Chereads / The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 39 - Semua Bersiap Dengan Urusan Mereka Sendiri

Chapter 39 - Semua Bersiap Dengan Urusan Mereka Sendiri

"Cih… apakah hanya segini exp yang bisa aku dapatkan?" tanya Zuru kepada dirinya sendiri. Dia bersama dengan party yang terdiri dari empat orang telah berhasil mengalahkan seekor Wrecking Whieler, monster dengan bentuk tubuh seperti seekor burung raksasa yang berkuku tajam dan berbulu tebal.

Monster tersebut pada umumnya memiliki level 40 ke atas, sulit untuk seorang petualang atau kesatria bisa mengalahkannya kecuali bisa memiliki party yang dihuni oleh orang-orang hebat.

"Tuan Zuru, aku rasa kita harus beristirahat terlebih dahulu! Semua sudah kelelahan!" Salah satu anggota party mencoba untuk meminta pengertian.

Zuru menatap setiap anggota, matanya menangkap kelelahan yang dari setiap wajah yang ada. "Baiklah, kita akan istirahat sebentar! Tapi, hanya untuk sementara. Secepat mungkin aku harus mencapai level tertinggi supaya bisa mengalahkan Raja Iblis!"

Semua anggota hanya bisa terdiam dengan pandangan tertunduk, mereka merasa kalau Zuru sudah terlalu keras, tubuh makhluk hidup memiliki batas jika terus dipaksa tentu akan berakibat fatal.

Kompetisi antara pahlawan terus berlanjut, Adred berusaha untuk mencari informasi tentang senjata legendaris yang dibuat oleh seorang master pandai besi.

"Sial, kenapa aku tidak mendapatkan informasi tentang benda itu?" Adred bergumam kesal di atas meja bar bersama dengan party.

Mereka terus mengelilingi kota, tapi tidak menemukan apa-apa. Hari ini benar-benar melelahkan dirinya, Adred lebih baik melawan ribuan monster di depan mata daripada harus mencari sesuatu yang kemungkinan hanya sebuah rumor saja.

Dia menemukan sebuah catatan kuno di Kota Manzara, di sana ada tulisan yang mengatakan bahwa ada seorang kesatria hebat yang pernah membebaskan kegelapan menggunakan pedang khusus bernama Eternal Light Fury, pedang yang konon ditempa menggunakan tujuh unsur elemen sihir yang dipadukan menjadi satu lalu tercipta pedang itu sebagai perwujudan dari mahakarya terbaik yang pernah ada.

Catatan tersebut tidak memiliki kelanjutan, hanya sepenggal kalimat yang kemungkinan bisa menjadi petunjuk untuk menemukannya.

"Aku tidak habis pikir hari ini hanya terbuang demi mencari informasi pedang yang bahkan sudah lama dilupakan oleh orang-orang!" Adred tidak bisa berhenti bergumam marah.

Sudah setiap Black Smith di kota itu dia tanyai, tapi mereka tidak memiliki informasi apapun.

"Tuan Adred, aku rasa mungkin kita harus ke lokasi itu!" Seorang pemuda mencoba untuk menenangkan pria itu.

"Apa yang kau maksud?"

"Ya, dulu dikatakan ada sebuah goa yang menyimpan sebuah benda yang sangat berharga, aku yakin mungkin benda itu adalah pedang yang dicari oleh Anda selama ini!"

"Benar juga! Baiklah, mari kita cari benda itu sekarang!" Semangat Adred kembali membara setelah mendengar ucapan dari rekannya.

Satu pria yang mendapatkan gelar sebagai pahlawan, dia sudah berlatih keras untuk mencapai level sihir tertinggi. Sekarang kemampuannya sudah setara dengan seorang penyihir tingkat 8. Tingkat itu sangat luar biasa untuk dikuasai oleh seseorang hanya dalam dua tahun, semua orang menjadi kagum dengan Haru.

Haru haus akan pengetahuan yang bisa membuatnya terus bisa menjadi kuat, tidak ada kata lelah untuk dirinya supaya bisa menjadi orang terhebat dalam menggunakan sihir.

"Saat ini mereka sedang apa? Jika bisa aku yang akan mengalahkan Raja Iblis, untuk sekarang sebaiknya tugas pembasmian para monster aku serahkan kepada mereka bertiga!" Haru tidak ingin berkompetisi dengan hal yang tidak akan menguntungkan dirinya.

Dia mengincar sesuatu yang lebih besar, dengan kepercayaan diri dia yakin kalau semua orang tidak akan bisa mengalahkannya dalam bertarung satu melawan satu.

***

"Tuan Arzlan!" Alisha mendekati Arzlan setelah pria itu diam saja sembari menatap telapak tangan kanan.

"Ya!"

"Akhirnya Tuan berbicara juga!" Sudah lebih dari 30 menit pria itu berdiam diri hingga Alisha menjadi merinding menatapnya. "Apa yang Tuan lakukan? Sepertinya serius sekali."

Gadis itu sedang berusaha untuk akrab dengan Arzlan, dia tidak ingin jarak antara mereka semakin jauh. Perjalanan sangat panjang sulit bagi dirinya untuk bisa dianggap sebagai teman jika mereka hanya terus saling menatap.

"Aku hanya sedang merenung, hari ini tidak terlalu ekstrim lawan yang aku temui!"

"Huh?" Alisha menjadi heran apa yang membuat Arzlan berkata demikian, sudah sangat jelas bahwa monster tadi siang nyaris melumpuhkan tubuh pria itu, tapi dikarenakan sikapnya yang masih tenang menjadi misteri sendiri untuk Alisha. "Tuan, apakah Anda tidak apa-apa?"

Arzlan mengangkat pandangan matanya. "Apa yang kau bicarakan?"

"Tidak!" Alisha bingung bagaimana cara untuk menjawab ucapan Arzlan, mata kanan yang merah itu memberikan kesan semakin seram. "Begini, aku lihat setiap Tuan bertarung sifat yang keluar begitu buas dan liar, apakah hal itu tidak berdampak buruk untuk Tuan?"

"Begitu rupanya, kau jadi melihat gaya bertarung diriku sangat menakutkan. Kau tidak perlu khawatir, aku masih dalam keadaan sadar selama seluruh emosi di dalam tubuhku tidak terlalu tinggi!"

"Jika emosi Tuan meledak apa yang akan terjadi?"

"Saat itu tiba, kau harus lari sebisa mungkin. Itu adalah fase di mana aku tidak bisa mengendalikan amarah di dalam tubuh ini, jika kau ingin selamat maka turutilah yang aku inginkan ini!"

Alisha menelan ludahnya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat ucapan Arzlan menjadi kenyataan.

Arzlan sendiri tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, dia benar-benar merasakan energi besar sedang bersemayam dalam tubuhnya. Ucapan Darkness tentang kekuatan sesungguhnya di dalam tubuh Arzlan masih menjadi misteri, makhluk itu tidak menjelaskan bagaimana cara untuk Arzlan bisa mengendalikan kekuatannya.

"Saat itu tiba… aku akan mengerahkan semua apa yang ada di dalam tubuhku!" Arzlan tidak ingin dengan kekuatan itu dirinya menyakiti orang lain.

Perjalanan tinggal sedikit lagi, mereka menantikan hari esok sehingga bisa tiba di lokasi yang sudah direncanakan sejak awal.

***

Setelah pagi menyinari seluruh area itu waktu untuk mereka melanjutkan perjalanan, masih cukup jauh supaya mereka bisa sampai di lokasi desa. Semua sangat terlihat sangat jelas, jarak yang ditempuh seolah tidak terlalu jauh, tapi kenyataannya berbeda butuh banyak tenaga dan waktu digunakan untuk sampai di lokasi tersebut.

Arzlan dan Alisha mendadak berhenti di tengah hutan saat melihat seekor monster telah menghadang perjalanan mereka. Makhluk itu merupakan penghuni hutan yang bernama Faust Great Bear Rock, beruang dengan kuku tajam yang dilapisi oleh kulit keras sudah berada di depan mereka.

Tatapan matanya penuh dengan amarah saat melihat dua tamu tak diundang masuk ke dalam daerah kekuasaannya, segera monster itu melakukan charge ke arah mereka.

"Alisha, sebaiknya kau mundur!" Setelah berkata Arzlan langsung berlari ke arah monster itu.

Alisha menjadi sedikit sedih saat mendengar ucapan Arzlan, dia seolah tidak dianggap sebagai orang yang bisa membantu.

__To Be Continued__