Tenaganya yang kian habis, luka diseluruh tubuhnya yang semakin banyak dan sakit, perut lapar serta rasa haus yang semakin menyiksanya.
Membuat dirinya begitu lemah, membuat Farah semakin tak berdaya.
"Padahal aku sangat mencintaimu, kenapa kau tak bisa percaya padaku, bukan aku, aku bukan pembunuh," ucap Farah sangat pelan dia tenggelam dalam lamunannya sendiri.
Setelah memberi Farah beberapa pukulan, orang-orang Adrian keluar dari kamar Farah, membiarkan dia begitu saja, dengan luka lebam diseluruh badannya.
Farah berfikir untuk melarikan diri, hari ini dia berada di ruang bawah dan jendela tidak di tutup oleh mereka, mungkin saja mereka lupa,
Ini menjadi kesempatan untuk Farah kabur dari siksaan Adrian, dan melarikan diri dari sana.
Ketika orang-orang Adrian hendak keluar, Farah memberanikan diri untuk meminta tolong kepada mereka.
"Tolong, Aku ingin ke kamar mandi," ucap Farah dengan suaranya yang lemah, kedua orang itu langsung menghentikan langkahnya.
"Bagaimana ini, Aku tidak ingin kamar ini kotor dan bau!" seru salah satu orang itu kepada rekannya.
"Hemm, baiklah kita lepaskan saja ikatannya, Tuan juga tidak akan tahu, karena dia sedang ada di luar kota," sahut teman yang satunya lagi.
Mereka segera melepas ikatan tangan dan kaki Farah dan memintanya untuk cepat, namun mereka membuntuti Farah, dan menunggunya dibalik Pintu.
"Bisakah kalian tunggu di luar saja, aku tidak ingin kalian mencium baunya," pinta Farah pada orang itu. Farah lantas masuk kedalam dengan sisa tenaga yang dia punya.
Kedua orang itu melihat Farah dengan tatapan tidak suka, namun mereka menuruti keinginan Farah.
Farah mengambil kesempatan itu untuk kabur lewat jendela, dengan sisa tenaganya susah payah dia keluar dari kamar itu.
Farah bersembunyi, di sekitar tanaman yang ada di kediaman itu, sepertinya Adrian memang sengaja mengurung Farah disana, agar Farah tidak bisa kabur.
Kediaman itu jauh dari permukiman Warga, dan orang sekitar tak tahu jika Farah disiksa didalam kediaman itu.
Karena jarak rumah di sana yang tak begitu dekat bahkan terbilang jauh dari satu rumah ke rumah yang lainnya.
Farah, yang hanya memiliki sedikit tenaga dan waktu yang singkat, berlari sekuat yang dia bisa, bahkan dia tak pedulikan keadaan kakinya yang sakit dan berdarah, yang ada di kepala Farah, dia bisa kabur dari tempat terkutuk itu.
Nasib dia sungguh sial, saat hendak kabur Farah ketahuan oleh pengawal yang sedang berjaga di luar, mereka sedang keliling mengitari kediaman itu.
Farah tidak tahu, jika kediaman Adrian begitu ketat penjagaannya, ada banyak penjaga, dan pengawal di sekitar kediaman ini.
"Lepaskan aku, aku mohon, jangan bawa aku ke kediaman itu lagi, aku tak ingin disiksa terus didalam sana." Farah memohon pada pengawal itu, namun usahanya sia-sia mereka tidak akan mendengarkan ucapan Farah
"Tolong ... tolong, siapa saja tolong saya!" teriak Farah, tapi tentu saja tak ada yang mendengar teriakan Gadis itu.
Farah kembali masuk ke kediaman itu dikurung kembali dalam kamar yang sama, namun kali ini jendela itu di tutup, agar Farah tak mencoba untuk kabur.
"Tuan! Nona Farah mencoba untuk melarikan diri," seru Joe, orang kepercayaan Adrian.
Adrian yang sedang fokus pada layar laptopnya menghentikan kegiatannya dan bergegas keluar dari ruang kerjanya.
"Bagaimana bisa dia kabur, dan dimana dia sekarang Joe," ketus Adrian dia merasa kesal, anak buahnya tidak becus untuk menjaga satu orang saja.
"Farah berada di kamarnya Tuan," jawab Joe sambil mengikuti langkah kaki Adrian, yang berjalan menuju kamar Farah.
"Sia-sia aku membayar kalian mahal, jika menjaga satu orang saja kalian tidak bisa!" teriak Adrian pada para pengawalnya, saat dia sudah ada di depan pintu kamar Farah.
Para pengawal itu hanya bisa menundukkan kepala mereka, mereka takut, saat Adrian sedang marah, raut wajah membunuhnya, mampu membuat lawan bicaranya bergetar karena ketakutan.
Adrian membuka pintu itu dengan kasar, dia berjalan mendekati Farah dengan senyum sinis yang selalu dia tampilkan, kedua tangannya, dia masukkan kedalam saku celananya.
"Kau masih berani melawanku, punya nyali besar rupanya, apakah hukuman dariku masih kurang selama ini, haruskah aku membuatmu lumpuh?" Adrian berteriak tepat didekat telinga Farah, membuat Farah ketakutan.
"Harus berapa kali aku menjelaskan padamu, bahwa aku tidak membunuhnya, Aku bukan pembunuh, tolong percayalah padaku," ucap Farah memohon pada Adrian dia merangkak dan sujud dibawah kaki Adrian.
"Jangan menyentuhku, aku jijik padamu," hardik Adrian, dia menendang Farah, Farah yang terdorong akibat tendangan Adrian, kepalanya membentur ujung meja, dia merasa kepalanya pusing, dan langsung tidak sadarkan diri.
"Kau pikir kau bisa menipuku dengan berpura-pura pingsan seperti itu kau salah, aku tak akan sedikitpun bersimpati padamu, kau dengar itu," ucap Adrian sambil melihat sinis ke arah Farah.
Adrian menggoyang-goyangkan tubuh Farah menggunakan kakinya, berniat untuk membangunkan Farah, namun Farah yang pingsan tak kunjung bangun juga,
Akhirnya dia mengutus pengawalnya memanggil Dokter pribadi untuk memeriksanya.
Dokter Andre datang dengan tergopoh-gopoh, dia langsung menuju ke kediaman keluarga Wijaya.
Dokter Andre adalah Dokter pribadi keluarga Wijaya, dia lantas membungkukkan badannya di depan Adrian.
"Coba kau periksa dia, pastikan agar dia baik-baik saja aku tidak ingin terjadi sesuatu padanya, tidak akan seru jika dia mati secepat ini, karena aku belum puas bermain-main dengannya," ujar Adrian dengan congkaknya.
Andre lalu memeriksa keadaan Farah, dia pun memberitahu bahwa Farah baik-baik saja, namun luka di sekujur tubuhnya harus diobati.
Sebenarnya Andre begitu kasihan kepada Farah, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.
Setelah menuliskan resep dan beberapa vitamin lalu menyerahkannya pada Adrian.
Andre pun pergi meninggalkannya, namun saat ada di depan pintu Andre berhenti dan membalikkan badannya.
"Adrian jangan terlalu menyiksanya, biar bagaimanapun dia adalah istrimu, kalian sudah menikah, jangan sampai kau menyesal dengan sikapmu ini." Andre melangkah keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Adrian seorang diri.
Adrian tak menghiraukan ucapan Andre, rasa bencinya terhadap Farah sudah terlalu dalam karena Farah lah dia gagal untuk menikah dengan orang yang disayanginya,
Adrian merasa dunianya telah hancur karena kepergian Vania.
Demi Wanita itu, dia rela meninggalkan segalanya yang dia miliki, bahkan menantang keluarga besarnya.
Sekarang dia harus kehilangan Vania, wanita yang telah dia perjuangkan mati-matian.
Adrian tidak akan melepaskan Farah begitu saja, dia akan terus menyiksanya, menghancurkan hidupnya, seperti Farah telah menghancurkan hidupnya dengan membunuh Vania.