Terpampang jelas beberapa orang berdiri dengan tombak panjang lancip dengan raut tegas lagi garang. Huang Qianfan bersama sang istri Chen Xin You kini terkurung kekal di dalam jeruji kayu di hadapan penduduk desa.
Beramai-ramai orang melihat aksi penangkapan itu sangat kacau. Berikut dengan para pengikut yang melakukan partisipasi dari kegiatan pengobatan pun bertumpuk di belakang.
"Aaaaah … tidak! Kami tidak melakukan apa pun kepada mereka, tolong lepaskan kami!!"
Xin You berseru untuk berusaha membela diri.
"Tolong kami, Tuan! Kami tidak bersalah, ini hanya salah paham."
Qianfan sangat putus asa.
"Diam!" gertak salah satu pria menepuk punggung Qianfan dengan kasarnya.
"Haaaa … tidak, jangan kau lakukan pada suamiku!" jerit dari Xin You ketika melihat sang suami dipukul dengan kerasnya.
"Jangan ada yang bersuara!"
Salah satu prajurit berwajah sangar dan masam mengancam.
Seorang pria menjulurkan gulungan kertas di hadapan semua orang.
"Dengan ini kami menyatakan kepada tersangka Huang Qianfan berikut pengikut akan dibawa ke biro keamanan kota," ujar dari seorang perwira melanjutkan.
"Kepada pihak tersangka telah menjadi sebagai pelaku pengobatan yang gagal terhadap pihak keluarga bermarga Li. Mengakibatkan anggotanya meninggal dunia."
"Maka demikian, untuk informasi lebih lanjut mengenai perihal tersebut akan diselesikan ke penyelidikan di biro keamanan," pungkas si lelaki tersebut.
Para komplotan pertombak panjang dan pedang pun menyusuri dan menggerek penjara berjalan mengelilingi seluruh desa. Li Zhao Yang terpelangah lalu hendak menghentikan dari perbuatan sang ayah.
"Hentikan!" cegah Li Zhao Yang sambil merentangkan tangan.
"Zhao Yang, bisakah kau menyingkir dari hadapan ayah?!" ketus dari sang ayah.
"Tuan Huang Qianfan belum terbukti salah, kenapa harus membawa istri dan orang lainnya? Ini tidak adil, Ayah."
Zhao Yang terus membela.
"Zhao Yang!" seru dari ayahnya.
"Tidak akan kubiarkan kalian melewati jalan ini."
Zhao Yang bersikeras.
"Prajurit!" seru dari ayahnya.
"Baik, Tuan Xia Zhang!"
"Bawa putraku pulang ke rumah!" perintah dari sang ayahanda Zhao Yang.
Pria bersapa Xia Zhang itu mengutuskan salah satu prajuritnya untuk membawa paksa tubuh Zhao Yang ke rumahnya.
"Tidak, tidak! Biarkan aku melepaskan mereka."
Zhao Yang menjerit dan meronta-ronta kuat.
Tubuh Zhao Yang terayun dan terangkat oleh dua pria dewasa. Ia pun terseret dari tanah gersang berdebu yang membuatnya semakin menggila untuk mencegah perbuatan sang ayahnya.
Akan tetapi, usaha yang dilakukan oleh Zhao Yang sia-sia belaka. Xia Zhang membawa perintah untuk melanjutkan kembali perjalanan menuju lokasi tujuan, yakni biro keamanan kota Chang'an.
Di sisi lain, masih terlihat Zhao Yang yang terus berusaha meronta. Namun apalah daya? Usaha yang ia jeritkan tidak mengubah pikiran dari ayahnya.
***
Dari jarak yang cukup jauh. Akhirnya, tubuh Zhi Yang kembali pada hutan belantara yang ada di sudut pegunungan tinggi. Shan Mi menundukkan pandangan di samping dua pria.
"Apa mereka akan mengejar kita?" tanya dari Fei Ong berwajah bulat.
Melihat Zhi Yang terbius oleh obat rupanya masih menahan mereka untuk tetap lega.
"Aku tidak tahu, semoga saja mereka sibuk untuk melakukan tugasnya," ungkap Shan Mi mendongakkan dagunya ke depan.
"Kita harus segera sampai ke pelabuhan sebelum mereka mengejar para pengikut tuan," usul Shan Mi.
"Kau benar!" sahut dari kedua pria itu kembali memapah tubuh Zhi Yang yang masih pingsan.
Ketiga pelayan itu pun akhirnya menyusuri hutan hingga menuju perjalanan yang lumayan jauh dari desa. Kini, penglihatan mereka tiba di tepi tebing yang tinggi.
Terlihat sebuah pelabuhan kecil memberikan harapan untuk mereka agar segera sampai ke desa sebelah.
"Ayo!"
Shan Mi merangkul beberapa benda lainnya.
Sementara itu, Dai Ang membawa beberapa benda berharga beserta bungkusan pakaian. Fei Ong mengganti posisi tubuh Zhi Yang, menggendongnya di bagian belakang punggungnya.
Ketiga pelayan itu pun menyusuri jalanan kecil menuruni bukit hingga menuju ujung pelabuhan penyeberangan.
Telah sampai mereka pada titik temu kapal layar yang akan segera berayun menuju keberangkatan. Shan Mi menyerahkan beberapa koin kepada si pelayan kapal tersebut.
Ketiganya berhasil membawa tubuh Zhi Yang kembali ke tempat tujuan yang mungkin akan berlangsung lama.
Duduk dan membaringkan posisi di ujung kapal sembari menyender dengan penuh ketenangan. Shan Mi malah menunduk dengan merintih kecil.
"Hii!"
"Hei, kau itu kenapa?" tanya Fei Ong keheranan.
Shan Mi mendongakkan dagunya ke depan lalu melemparkan keduanya dengan kain lusuh.
"Kalian itu tidak sadar, ya! Seharusnya bukan kita yang berada di sini, tetapi tuan dan nyonya," keluh Shan Mi merengek.
Kedua pria itu saling memandang lalu menunduk lesu akibat rengekan Shan Mi yang setia pada tuannya.
"Tapi tuan dan nyonya membuat kita terselamatkan! Aku tidak akan melupakan jasa mereka. Tapi, ini tidak adil," gerutu Shan Mi.
"Hei, hidup kita dipertaruhkan untuk menjaga Zhi Yang agar menjadi orang hebat nantinya! Apa kau lupa dengan pesan nyonya?" lontar Dai Ang.
Shan Mi terpelangah lalu memperhatikan raut dari kedua pria.
"Kau benar! Kita harus merawat nona dengan baik. Tapi, aku merasa tidak berguna karena tidak bisa menggantikan tuan dan nyonya," lirih Shan Mi.
"Kalau begitu, kembali dan gantikan mereka untuk mati!" ketus Fei Ong.
"Tuan dan nyonya sudah mengikhlaskan kita hidup. Mungkin, dia juga sudah melepaskan kita sebagai seorang budak," ungkap Dai Ang sembari menyerahkan gulungan kertas dari dalam bajunya.
Shan Mi penasaran lalu meraih kertas yang bertuliskan pinyin mandarin.
Shan Mi mengeluarkan air mata kesedihannya selepas membaca beberapa ukiran kata mandarin indah tersebut.
"Aku sangat terharu ketika tuan dan nyonya melepaskan kita sebagai seorang budak. Dan menjadikan kita sebagai pengganti orang tua Zhi Yang. Mengajarkan kita baca dan tulis, Haa …."
"Apa tuan muda sudah mengetahui kalau ia akan ditangkap oleh mereka?" tanya Fei Ong penasaran.
"Sssts!" dengus Dai Ang.
Shan Mi menderu suara rintihannya ketika tanpa disadari kalau nona Zhi Yang telah sadar dari pingsannya. Tubuhnya terangkat sambil menggusar-gusar matanya sambil memperhatikan sekitar penglihatannya.
"Hah? Aku ada di mana?" tanya Zhi Yang penasaran, mendelik lebar ketika menatap layar kapal yang berayun-ayun santai.
"Haaa?? Kita ada di mana??!"
Zhi Yang beranjak tegak sambil berteriak keras, hingga mengagetkan semua awak kapal tertegun lepas.
Shan Mi menutupi mulut Zhi Yang sambil memintanya untuk diam. Keduanya terduduk kembali sambil menjaga situasi tetap aman.
"Nona, kami akan menceritakannya setelah tiba di tempat yang aman," ungkap Shan Mi dengan wajah memelasnya.
Zhi Yang semakin tak mengerti dengan apa yang telah terjadi. Mata dan pandangannya terdiam ketika melirik ke seluruh tubuhnya adalah air yang sangat panjang dan lebar.
Sungai panjang ini terus dikelilingi oleh hutan yang lebat, tetapi tak pernah berhenti hingga menuju tempat yang dituju. Sungai Weihe yang cukup panjang.
Zhi Yang pun menekuk tubuhnya bulat dengan memeluk lutut lesu.
Setelah baca wajib taruh ke dalam rak!
Direview juga dong ceritanya biar seru-seruan gitu!
Jangan lupa ikuti IG :@rossy_stories.
Nantikan bab selanjutnya yang banyak kejutan. Terima kasih.