpaksa harus menarik sabarnya karena ini masih pagi.
***
Kebetulan mereka semua tidak satu kampus, meski berteman dekat dari kecil. Elend memilih kampus universitas bergengsi yang jauh lebih berkualitas sesuai otaknya. Jurusan yang ia ambil sesuai pelajaran favoritnya, yaitu Matematika. Elend mempunyai cita-cita menjadi seorang Profesor hebat, sama halnya dengan papanya.
Di sisi lain, Ellera mengambil jurusan yang menurut sebagian orang menganggapnya sangat membosankan dan susah dipelajari, yaitu Seni Patung. Ellera mengambil jurusan seni bukan karena iseng atau apa, hal itu karena bakat pahat memahatnya, dan teknik-teknik pembuatan patung lainnya sudah melambung sejak dini. Tak hanya itu, Ellera, gadis itu juga bisa melukis dalam hitungan menit, dan hasil karyanya sudah terpampang jelas di pameran nasional bahkan istana negara. Gadis itu juga pernah mengikuti pameran di luar negeri. Satu kampus dan satu jurusan dengan Sellena, lebih mempermudah aksinya untuk berkolaborasi ide pendapat dan argumen yang berbeda. Selerah keduanya cukup mahal dan extreme, sehingga tidak ada yang berani meremehkan kemampuan seni mereka. Bahkan dosennya sendiri juga mengakui karya pahat keduanya. Beberapa penghargaan juga telah didapatkan oleh Ellera dan Sellena sewaktu duduk di bangku sekolah hingga ke jenjang pendidikan tinggi.
Sedangkan Elsana dan Reiley, mereka berdua juga memiliki jurusan yang sama, yaitu tata rias. Selain memiliki bakat memasak, Reiley juga mendalami bakatnya dalam merias. Begitu pula dengan Elsana, keduanya tampak mengambil jurusan yang sama. Dan sama-sama ingin menjadi MUA profesional yang berbaur dengan artist global.
***
Ellera dan Sellena tampak sudah siap masuk kelas memahat. Mereka berdua jelas mengenakan seragam jumpsuit khusus untuk eksekusi pembuatan patung dari tanah liat.
Karena begitu tomboy, Sellena pun mengenakan topi ditambah jaket tebal hitam, meski cuaca hari ini sangatlah panas. Gadis itu memang mempunyai kebiasaan buruk dan tidak berguna, terlebih tidak patut untuk ditiru. Sedangkan Ellera, gadis itu lebih memilih menguncir rambut panjangnya yang tadinya terurai, dengan beralaskan jumpsuit berwarna navy.
"Nanti kalo kelas udah selesai, lo ikut gue, ya? Please ... bantu gue!" bisik Ellera serius ke Sellena yang tampak sudah merapikan alat-alat yang akan digunakan untuk kelas hari ini.