Semilir angin sore menerpa wajah seorang wanita yang tengah berdiri di balkon rumahnya. Wanita itu terlihat menghela napas berulang kali, seperti tengah memikirkan sesuatu yang berat.
"Teh sore untukmu."
Wanita itu menoleh ke samping, dan menerima secangkir teh manis hangat, lalu menyesapnya perlahan.
"Bagaimana dengan projek kita selanjutnya? Apa sudah kau siapkan?"
"Sudah. Apa kau ingin aku menyebarkannya hingga penjuru kota? Atau menempelnya di semua tiang?"
"Tidak usah, Keke. Kau buat secara daring saja. Agar peminatnya tidak terlalu banyak."
Keke mengernyit bingung. Bukankah itu tujuan Lusi? Mencari pria yang tepat untuknya? Lalu apa masalahnya, jika si pelamar berjumlah lebih dari semestinya?
"Bukankah bagus jika peminatnya banyak? Kau bisa memilih sesukamu."
