"Tunggu!" Pemilik toko itu menghentikan langkah kaki Arzlan dan Alisha menggunakan suara yang keluar dari mulutnya.
"Ada apa?" Secara perlahan Arzlan berbalik sembari memberikan pertanyaan. Dia benar-benar sudah muak dengan wajah pemilik toko itu.
"Tuan!" Pemilik toko itu menggosok-gosokkan dua tangannya. "Aku mohon biar aku saja yang membeli barang itu, di sini mana mungkin ada orang yang mau membayar benda-benda tadi dengan harga mahal, hanya di sini tempat terbaik untuk menjualnya!"
"Tiga ratus koin emas, kurang dari itu aku tidak akan menjualnya kepada dirimu!" ucap tegas Arzlan.
"Baiklah, tunggu sebentar!" Pria itu mengeluarkan kotak kecil yang berisi tumpukan koin emas di dalamnya, meski dia membuka kotak itu di dalam toko tetap saja kilau mas yang terpancar mampu dilihat oleh orang lain. "Tuan!" Dia kembali sembari tetap mempertahankan wajah menyeringai. "Ini aku berikan kepada kalian!"
Arzlan mengambil satu kantung kecil berukuran sebesar genggaman orang dewasa, dia melihat ke dalam isinya. "Baiklah, aku akan berikan ini kepada dirimu!" Arzlan memberikan kantung berisi item. "Lain kali jika aku memiliki benda langka mungkin kau adalah orang pertama yang akan aku tawarkan!"
"Tentu Tuan, aku akan sangat senang jika mendapatkan itu darimu!" Dia memang terus memberikan senyuman menyeringai, tapi sebenarnya di dalam hati dia menangis akibat kehilangan uang dalam jumlah yang sudah cukup besar.
"Kalau begitu sampai jumpa lagi!"
"Iya!" Saat punggung mereka pergi, pria itu menghela napas panjang. "Huh… kenapa hari ini aku mendapatkan kesialan bertemu dengan mereka, tapi…." Semangat yang hilang menjadi penuh kembali saat menyaksikan kilau dari item yang baru saja didapatkan olehnya.
***
Perasaan senang tidak hanya hinggap kepada sang pemilik toko, tapi Arzlan dan Alisha juga merasakan hal demikian.
"Tuan Arzlan, kenapa kau tidak langsung memeriksa isi dari kantung itu? 300 koin adalah jumlah yang banyak, bagaimana jika pria itu berbohong?"
Apa yang dikatakan oleh Alisha sangatlah tepat, akan tetapi Arzlan tahu kalau pria itu tidak akan berbohong.
"Tidak perlu kau khawatir, jika dia berbohong aku akan langsung memotong kepalanya!"
Alisha menjadi merinding mendengar ucapan Arzlan, ucapan yang sangat seram hingga mampu memberikan efek intimidasi luar biasa.
Berjalan sekitar 30 menit dan akhirnya mereka menemukan sebuah tempat untuk membuat senjata. Lambang pedang dan kapak yang menyilang menjadi sebuah pertanda kalau itu memang adalah tempat yang mereka sedang cari.
Arzlan dan Alisha mulai menginjakkan kaki mereka ke dalam toko itu, banyak armor serta senjata yang dipajang. Kilau besi yang terpancar bagaikan tumpukan emas yang sangat memukau.
"Selamat datang!" Seorang pria berjenggot panjang telah keluar dari dalam ruangan pribadi, bell pintu memberitahu dirinya bahwa ada pelanggan yang datang.
Arzlan segera menghampiri meja kasir. "Apakah di sini ada beberapa senjata dan armor yang cocok untuk aku gunakan?"
"Hmm… aku sendiri tidak bisa memastikan senjata seperti apa yang cocok dengan dirimu, semua tergantung dari pengguna senjata bagaimana cara menggunakannya!"
Arzlan dan Alisha cukup kagum dengan ucapan pria itu, dia benar-benar bisa memberikan advice untuk orang yang awam dalam menggunakan senjata.
"Lalu senjata seperti apa yang kau inginkan?" lanjut pria itu.
"Apakah ada senjata yang bisa menebas benda apapun? Aku tahu ini kedengaran aneh, tapi aku membutuhkan senjata yang bisa merobek daging dan kulit dari setiap makhluk!"
Alisha mendengarnya cukup heran, secara logika memang senjata diciptakan untuk merobek sesuatu dan sangat aneh jika ada orang yang menanyakan kegunaan dari benda yang sudah jelas memang itu adalah fungsinya.
Tapi, tidak dengan pandai besi itu, dia menanggapi ucapan Arzlan dengan sangat serius. "Hmm… aku rasa senjata seperti itu sulit untuk didapatkan, di sini semua senjata hanya tipe Basic. Kekuatan dari senjata tersebut tidak lebih hanya sebagai pemotong benda lain, jika kau ingin menggunakan senjata sihir mungkin aku akan bisa membantu dirimu, ada beberapa di toko ini yang terdapat pedang berdaya sihir. Tapi, kualitasnya sangat rendah, hanya bisa digunakan untuk melindungi diri sendiri, akan tidak berguna jika digunakan dalam melawan monster kuat!"
"Lalu, senjata apa yang sesuai dengan keinginan Tuan Arzlan?" tanya Alisha, ia menjadi ingin tahu bagaimana seorang master dalam membuat pedang dalam memandang setiap senjata.
"Aku melihat tatapan pemuda ini begitu tajam, kelopak matanya bagaikan pedang yang memang sangat kuat untuk mengiris pedang! Dan kau ini…." Pria tua itu memandang Alisha dengan sangat heran. "Begitu rupanya, kau pasti adalah mahluk sejenis peri!"
Cukup mengejutkan mereka tidak percaya kalau pria itu mengetahui siapa Alisha, tapi tidak ada niat buruk dari pria itu.
"Kau tidak perlu terkejut dan takut, aku tidak akan menyebarkannya kepada pihak kerajaan, lagipula aku juga muak dengan kota ini! Jika aku bisa pergi aku akan melakukannya!"
"Kenapa kau tidak lakukan?"
"Pihak kerajaan sangat melarang penduduk untuk keluar wilayah, mereka akan segera menganggap sebagai pengkhianat, setiap orang yang melakukan itu pasti akan digantung dan dipamerkan di depan umum sebelum akhirnya dieksekusi."
"Begitu rupanya!"
"Tuan dan Nona, aku ada suatu tempat yang mungkin bisa membantu kalian untuk mendapatkan senjata dan armor dengan kualitas bagus, kau pergilah ke arah timur! Di sana pasti kau akan menemukan tempat seorang temanku yang memiliki kemampuan dalam menempa senjata hebat, setiap mahakarya miliknya sangat luar biasa!"
"Apa yang membuatmu memberitahu kami untuk pergi ke tempat itu?" Arzlan menjadi curiga, sangat jarang ada orang yang akan percaya kepada orang yang baru saja ditemuinya.
"Entahlah, tapi aku merasa kalau kau memiliki cahaya misterius yang tidak bisa diungkapkan melalui kata-kata!"
"Begitu rupanya! Baiklah, kami akan segera pergi mencari orang tersebut!"
"Ya, semoga kau berhasil menemukannya!"
Alisha dan Arzlan segera pergi dari toko itu, menuju wilayah timur.
***
Mereka istirahat sejenak di sebuah wilayah hutan yang cukup rimbun.
"Tuan Arzlan, apakah orang yang dimaksud memang bisa membantu untuk membuat senjata?"
"Entahlah, aku tadi melihat mata pria itu memancarkan kejujuran, tatapannya juga seperti sedang kesal akan sesuatu!"
"Hmm… aku tadi juga merasakan hal serupa, dia mungkin merasa kesal dengan sesuatu!"
"Ya!"
Kondisi Amiru setelah pertarungan yang cukup melelahkan itu membuatnya harus terbaring di dalam kamar. "Cih… kenapa aku harus menjadi seperti ini? Aku ini adalah pahlawan, pasti mereka sudah banyak mendapatkan prestasi daripada diriku sendiri!" Amiru menjadi sangat kesal, jika bisa dia ingin segera berlari dan bersenang-senang seperti biasanya.
Tiba-tiba pintu terbuka dan muncul seorang perempuan berpakaian sexy menghampiri Amiru, wajahnya sangat cantik hingga mata Amiru tidak mampu untuk berkedip.
"Tuan Pahlawan, bagaimana kondisimu?" Suara lemah gemulai keluar dari mulutnya.
"Uh?" Berdetak kencang hatinya menyaksikan wanita itu sangat menggoda.
__To Be Continued__