Bibir yang begitu seksi, bulu mata lentik, serta bagian tubuh terbuka cukup untuk membuat gejolak nafsu dalam tubuh setiap laki-laki menjadi meledak. Amiru benar-benar ingin menikmati tubuh wanita itu, setiap lekak-lekuk tubuhnya sudah sangat menggoda.
"Aku tidak apa-apa, siapa kau ini?" tanya Amiru sembari gemetaran.
"Namaku adalah Naiza, aku di sini adalah pelayan baru yang berhutang nyawa atas tindakan Anda gagah berani yang mampu menghadapi monster dengan jumlah sebanyak itu, aku sangat kagum melihat Anda!"
"Uh? Benarkah?" Mata Amiru tidak bisa berpaling dari dua bulatan besar yang dimiliki oleh gadis itu, nafsu sangat bergejolak hingga dia ingin terbang.
"Tuan Pahlawan, hari ini Anda harus tetap istirahat, aku akan menemani Anda jika diperlukan!"
Amiru menelan air ludahnya, senyuman menyeringai dia berikan kepada gadis itu. "Baiklah, aku akan sangat senang jika bisa ditemani oleh gadis secantik dirimu!"
"Hehehe… aku sangat senang mendengarnya!" Dari tatapan centil miliknya terdapat niat berbahaya yang tidak akan bisa disadari oleh Amiru yang sudah terpancing oleh nafsu yang sangat tinggi.
Cara yang sangat klasik untuk membuat seorang pria lengah menggunakan seorang wanita, Raja Iblis Nova melakukan cara ini demi melancarkan rencana yang sudah disiapkan.
"Bagus, semua ini pastikan akan berhasil!" Nova tersenyum menyeringai.
Adena sangat senang dengan rencana yang baru saja didengarnya. "Saya akan membuat pria itu jatuh cinta hingga dia tidak sadar kalau aku adalah salah satu pilar dari Raja Iblis!"
"Ya! Aku sangat mengandalkan dirimu, jangan sampai kau mengecewakan apa yang sudah aku harapkan ini!"
"Baik!"
Semua rencana sudah dilaksanakan, Amiru sedang berada di genggaman Raja Iblis Nova, dengan nafsu yang sudah mengendalikan pikiran mustahil untuknya bisa keluar dari wajah cantik Adena.
***
Sembari menuju wilayah timur Arzlan mencari monster yang bisa dia kalahkan, pria itu ingin terus menjadi kuat sebelum mendapatkan pedang dan armor yang bagus.
"Grroagh!"
Seekor monster kelabang raksasa berwarna ungu sudah mengeluarkan suara berdesis akibat kemunculan dua orang yang sangat mengganggu.
Shings!"
Tidak ada yang perlu Arzlan bicarakan, melihat monster itu dia ingin segera mencincang tubuhnya.
"Accelerator!" Bergerak Arzlan secepat kita dan muncul di belakang monster itu, tapi tidak terlalu cepat untuk dirinya bisa menyerang dikarenakan monster itu tiba-tiba berbalik.
Dhish!!!
Cairan asam disemburkan ke arah Arzlan, konsentrasi pria itu menjadi terganggu. Tubuhnya terjatuh akibat pandangan yang dimasuki cairan asam. "Kurang ajar!" Satu mata kanannya telah mendapat damage yang sangat menyakitkan, asap terus keluar dari beberapa bagian tubuh sebagai reaksi kimia yang sedang melelehkan pakaian.
Monster yang bernama Strap Worm Giant itu melakukan charge ke arah Arzlan, pria itu belum dalam kondisi yang cukup siap.
"Cih… baiklah, akan aku tunjukan seperti apa itu kekuatan yang sebenarnya!"
Alisha ingin membantu Arzlan, akan tetapi pria itu sudah berpesan untuk tidak mengganggu pertempurannya.
"Eh? Kenapa aku tidak boleh membantu Tuan?" Alisha menjadi heran, mereka berdua seharusnya bisa saling membantu, tapi Arzlan seolah tidak menaruh rasa percaya terhadap dirinya.
"Aku ingin terus belajar, aku juga tidak ingin melibatkan dirimu dalam bahaya!" Arzlan mengingat kalau Alisha sudah terkena luka yang cukup besar akibat cakaran dari Whiete Kishin Taiga.
Alisha menjadi sedih akibat ucapan Arzlan itu dia tidak bisa melakukan apa-apa, hatinya merasa goyah saat menyaksikan pertarungan Arzlan.
Tubuh Arzlan bersiaga, energi kegelapan mulai menyebar dalam tubuhnya. Mata kanan yang tadi terkena cairan asam sudah menjadi merah menyala dengan sekelilingnya hitam pekat, dia tersenyum lebar sembari menggenggam kuat pedang.
"Akan aku buat makhluk ini menyesal!"
Kepala dari Strap Worm Giant sudah melaju ke arah Arzlan, gigi-gigi yang tersusun rapi bersiap untuk merobek tubuh Arzlan.
Crash!!!
Timing yang sangat tepat untuk Arzlan melakukan serangan, dia berhasil memberikan tebasan maut ke arah kepada monster itu. Langsung tersentak monster tersebut, kulit kepala yang merupakan pertahanan alami miliknya harus hancur. Arzlan segera melakukan tindakan, sebelum monster itu kembali berdiri dia menusukkan pedangnya.
"Hehahahaa…." Tawa seram terdengar dari mulutnya, dia terus menusuk tubuh monster itu hingga darah hijau terciprat ke beberapa area, selanjutnya pedang miliknya itu merobek kulit keras dari monster itu hingga tercipta dua bagian tubuh yang terpisah. Arzlan membentangkan kedua tangannya, perasaan puas mengalir dalam tubuhnya.
Alisha yang menyaksikan itu tidak bisa berkata apa-apa, matanya tidak melihat Arzlan sebagai manusia melainkan seperti sesosok monster buas yang siap akan menerkam siapapun. "Apa yang terjadi dengan Tuan Arzlan?"
Dalam beberapa saat tubuh Arzlan kembali seperti semula, tatapan mata merahnya menjadi redup, tapi mata merahnya tatap terlihat. "UH?" Arzlan merasa aneh dengan pandangan mata kanannya yang penuh dengan sepia merah, semua yang dilihatnya tidak lagi normal.
"Tuan Arzlan?" sapa Alisha untuk memastikan kalau pria itu sudah kembali normal.
Arzlan menoleh dengan kaget dia melihat sesuatu hal aneh. "Uh? Kenapa aku bisa melihat aliran energi dalam tubuh Alisha?" Pandangan matanya menangkap cahaya putih yang menyelubungi tubuh Alisha, dia juga merasakan energi di dalam tubuh gadis itu.
Alisha heran dengan mata Arzlan yang menatapnya dengan serius. "Apakah Tuan tidak apa-apa?"
"Huh…." Arzlan menghela napasnya. "Aku tidak apa-apa, sekarang mari kita lanjutkan perjalanan ini!"
"Baiklah!"
Sudah terlihat gunung yang cukup besar dari kejauhan, gunung tersebut sangat kokoh dan begitu menawan. Perjalanan memasuki wilayah bebatuan, tanah mulai gersang dan tumbuhan mulai menipis. Wilayah seperti itu akan sangat cocok untuk dihuni oleh para monster, kewaspadaan tidak mereka turunkan.
Dengan level 34 Arzlan sudah cukup kuat untuk menjadi orang yang mengalahkan monster besar, tapi dia sadar bahwa situasi siapa yang akan tahu. Banyak monster yang mungkin akan lebih kuat daripada dirinya, meningkatkan kewaspadaan adalah hal yang sangat tepat.
"Aku tidak suka suasana tempat ini!" gumam Alisha, matanya tidak bisa berhenti melirik ke sekitar. Setiap sudut seolah ada orang yang sedang memperhatikan merek.
Mereka harus berjalan menaiki bukit yang lumayan terjal sebelum bisa sampai ke gunung besar, melihat ke bawah sudah cukup menyeramkan, kecuraman dari jalan yang dilalui tidak main-main, sedikit saja terjatuh maka kemungkinan besar akan game over.
Sampai di puncak mereka disuguhkan pemandangan yang lumayan indah, perasaan lelah hilang seketika saat menyaksikan hutan lebat yang di tengahnya ada sebuah desa.
"Huah… benar-benar indah pemandangannya!" ucap Alisha.
Arzlan terdiam, dia menjadi penasaran seperti apa orang yang akan ditemui olehnya. Tidak ada waktu untuk istirahat, secepat mungkin mereka ingin sampai ke desa itu.
Tapi, waktu tidak memberikan mereka kesempatan, malam sudah datang dan memaksa mereka untuk berdiam diri terlebih dahulu.
__To Be Continued__