"Eh apa, sih? Aku nggak paham maksud kalian berdua. Ngomongin apa, sih kalian?" celetuk Rey memotong pembicaraan gadis-gadis cantik itu.
"Intinya, temen gue sekarang lagi menerjang ke pelosok desa terdalam. Dah itu aja intinya," jawab Reiley tidak membeberkan dengan jelas.
"Masa, sih? Tapi kenapa? Apa yang mereka lakukan?" sambung Jay yang juga tertarik dengan obrolan itu.
"Jemput Ellera dan Sellena," jawab Elsana lirih.
"Ellera? Bukannya... Ellera itu si cewe jutek yang saat kita pertama kali bertemu waktu itu, kan?" tanya Rey masih kurang puas.
"Iya," lirih Elsana lagi.
Jay geleng-geleng. "Heum ... ada-ada saja."
"Terus gimana? Kalian mau nyusul juga? Apa gimana?" tanya Jay.
"Hah, gimana-gimana? Ya—engga sih, ngapain juga? Yang ada, kita nanti bisa masuk, tapi nggak bisa balik lagi." Dibayangkan saja sudah membuat Elsana takut.
"Yaudah gimana? Ini kita lanjutin having fun apa gimana? Soalnya kalian berdua kaya nggak tenang gitu," ulang Rey.
"Engga ... kita lanjutin aja," usul Elsana, yang tidak mau jauh-jauh dari Rey.
"Tapi jangan di read aja, Els. Bales grup kek. Gimana mereka mikirnya ke kita? Kita cuma nyimak aja kaya gini? Apalagi ada Ellera disana. Yang ada masalah makin besar perkara kita mengabaikan pesan group," tegur Reiley. Reiley segera meraih ponselnya lagi.
Circle 🌹
[Reiley] : Hati-hati, ya. Jangan ngebut.
[Reiley] : Maaf gue nggak bisa ikut, karena memang kalian sangat mendadak bukan? Sepertinya begitu. @Elend. Lo yang nyetir? Ati-ati, ya.
[Elsana] : Nanti kalo udah menuju pulang, kita semua liburan gimana? Liburan musim panas?
[Elsana] : Lama nggak liburan juga. Biasanya yang paling semangat ini Esme dan Ellera kalo soal liburan gini.
[Elsana] : See you ...
Elsana dan Reiley akhirnya mengirimkan pesan teks itu ke obrolan grup circle.
"Huhhh ... lega gue sekarang," desis Elsana.
"Semoga nggak ada apa-apa beneran. Gue ngeri si, waktu mereka bilang jalannya curam dan masih jauh dari pemukiman," harap Reiley, meletakkan ponselnya kembali. Di susul tangan kanannya untuk meraih segelas americano dingin.
"Eh kalian semua kenal Adinata, nggak?" sahut Jay. Membuat semuanya tiba-tiba terbengong, termasuk Rey.
"Lo kenal sama Adinata juga ternyata?" tanya Rey penasaran.
"Nggak begitu kenal sih, cuma tahu aja. Adinata, bukannya temen deket lo, ya?" jawab Jay balik tanya lagi.
"Iya, emang temen gue dari kecil tuh anak. Bahkan keluarga gue sama Adinata masih kerabatam. Sekarang si Adinata juga satu kampus sama Elsana dan tunangan lo! Lo pastinya udah tau, ngga mungkin belom tau," beber Rey.
Uhukk!
Reiley tiba-tiba tersedak minuman kala mendengar ucapan Rey.
"Satu kampus? Kok gue baru tau?" Jay terheran-heran.
"Lah... Emangnya lo tau kampus Adinata sebelumnya?" tanya Reiley ke tunangannya itu.
"Ya engga ... maksud gue tuh, eh kok gue. Aku, maksud aku itu ... kenapa kok kamu nggak ngasih tau kalo satu kampus sama cowok itu?" tanyanya lembut. Sikap Jay membuat wajah Reiley mengeras.
"Lah? Emangnya itu penting buat lo? Gue aja nggak kenal ama tuh anak. Siapa tuh Adinata? Adinata namanya?" Ujung bibir Reiley mengecil menghadap Elsana.
"Heuh ... syukurlah." Jay menarik nafas lega.
"Hahaha ... belum apa-apa udah cemburu aja nih," ledek Rey tertawa keras. Di susul Elsana yang juga ikut menertawakan Reiley dan Jay, pasangan yang saat ini sudah mempunyai ikatan itu.
"Hahaha ... engga, Reiley ngga akan kaya gitu kok. Cewek baik-baik dia. Jadi, lo tenang aja, Jay. Lagian semua orang tau, dari raut wajah Adinata. Tuh cowok ya, nggak punya wajah-wajah buaya sama sekali. Nggak jago dalam hal asmara tuh anak. Bener nggak, Sayang?" tanya Elsana ke pacarnya itu.
"Iya bener, Sayang. Adinata tidak terlalu tertarik dengan cewek. Tuh anak masih tetap pada pendiriannya, tidak akan pacaran ataupun menikah dengan siapapun, kecuali teman masa kecilnya!" beber Rey.
Elsana ternganga. "Hah? Gitu amat, ya prinsip orang ganteng. Lah teman masa kecilnya emang mau sama dia? Eh bukan, maksud aku temannya itu udah pacaran sama, si Adinata apa gimana?" cecar Elsana larut dalam cerita. Sedangkan Reiley dan Jay menyimak obrolan dengan serius.
"Ya, itu dia masalahnya. Si Adinata hingga kini masih mencari-cari teman masa kecilnya itu. Mereka dipisahkan oleh orang tua mereka. Alhasil, Adinata setiap hari mencari teman masa kecilnya. Dari sosmed dll, tetep ga nemu. Terkadang gue kasian sama tuh anak. Tapi gimana, ya gue aja nggak tau apa-apa, secara tuh anak tertutup banget sama gue. Bingung gimana cara bantunya."
"Mungkin teman masa kecilnya itu sangat berpengaruh besar dalam hidupnya. Sampai berniat ingin menikahinya nanti loh. Gilaa... Parah, sih Adinata ini. Lakikkkk bener. Coba kalian pikirkan, berani ngejomblo hanya untuk teman masa kecil yang saat ini sudah los kontak? Bukankah pertemanan mereka tidak biasa? Pasti ada hal-hal yang sudah di bumbui sebelumnya," lanjut Reiley.
"Bener itu. Gue juga jarang sih nongkrong sama Adinata. Terakhir kali gue sama Adinata kalo nggak salah pas dateng ke acara pertunangan kalian," lirih Rey, kala ingat.
"Gue jadi penasaran sama sosok cewek masa kecil yang dimaksud Adinata," pikir keras Elsana. Ia terbawa perasaan dan baper dengan kisah cowok yang sama sekali asing baginya.
***
"Syukurlah lo selamat sampai tujuan." Sellena mendekap erat tubuh kedua temannya yang baru melewati beberapa rintangan di jalan itu.
Esme dan Elend memeluk balik kedua temannya yang telah berhasil memecahkan rekor.
"Mesin kalian aman, kan? Bermalam disini dulu aja. Jangan langsung pulang," pinta Ellera. Karena hari sudah mulai gelap juga. Dan dirinya juga sangat lelah.
"Tapi tempat tidurnya terbuka. Alias nggak ada pintu. Kalian mau, kan?" timpal Sellena.
Elend dan Esme semakin mempererat dekapannya. "Jangan pikirin itu dulu. Yang pastinya kita harus merayakan kemenangan kalian yang sudah terpilih untuk mengikuti kompetisi pameran dunia. Siall, gue bangga banget sama kalian berdua. Gue bangga anjj. Kalian bisa gitu buat patung secakep itu tanpa liat sketsanya. Gila sih ini, cheat ini pasti," cecar Elend tidak bisa menyembunyikan tangisnya. Benih bening itu perlahan jatuh mengenai pundak Ellera.
Begitu pula dengan Esme, ia juga membanjiri pundak Sellena. "Nggak bisa berkata-kata lagi. Makasih udah bikin Esme bangga. Sayang banget sama kalian berdua."
"Udah-udah, kita masuk dulu. Kita makan malam bersama. Banyak nyamuk diluar haha," ajak Ellera memapah kedua temannya yang saat ini masih syok itu.
***
Di dalam rumah penginapan warga sekitar yang begitu panas dan banyak nyamuk. Ternyata masih bisa diterima Elend dan Esme dengan baik. Keduanya tampak senang dan tak mengeluh sama sekali. Apalagi tempat tinggalnya sebelumnya benar-benar elite dan glamor.
"Kak, besok Esme kayanya nggak pergi ke sekolah. Udah selesai ujian juga, jadi bisa bersantai."
"Yakin? Udah ijin ke mama? Nanti dimarahin. Besok gue usahain bangun pagi banget agar sampe kota sebelum jam berangkat sekolah lo. Meski agak telat juga sih, karna emang jauh banget," tutur Ellera ke si maknae.
"Engga, Kak ... engga usah. Kan Esme dah bilang, kalo besok mungkin ngga ada mata pelajaran yang penting-penting banget. Udah selesai ujian soalnya," tolak Esme.