Tasya POV.
Mungkin kalau disuruh memilih pun aku tak akan memilih apa-apa, kenapa?, Ya mungkin aja karena aku mencintainya, cukup klasik sih cuma ya aku harus akui kalau aku cukup bodoh dengan hal ini.
Aku menikmati muka bantalnya, ya lupa aja gitu kalau dia adalah penyebab dari kondisiku saat ini, ya aku denger tadi dokter bilang apa, aku mungkin akan mengalami cacat pada kepalaku, gak bisa tumbuh rambut lagi atau gimana, dokter hanya menyarankan untuk aku menjalani treatment terapi kulit kepala, gak tau deh Bumi mau atau gak, soalnya kan mahal juga, ya masa aku minta ortunya sebagai ganti rugi, ditebas aku yang ada.
Tapi ya kalau di pikir-pikir aku harusnya marah kan ya, cuma kenapa ya gak bisa aja gitu, malah aku yang selalu dimarahin kan lucu banget.
Dulu aku gila banget sama tubuhku, perawatan ini itu, pergi klinik sana sini, tapi sekarang lebam segede kepala pun aku gak komplen.
Dan sekarang gimana coba, luka bakar lagi. Yang aku tau dikit aja luka bakar bekasnya bakal gila-gilaan, sekarang aku punya hampir sebadan-badan.
"Mi"
Bumi menggeliat, ya dia tidur di sofa yang cukup jauh dari ku, tapi dia emang tipikal manusia super sensitif kalau tidur, jadi mau aku gerak dikit aja kadang dia kebangun.
"Lo butuh apa?"
"Haus"
"Bentar"
Tu kadang yang bikin aku bingung, sebentar baik sebentar jahat, sebentar nyebelin tapi lebih banyak ngangenin sih, ya karena tu dia jarang banget di rumah, sekalinya di rumah ya gitu, marah ama nyiksa orang.
"Ni"
Muka dia jutek banget, mungkin baru tidur kali ya tapi aku udah kepalang bangunin, cuma ya gimana aku haus ini.
"Siapa yang bawa lo kesini?"
Aku yang sedang damai minum air mineral malah di pukul telak ama pertanyaannya, aku mau jawab apa coba.
"Kata yang jaga unit dia yang bawa lo, gila ya bisa keditek coba uap air panasnya"
"Ya kan lo mandiin gue sama air pas full Mi, gak air suam-suam kuku"
Matanya melebar, apa-apaan?, Masa iya dia gak nyadar seberapa panas tu aer deh, lucu banget.
"Masa iya panas banget"
"Ya kalau gak panas gak melepuh kali gue"
"Ya juga, jatah bulanan lo buat lo kesalon aja, gue di rekomendasiin klinik operasi plastik bagus, gue ada duit kok buat itu jangan khawatir"
Tunggu, Bumi gak ketelen truck molen buat ngecor rumah kan?, Kok bisa dia bilang gini? Nawarin lagi, biasanya aku makan kue di kulkas aja dipukulin, palingan ya seberapa lah harganya, ini dia malah nawarin buat treatment dan operasi plastik, sehat apa dia?.
"Lo gak kepentok kan Mi?"
"Gak, kenapa?"
"Masa iya lo nyuruh gue buat perawatan, kan mahal"
"Ya lo celaka gara-gara gue, eh lo mikir aja apa kata nyokap gue kalau ketemu sama lo ntar kalau lo nya cacat kayak gini"
Kan udah diangkat tinggi ke atas, ujung-ujungnya malah di lempar lagi ke bawah.
"Jadi bukan buat gue Mi?"
"Ya gak lah gila aja lo"
Senjata terbaik ku hanya tersenyum seolah aku menerima semua hal ini dengan lapang dada.
Sakit sih emang cuma ya mau gimana, aku kan gak bisa komplen yang ada dia marah lagi, aku tersiksa lagi, capek asli.
"Gak apa-apa deh, yang penting lo nemenin gue kan Mi?"
"Hmm"
🔺🔻🔺
Ayumi menghubungi Bumi bahkan sudah hampir 10 kali sedari tadi, namun laki-laki itu tak menjawab sekalipun panggilan darinya, entah kemana dia padahal tadi dia berjanji pas malam hari akan hunting makanan food truck, sekarang dia malah tidak ada kabar sama sekali.
"Kemana sih Mi, katanya mau ajakin gue keluar malemnya"
Di tempat yang terpisah Bumi menatap layar gawainya dengan gelisah, apa dia harus meninggalkan Tasya demi bertemu dengan Ayumi?.
Gadis itu masih mengiriminya pesan, ya dia sangat berharap dengan ini semua, masalahnya Bumi sudah berjanji akan mengajaknya pergi.
"Hp lo geter terus, sibuk ya Mi?"
"Iya"
"Mau pergi lagi?"
"Ya urusan gue mau pergi atau gak"
"Penting ya Mi? Gak bisa di sini aja?"
"Apa sih lo, mau pergi kek gak kek itu urusan gue, ngatur-ngatur lagi lo"
"Gak ngatur-ngatur, istri lo lagi sakit masa lo gak nemenin"
"Dah deh gue capek sama kedok istri-istri yang selalu lo bilang, nikah sama lo ribet tau gak"
Tasya tersenyum, ya kalau ribet kenapa dia ngotot untuk menikahi Tasya waktu itu.
"Ya yang mau pernikahan ini ada kan awalnya elo Mi, gue mah udah nolak, kalau sekarang gue gak bisa nolak, gue pengen pernikahan gue satu seumur hidup, selagi bisa gue pertahanin ya gue pertahanin"
"Bacot lo"
"Mi, ini tu ibadah yang tinggi pahalanya di mata Tuhan, ya kali gue main-ma...
"Diem lo, gue gak mau lo ngomong hal gak penting ini lagi, menurut gue ini rumah tangga yang bahkan gak gue pengen ada sama sekali, nikahin lo adalah hal terburuk dari yang pernah gue bayangin selama ini, lo gak usah sok cantik deh, lo bukan apa-apanya dibanding Senja lo tau?, Lo jauh di bawah tapak kaki dia"
Lagi dan lagi hatinya hancur berkeping-keping, kalau Bumi ingin memakinya, dia akan menunggu itu sampai selesai, jika Bumi ingin menghinanya, dia akan menerimanya dengan lapang dada, tapi tidak dengan membedakannya dengan Senja, sesempurna apapun Senja, Bumi tidak berhak untuk menghakimi antara dirinya dengan wanita itu, dia benci itu semua, termasuk Senja.
"Lo bisa stop bandingin gue sama Senja gak sih Mi, gue beda sama dia, lagian pernikahan ini bukan keinginan gue, ini paksaan dari lo, itu yang harus lo... Aw..
Bumi meremas lengan Tasya kuat, saking kuatnya gadis itu tak lagi bisa melawan, wajah marahnya mendominasi, Tasya takut jujur iya dia takut, hanya dia tak ingin berteriak dan menimbulkan pertanyaan untuk orang lain, dan yang paling penting dia tidak ingin orang lain berpikiran buruk terhadap Bumi.
"Mi sakit" cicitnya pelan.
"Dengar, lo sampah, lo bukan wanita yang layak untuk diperjuangkan, lo cuma wanita murahan sang pegoda suami orang, apa yang bisa lo banggain sama diri lo yang busuk ini?, Gak usah sok kecakepan deh lo, lo bukan apa-apanya buat gue"
"Mi"
"Apa? Mau nangis? Lo kira air mata buaya lo bisa bikin gue luluh?"
"Mi sakit"
Tanpa Bumi sadari lengan yang dia remas itu adalah lengan yang penuh luka bakar, dan Tasya tak lagi mampu menahan rasa sakitnya, hingga kegelapan yang mampu menjelaskan apa yang dia rasakan saat ini.