Chapter 10 - Dinner

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka tiba di sebuah restoran mewah bernuansa kuning keemasan dengan pencahayaan lampu berwarna putih. Adriana berjalan sambil menenteng tas kecilnya, sedangkan Mark berjalan di sampingnya sambil menggendong Evan. Mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Namun siapa sangka? hubungan di antara mereka berdua sangatlah hambar seperti makanan tanpa garam.

Mark dan Adriana memesan makanan, minuman dan beberapa dessert. Mereka menikmati suasana makan bersama itu dengan tenang. Sesekali Mark membantu Adriana yang menyuapi Evan, yang juga suka disuapi olehnya.

Dari kejauhan tampak seorang pria yang sedang memperhatikan keluarga kecil itu. Dia adalah Zach yang kebetulan berada di restoran itu juga.

Zach tersenyum tipis melihat kebersamaan Adriana dan Mark. Pria yang mengenakan celana jeans biru dipadu dengan sweater berwarna cream itu merasakan debaran di hatinya yang terasa menyakitkan, serta ada rasa menyesal telah membiarkan gadis yang dia cintai bersama pria lain. Namun, dia mencoba menerima kenyataan ini karena nasi sudah menjadi bubur.

Zach menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, mencoba menenangkan hatinya yang bergejolak. Dia pun memutuskan untuk mendekati keluarga kecil itu.

"Mark... Adriana," sapa Zach sambil tersenyum ramah.

"Zach. Kamu juga di sini," sahut Mark sambil tersenyum pada Zach. Mereka memang saling mengenal, karena ketika dia akan menikah, Adriana memperkenalkannya kepada Zach.

"Kebetulan aku bertemu klien di sini," jelas Zach yang masih berdiri.

"Duduk dan makanlah bersama kami, aku akan mentraktir," seru Mark santai.

"Tidak, itu tidak perlu karena aku harus segera pulang. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Zach menolak, sesekali melirik ke arah Adriana yang tak bisa menutupi kesedihan di matanya. Wanita itu terlihat tak ceria seperti kemarin saat minum kopi bersamanya di cafe. Tentu saja itu membuatnya khawatir, berpikir apa mungkin wanita itu sedang dalam masalah?

Zach cukup tau bagaimana Adriana terlihat senang atau sedih karena dulu mereka terbiasa bersama dan saling memahami, tetapi dia memilih untuk diam dan tidak ikut campur. Karena Dia bukan lagi gadis yang bisa diajak bicara sesuka hati, melainkan sudah menjadi istri seseorang.

Mark mengangguk mengerti. "Yasudah ... kalau kamu tidak mau. Kita bisa makan bersama lain kali," ucapnya santak

Zach tersenyum menanggapi Mark. lalu segera meninggalkan restoran dan berjalan menuju mobilnya dengan perasaan tidak menentu.

"Kenapa kamu terlihat sedih? Sama seperti ketika Jack menyakitimu saat itu. Apakah Mark tidak baik padamu?" pikiran zach dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Dia selalu merasa kasihan dan peduli ketika Adriana dalam kesulitan atau terlihat sedih. Sejak lama, ketika dia mengenalnya sebagai kekasih sepupunya yaitu Jack.

___

"Bagaimana jika kita ajak Evan ke mall untuk ke wahana bermain, apa kamu setuju?" tanya Mark sambil menatap Adriana yang masih membersihkan mulut Evan karena sedikit blepotan saat makan dessert.

"Terserah kamu, tapi jangan pulang terlalu malam," jawab Adriana dengan tatapan datar.

Mark menghela napas kasar sambil melirik Adriana yang bersikap dingin. Dia masih tidak mengerti kenapa istrinya terlihat sedih dan memasang wajah masam. Ugh, Dia tidak sangat peka!

"Oke." Mark segera membayar makanannya pada pelayan, lalu membawa istri dan anaknya kembali ke mobil dan beralih menuju mall terdekat.

___

Sesampainya di mall, Mark mengajak Evan bermain. mereka berdua mandi bola, naik perosotan, naik kuda mainan, melewati rintangan, dan masih banyak lagi. Adriana memilih menunggu di luar wahana karena pakaian yang dikenakannya saat itu tidak nyaman untuk digunakan bermain. Dia tersenyum melihat kebahagiaan putranya yang sedang tertawa bahagia bersama ayahnya.

"Mungkinkah aku harus bertahan demi Evan?" pikir Adriana.

Drett... drett...

Smartphone Adriana bergetar. Dia segera memeriksanya dan melihat pesan masuk dari Zach.

Zach: Apa kamu sudah pulang?

Adriana mengerutkan keningnya, lalu membalas.

Me: Belum, aku masih menunggu Evan dan Mark.

Zach: Oh ...Bolehkah aku bertanya sesuatu?

Me: Tentu saja

Zach: Kenapa kamu terlihat sedih?

Berbeda dengan Adriana yang lama,

Selalu ceria saat bersamaku,

Adriana menghembuskan napas kasar, merasa tidak suka dengan perkataan Zach yang bersikap pernah menjadi pahlawan hatinya.

Me: Aku tidak sedih,. lagipula,. apa pedulimu padaku?

Zach: aku sangat peduli padamu sejak lama

Adriana menghela napas kasar dan enggan membalas pesan dari Zach lagi. Dia ingat saat ketika pria itu menghiburnya seolah memberi harapan, tetapi tidak pernah mengungkapkan apapu.. Cinta itu disembunyikan begitu saja sampai dia terjerat oleh cinta Mark.

"Ayo pulang saja, Evan lelah dan mengantuk," seru Mark yang baru saja keluar dari wahana bermain. Dia menggendong Evan yang terlihat lesu dan mata yang terlihat sayu.

"Ya, sudah cukup larut malam juga," sahut Adriana

Mereka segera keluar dari mall dan kembali ke mobil.

Selama dalam perjalanan, tidak ada percakapan. Adriana duduk sambil memangku Evan, sambil menepuk pelan bahunya hingga bocah itu perlahan tertidur.

Setelah sampai di rumah, Mark menggendong Evan dan membawanya ke kamar pribadi diikuti oleh Adriana.

"Dia terlihat sangat lelah," gumam Mark sambil membaringkan Evan ke tempat tidur ora berukuran king size yang beralaskan sprei berwarna merah marun dengan motif bintang kecil dan bulan sabit berwarna kuning.

"Tentu saja," sahut Adriana sambil menyelimuti dengan selimut berwarna senada dengan sprei. Dia dan suami yang duduk di tepi ranjang, menatapi putra mereka yang tertidur begitu nyanyinya dengan rambut yang agak lembab karena berkeringat. "Dia jarang main ke tempat itu karena kamu jarang mengajaknya," lanjutnya.

"Maaf, aku selalu sibuk," kata Mark, menatap wajah Adriana yang terlihat tidak nyaman sejak tadi.

"Dave tidak sesibuk kamu."

"Perusahaan yang Dave kelola tidak sebesar milikku, wajar saja kalau dia tidak terlalu sibuk," jelas Mark kemudian beranjak berdiri dan berjalan menuju keluar kamar.

"Kemarin kamu bertemu dengannya, kan?" tanya Adriana mencoba berani membahas masalah semalam. Karena jika dia diam, itu tidak membuat suaminya sadar akan kesalahannya.