Chereads / Pradhika's Bloody Incident / Chapter 34 - Lukisan Aneh

Chapter 34 - Lukisan Aneh

"A-apa yang mau elu lakukan, Yu?" teriak Siji panik saat melihat Yuji mengangkat besi linggis kecil itu ke udara, tinggi-tinggi.

"Gua mau motong tangan elo. Hadoh, banyak nanya! Gua kepret juga elo, Sithok!" bentak Yuji.

"Yu! Gua ini Abang elu lho, bukan adik tiri elu! Kok elu tega berbuat sekeji itu sih?" ucap Siji, yang mengira jika perkataan Yuji tadi sungguhan.

Yuji mengembuskan napas, kesal. Ia tadi sudah konsentrasi agar pukulannya ke ubin tak mengenai lengan Siji, tapi saat Siji terus berteriak malah membuat Yuji gugup karena takut melukai lengan kakak kembarnya. Yuji memang pada dasarnya sangat baik, tapi lebih sering laknat memang.

"Yu! Kalau elu masih dendam pada gue soal kucing dan soal kondangan waktu itu, mending kita selesaikan setelah kita keluar dari sini. Jangan macam-macam dengan benda tajam itu, Sialan!" teriak Siji. Raut ketakutan tergambar jelas dari wajahnya.

"Diam dulu, Sithok! Gue ini cuma mau membuat lubang ini menjadi lebih besar, agar elo bisa mengeluarkan tangan elo tanpa terluka, Ogeb!" bentak Yuji.

"Tunggu, Yu! Tapi, eluu harus hati-hati! Bisa-bisa lengan gua yang elu buat berlubang bukannya ubinnya," cecar Siji.

"Diamlah, Sithok! Gue butuh ketenangan!" Setelah berucap seperti itu, Yiji mulai menggali ubin di sekitar lengan Siji dengan bagian lancip linggis kecil itu.

Siji memejam mata, tak ingin melihat adegan dramatis itu. Ia benar-benar takut jika pukulan Yuji akan meleset ke lengannya. Di ruangan ini yang terdengar hanya suara 'Dhugh! Dhugh! Dhugh!' berkali-kali. Suara ubin yang digali menggunakan linggis kecil oleh Yuji.

Setelah sekian menit, Yuji berhasil membuat lubang atau celah yang memerangkap lengan Siji menjadi besar. Yuji tertawa kejam saat melihat Siji yang masih terpejam dan terlihat ketakutan.

Yuji mundur tanpa memberi tahu kakaknya itu, kalau lubangnya bsudah selesai ia gali.

"Yu! Apa gua udah bisa menarik lengan gua?" teriak Siji, masih memejamkan matanya. Tidak berani melihat ke arah lengannya.

Yuji mengabaikan panggilan saudaranya itu. Fokus matanya tertuju pada sebuah lukisan yang berada di dinding. Sebuah lukisan seorang perempuan cantik yang memakai jubah putih. Di sekeliling wanita itu terdapat puluhan lukisan abstrak seperti titik-titik berwarna hitam. Jika Yuji tak salah mengira, itu seperti lukisan semut. Ah, entahlah. Ia tak begitu paham.

Padahal, sebenarnya titik warna hitam itu adalah kucing dalam artian lukisan abstrak itu. Lukisan itu menunjukkan sebuah ritual pada jaman dahulu.

"Sithok! Sini deh lihat!" panggil Yuji.

Siji perlahan membuka matanya. Ia mengembuskan napas lega saat melihat lengannya sudah dapat ditarik keluar. Yuji sepertinya sengaja tidak memberitahu dia tadi. Padahal, Siji sudah sangat pegal dalam posisi merangkak dengan lengan yang masuk ke bawah lubang.

Siji bangkit dan mengecek tangannya. Syukurlah, tidak ada lubang seperti yang diucapkan Yuji tadi. Sepertinya, Yuji memang sengaja mengarang cerita seperti tadi agar Siji takut. Nyatanya, Siji memang takut. Dia selalu yang termakan kebohongan Yuji. Belum kapok dia dibodohi dan dibohongi adiknya sejak kecil.

Yuji menoleh ke arah Siji kembali dan mengisyaratkan untuk Siji mendekat.

"Cepetan ke sini, Sithok!"

Siji berlari dan kini sudah berada di sebelah Yuji. Mereka berdua sama-sama memperhatikan lukisan aneh yang terpajang di dinding ruang kamar ini.

"Ada apaan sih, Yu?"

"Coba lihat lukisan aneh ini deh!" ucap Yuji sambil menunjuk ke arah lukisan.

Siji mengamati dan memperhatikannya lebih dekat.

"Kalau tidak salah tafsir, lukisan ini seorang perempuan cantik yang memakai jubah putih. Gua yakin cewek ini pemilik tempat ini atau orang yang berpengaruh besar pada tempat ini, Yu. Terus di sekeliling wanita itu terdapat puluhan lukisan abstrak seperti titik-titik berwarna hitam. Gua yakin itu artinya pasti kecoa terbang."

Siji mengucapkan analisanya, tapi kepalanya langsung ditoyor kejam oleh Yuji.

"Ngaco! Itu bukan kecoak tahu, tapi itu pasti semut."