Chapter 24 - Vernandes

Aidan tumbuh menjadi kartu As bagi komplotan Devil Rebel. Bagaimana tidak? Kehadirannya sangat mempengaruhi kondisi dari Devil Rebel, hal itu dapat dengan jelas di lihat dari tahun pertama kedatangannya yang sudah membuat Devil Rebel Berjaya, dan sedikit demi sedikit menguasai wilayah pemerintahan yang mereka inginkan. Hingga saat ini Devil Rebel mampu menguasai nyaris separuhnya wilayah pemerintahan.

Aidan sangat di agungkan oleh mereka semua komplotan dari Devil Rebel, meski pun seperti itu, Ron tidak mau jika Aidan di jadikan sebagai seorang pemimpin. Karena ia masih ragu jika menyerahkan kepemimpinan dirinya kepada sang anak yang kala itu masih berusia sembilan tahun, yang pada akhirnya membuat Ron pun menyerahkan kekuasaan itu kepada sahabatnya sendiri Vernandes. Itu terjadi ketika Ron jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia karena sakitnya, Aidan tidak bisa menolongnya setelah mengetahui jika sebenarnya Ron sakit parah dan membuat Aidan membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.

Ron dengan sengaja merahasiakan itu semua kepada Aidan dan juga seluruh Anggota Devil Rebel. Sehingga membuat kematian dari Ron sangat mengejutkan banyak pihak dan termasuk Aidan sendiri yang sangat terpukul karenanya. Hanya satu pesan yang di ucapkan oleh sang Ayah kepada dirinya, "Lakukan hal yang terbaik, kau adalah pejuang sejati dan selamatkan semua hal yang kamu cintai." itulah pesan terakhir yang diucapkan oleh Ron kepada Aidan sebelum akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya.

Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Ron kepada Aidan selalu terngiang di dalam kepalanya, dan hampir setiap malam, Aidan memikirkan dan mengingat hal itu. Kata-kata yang tidak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya.

Hidup dari Aidan menjadi sangat menyedihkan, dan bahkan rasa sedihnya kembali bertambah ketika Belinda meninggal akibat serangan jantung satu minggu setelah Ron meninggal, yang tentu saja membuat Aidan menjadi anak sebatang kara di usianya yang ke Sembilan tahun, yang menjadikan Aidan menjadi seseorang yang lebih banyak terdiam di bandingkan dengan anak-anak lainnya yang memiliki umur yang sama dengannya saat itu.

Seperti malam ini, Aidan terduduk merenung di kursi tempat ayahnya selalu terduduk memerhatikan atau berbicara bersama dengannya. Kedua netra Aidan pun kini tertuju pada sebuah pintu saat ia mendengar suara ketukan dari pintu tersebut, yang membuat Aidan akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan untuk menghampiri pintu ruangan kamar yang dulunya merupakan kamar milik Ron, yang kini digunakan oleh dirinya.

Aidan membuka pintu tersebut dan melihat ternyata yang mengetuk pintu kamarnya itu adalah Vernandes, lelaki yang kini berdiri tepat di hadapannya seraya membawakan makan malam untuk Aidan saat itu.

"Paman." ucap Aidan memanggil Vernandes yang kini mengembangkan senyumannya ke arah Aidan,

"Aidan, kenapa kau tidak pergi ke tempat makan?? aku menunggumu di sana." ucap Vernandes, yang membuat Aidan kini mengerutkan dahinya mendengar hal itu, karena ia merasa jarang sekali sang paman mencarinya.

"Ada apa?? apakah ada hal yang dibicarakan di sana tadi??" tanya Aidan kepada Vernandes yang kini menghembuskan napasnya dan kemudian menganggukkan kepalanya menanggapi hal itu,

"Ya … aku berencana untuk kembali memperluas wilayah kita." ucap Vernandes kepada Aidan yang kini mengerutkan dahinya mendengar ucapan itu,

"Ada apa?? apakah wilayah kita kurang cukup luas saat ini??" sebuah pertanyaan yang di lontarkan oleh Aidan pun membuat Vernandes menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan itu,

"Ya! Tentu! Kita akan selalu kekurangan Wilayah, dan selama perebutan wilayah kita kembali, aku membutuhkan peranmu di sini." ucap Vernandes kepada Aidan, yang membuat Aidan mengerti dengan apa yang di maksudkan oleh sang paman, karena dia adalah obatnya, yang pastinya mereka yang terluka akan membutuhkan tenaga dan penyembuhan dari Aidan.

"Aku akan selalu membantu untuk kesejahteraan semua anggota, Paman." ucap Aidan kepada Vernandes yang kini tersenyum mendengar ucapannya,

"Jadi … kau ikut kan??" tanya Vernandes kepada Aidan yang kini menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan dari sang paman,

"Aku akan selalu ikut." jawab Aidan kepada Vernandes yang kini tersenyum dengan senang seraya bergumam,

"Yes … ok, bersiaplah karena nanti kau akan pindah ke perbatasan bersama dengan Dhan." ucap Vernandes kepada Aidan yang kini kembali menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh sang Paman saat itu.

Aidan pun segera bersiap untuk di pindahkan ke wilayah perbatasan, karena sang paman yang memintanya untuk ia pindah dari sana. Memang benar, semenjak kematian dari Ron dan juga Belinda, Vernandes adalah laki-laki yang mengurus segala keperluan dari Aidan, yang membuat Aidan akan selalu menuruti semua ucapan yang di lontarkan oleh Vernandes kepada dirinya, dan bahkan saat ini pun ia dengan menurutnya pergi dari rumah hanya untuk tinggal di perbatasan dan membantu para prajurit untuk memperluas wilayah mereka yang tentu saja membuat banyak pihak termasuk dengan Dhan sedikit keberatan dengan keputusan dari Vernandes mengenai kepindahan dari Aidan saat itu.

"Aku menjadi tidak mengerti! Kenapa kau mau-mau saja di pindahkan ke sini, Aidan??! seharusnya kau tanyakan terlebih dahulu hal ini kepadaku!" ucapan yang di lontarkan oleh Dhan kala itu, membuat Aidan hanya menoleh menatapnya dengan tatapan yang cukup lelah dengan ocehan yang di lontarkan oleh Dhan malam itu,

"Aku jadi tidak bisa membela dirimu setelah kau menerima semua yang diperintahkan oleh Vernandes, Aidan!" ocehannya tidak akan pernah berhenti sampai di sana, dan Aidan mengetahui Dhan dengan sangat baik.

Tidak ada yang bisa di lakukan oleh Aidan saat ini selain mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi ucapan dari Dhan seraya berucap,

"Ya … ini semua sudah terjadi Paman Dhan … aku tidak bisa menarik ucapanku saat ini, lagi pula … bukankah itu bagus?? aku menjadi tidak perlu memakan waktu yang lama untuk berlari ke perbatasan karena aku sekarang tinggal di sekitarnya." ucap Aidan kepada Dhan yang kini hanya mampu untuk bisa menggelengkan kepalanya saja menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh Aidan saat itu. Sedangkan Dhan yang mendengarnya kini hanya bisa menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh Aidan kepada dirinya,

"Terserah … aku tidak bisa memberitahumu, kau adalah anak yang sulit untuk aku beri tahu, dan itu adalah normal bagi anak seusiamu saat ini." gumam Dhan mencoba untuk memahami sifat dari anak berusia sembilan hingga sepuluh tahun dari saat ini, yang tentu saja membuat Aidan kini terkekeh mendengarnya.

"Terima kasih, Paman Dhan." ucap Aidan kepada Dhan yang kini menganggukkan kepala dan merebahkan dirinya di samping Aidan seraya berucap,

"Aku akan ikut di sini … jadi jangan khawatir, kau memiliki aku saat ini, Aidan." itulah ucapan yang di lontarkan oleh Dhan kepada Aidan malam itu. Dan Aidan yang mendengarnya kini tersenyum seraya menganggukkan kepala menanggapi ucapan yang di lontarkan oleh Dhan kepada dirinya.