Lisa adalah wanita yang cantik dan membuat Ben merasa tertantang untuk memilikinya. Meski begitu, Ben tidak berencana untuk menikahi Lisa. Ia menganggap semua ini hanyalah main-main.
Jika memang mereka tidak bisa meneruskan hubungan mereka lagi, maka Ben akan mundur. Atau mereka akan tetap menjalin hubungan terlarang ini selama yang mereka inginkan. Ben tidak tahu.
Akhirnya, setelah roti dan kopi habis, lagu pun sudah berganti puluhan kali, Lisa pun muncul. Ia mengetuk pintu jendela Ben sambil tersenyum.
Ben langsung membukakan kunci pintu dan Lisa pun masuk ke dalam mobilnya. Wanita itu langsung mendekat, menarik wajah Ben, dan menciumnya.
Senyumnya manis sekali. "Maafkan aku ya, Ben. Syukurlah Jim sudah tidak rewel lagi."
"Kamu telat lebih dari sepuluh menit," ujar Ben sambil mengangkat alisnya.
Lisa melihat jam tangan dan terkesiap. "Astaga. Sekarang sudah jam setengah delapan malam. Apa kamu sudah makan, Ben?"