Agung POV.
Aku menemukan luka abadiku, ya Tasya, ketika dia menangis rasa perihnya bertambah di hatiku, agak sedikit lucu namun itu kenyataannya, perasaan ku tak pernah hilang dari hari itu, aku mencintainya, bahkan sangat.
Aku mau menjemputnya di cafe ku, ah iya dia tidak tau itu milik keluargaku, jangan beri tau.
Aku tak sekalipun mengatakannya, aku takut dia tidak menerima pekerjaan itu karena ku.
Jay adalah mata-mataku, lelaki itu baik, aku berharap dia menjaganya selama aku tak punya kesempatan untuk menjaganya.
Tapi malam ini dia menangis, entah karena apa, dia juga tidak mau mengatakannya kepadaku
"Lo boleh marah kalau lo mau"
"Gue bilang gue butuh waktu sendiri"
"Siapa yang mau nemenin lo, gue cuma lagi mau ujan-ujanan"
Rasanya dia ingin memakanku hidup-hidup, tatapan kesalnya karena aku mungkin mengganggunya malah menjadi lucu untuk ku.
"Ada masalah?"
"Bukan urusan lo Gung"