Chapter 25 - Lelaki Asing

Ucapan Dhan memang benar, ia akan selalu ada di samping Aidan. Namun, ternyata ia tidak bisa bertahan selamanya, karena Dhan tewas setelah ia mengalami sebuah percekcokan dengan Vernandes mengenai hal yang tidak di ketahui oleh Aidan saat itu. Yang pada akhirnya Aidan merasa bahwa ia tidak memiliki siapapun lagi selain dari Vernandes beberapa tahun silam.

Dan saat ini, Aidan sudah beranjak dewasa dan ia tumbuh menjadi seorang anak lelaki yang tampan yang memiliki sifat baik hati dan akan tegas bila diperlukan. Aidan akan selalu bersiaga di tempat perbatasan tahun ini karena Vernandes sudah memberitahukan mengenai target mereka untuk mengambil alih pemerintahan yang tidak benar yang telah menindas para warganya seperti itu.

"Kau sudah bekerja dengan baik, Aidan… kau boleh beristirahat!" sebuah ucapan pun di lontarkan oleh Vernandes melalui walkie-talkie yang ia genggam saat ini, Aidan menghembuskan napasnya dengan pelan setelah mendengar ucapan tersebut, ia pun bersandar pada kursi yang di dudukinya, dan menoleh ke arah jam yang menempel di lengannya yang kemudian membuat Aidan pun menganggukkan kepalanya setuju dengan Vernandes seraya berucap,

"Ya… terima kasih, Paman. Aku akan beristirahat di barak." ucap Aidan kepada Vernandes. Aidan pun berjalan dengan lelah dan kemudian merebahkan dirinya di atas kasur yang berada di barak yang sudah di sediakan di perbatasan saat itu.

Aidan terdiam dan menatap langit-langit barak, situasi di dalam barak saat itu sangat sepi. Tidak ada siapapun di sana selain Aidan yang sedang merebahkan dirinya dengan lelah.

Aidan yang ada di atas ranjang itu, menoleh ke arah samping yang membuatnya tiba-tiba merasakan sebuah perasaan rindu dalam hatinya. Ia merindukan orang-orang yang dekat dengannya yang sudah tidak lagi berada di dunia ini.

"Aku ingin seorang teman …" Aidan bergumam pada dirinya sendiri, ia berbisik seolah ia adalah anak yang sangat kesepian saat ini. Meski Vernandes dan para pengikut Devil Rebel ada di sekitarannya, namun ia tetap merasa kesepian di tengah keramaian yang ada. Seolah ada sebuah ruang hampa yang tidak bisa terisi oleh siapapun di dalam sisinya saat ini.

Krrssskkk!!

"Lapor!! Ada seseorang yang muncul dan hilang secara tiba-tiba di titik tujuh puluh lima, sekali lagi … Objek muncul dan menghilang di titik tujuh puluh lima dengan sangat cepat!"

Krrrrssskkk!!

Aidan yang kala itu tengah melamun, kini mengerutkan dahinya mendengar laporan tersebut ia dengan cepat meraih walkie-talkie yang tergeletak di sisi ranjangnya, Aidan pun berusaha untuk mendengarkan siaran yang sedang di laporkan oleh para tim pengaman di titik tujuh puluh lima yang kala itu mungkin dengan tidak sengaja menyiarkan laporannya kepada semua orang saat ini.

Dahi Aidan mengerut ketika ia mendengar laporan yang terasa janggal itu menurutnya, yang pada akhirnya membuat Aidan bergumam pelan, "Objek yang muncul dan menghilang secara tiba-tiba?? Objek apa itu??" Itulah pertanyaan yang Aidan gumamkan pada dirinya sendiri.

Krrrssskkk!!

"Seseorang muncul di titik sepuluh dan kembali menghilang, sekali lagi objek itu mendekati markas dan terlihat di titik sepuluh dan kembali menghilang!!" Aidan kembali mendengar sebuah laporan pada walkie-talkie itu.

Krrssskkk!!!

"Apa?!!" Aidan terkejut bukan main setelah ia mendengar bahwa objek yang sempat menghilang tersebut kini muncul di titik terdekat dari markas yaitu di titik sepuluh, yang tentu saja membuat Aidan menjadi penasaran terhadap objek yang belum ia ketahui seperti apa bentuknya saat itu.

Krrrssss!!

DARR!!!

Sebuah suara tembakan yang di lepaskan itu membuat Aidan terkejut hingga ia bangkit dari posisi tidurannya saat itu, Aidan menoleh menatap ke arah walkie-talkie yang tidak lagi menyala, yang kemudian membuat Aidan dengan cepat segera keluar dari barak untuk menatap ke arah titik sepuluh yang berada cukup jauh dari dirinya saat ini, karena ia berada di titik tujuh, yang mana merupakan perbatasan yang paling dekat dengan markas.

BUMMM!!!!

Sebuah ledakan terjadi di titik sembilan yang tentu saja membuat Aidan terkejut dengan ledakan yang terjadi di titik sembilan yang merupakan kantor pemantauan pusat.

Krrrssskk!!!

"MEDIS!! Kami membutuhkan medis segera!!! Banyak orang yang terluka di sini!"

Krrrssskkk!!!

Aidan tertegun, ia seolah tidak dapat mencerna ucapan yang ia dengar dari walkie-talkie yang kini sudah tergeletak di bawah kaki Aidan karena sebelumnya terjatuh dari genggaman Aidan saat ini.

Krrrssskkk!!!

"Aidan!! Aidan!!! Aidan!!!!!"

Panggilan yang terdengar di telinga Aidan pun membuatnya tersadar, yang kemudian membuat Aidan segera berlari menuju kantor pemantauan pusat yang berada satu titik di depan sana secepat yang ia bisa.

"Hahhh …. hahhh … hahhh …" Aidan menghirup udara sebanyak-banyaknya ketika ia berlari dengan sangat cepat saat itu, berlari merupakan suatu hal yang menurutnya sangat melelahkan. Kedua mata Aidan menyipit ketika ia sampai di titik sembilan dan berusaha mencari orang-orang yang terluka di antara puing-puing reruntuhan, debu yang bertebaran serta gelapnya malam itu menjadi sebuah rintangan bagi Aidan yang ingin membantu orang-orang.

Pandangan Aidan saat itu terbelalak ketika mendapati orang-orang yang berjaga di titik sembilan seluruhnya tergeletak dengan lemas yang membuatnya segera menghampiri salah satu dari mereka yang terdekat di sampingnya.

Aidan dengan segera berusaha menyembuhkan orang tersebut dengan healing yang ia miliki, sebuah sinar yang tidak terlalu terang pun muncul dari kedua tangan Aidan saat itu, dan perlahan lelaki yang tengah ia obati itu sembuh. Namun bertepatan dengan itu sebuah peluru pun melesat dan langsung mengenai kepala lelaki yang tengah di tangani oleh Aidan, yang membuat Aidan dengan segera menoleh menatap ke arah belakang.

"..."

Aidan yang terkejut dengan cepat menoleh ke arah belakang di mana seorang lelaki yang asing baginya, lelaki itu berkulit sawo matang dan rambut american style, serta tatapan dari kedua mata yang menusuk yang kini menatap tepat pada dirinya. Hal tersebut tentu saja membuat Aidan terkejut dan beranjak dari tempatnya, menatap lelaki tersebut dengan cukup waspada.

"Siapa kau?!" Tanya Aidan dengan nada yang cukup tinggi kepada lelaki yang kini menghampiri dirinya dan segera menggenggam lengan Aidan dengan cukup kuat, yang tentu saja mengejutkan Aidan.

"Ikut aku!" Ajak lelaki itu kepada Aidan, yang kini dengan cepat menendang lelaki tersebut dengan cukup kuat sehingga genggaman tangan lelaki itu padanya terlepas karena lelaki itu merasa kesakitan dan meringis.

"Siapa kau?!!! Apakah kau ditugaskan pemerintahan untuk membunuh kami?!" Tanya Aidan dengan berteriak kepada lelaki yang kini meringis dan kemudian berdiri dengan tegap, berusaha untuk menahan rasa sakit akibat tendangan yang di lakukan oleh Aidan kepada dirinya.

"Aku tidak berasal dari pemerintahan." Jawab lelaki itu kepada Aidan yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian kembali bertanya,

" Lalu apa yang kau lakukan kepada mereka?? Kenapa kau menyakiti teman-temanku?? Siapa kau?!" Tanya Aidan kembali kepada lelaki itu yang kini terkekeh, yang membuat Aidan merasa kesal dan segera menghampiri salah satu kepala dari tim di titik sembilan saat itu. Ia baru saja hendak menyembuhkannya, namun ucapan dari lelaki itu membuat Aidan cukup kesal mendengarnya.

"Percuma kau sembuhkan mereka, mereka semua sudah mati!!" Dan itulah yang diucapkan oleh lelaki itu yang membuat Aidan kini melirik sebuah senjata yang ada di saku dari ketua tim tersebut yang pada akhirnya membuat Aidan dengan cepat mengambil senjata yang ada di sana dan segera menembaki lelaki asing yang tidak ia kenali di hadapannya.

DARR!!! DARR!!! DAR!!!