Ben sedang berjongkok di lantai sambil memegangi Briella yang sejak tadi terus menerus menahan sakit hingga dahinya berkeringat. Wajahnya pucat sekali. Darah terus mengalir dari tangannya.
"El, kamu bisa mendengarku?" tanya Ben.
Briella mengangguk sedikit sambil meringis. "Tanganku sakit sekali. Ben," bisiknya lemah.
Ben mengangguk perlahan. "Tahan sedikit ya, Sayang. Aku akan membawamu ke rumah sakit."
Sejujurnya, Ben ketakutan sekali melihat Briella yang bersimbah darah. Namun, ia harus tegar dan kuat agar Briella tidak panik.
Ben menoleh ke kiri dan bergidik ketika melihat perawat ibunya Briella sudah meninggal karena tertembak di perutnya. Salah satu teman ayahnya yang membawa senjata, mengambil kain seprai dari kamar dan menutupi tubuh wanita itu.
Lalu Ben melihat ayahnya Briella sedang terkapar di lantai dan tubuhnya sudah diikat dengan menggunakan pengikat kabel. Ben sempat mendengar pembicaraan pria itu dan ternyata ia bukanlah ayah kandungnya Briella.