Entah berapa lama Rian tenggelam dalam mimpi. Entah karena pingsan atau justru malah tidur. Namun, akhirnya mata laki-laki itu tampak mengerjap. Perlahan dia mendudukan diri sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Shhh …. Sakit sekali kepalaku. Dasar si David sialan! Bisa-bisanya dia membuatku kesakitan seperti ini," gerutu Rian benar-benar kesal pada sahabat dari gadis yang dicintainya.
Rian clingukan kesana kemari, namun tak melihat sosok Livia. Entah ada di mana gadis itu saat ini, padahal tenggorokannya kering minta dialiri air.
"Livia!" teriak Rian dengan suara yang masih lemas.
Hening!
Tak ada suara apa pun yang menyahut. Itu membuat Rian cukup kesal. Karena saat dibutuhkan gadis itu malah menghilang.
"Dasar tidak berguna! Kalau saja aku tidak takut kau mengadu sembarang pada keluargaku tentang kehamilan itu, sudah pasti aku menendangmu ke jalanan," gerutu Rian benar-benar diambang batas kesabaran.