Jihan terus berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke kantin. Ia mencari-cari Ben, tapi sahabatnya itu belum datang. Jadi, ia memesan kopi sendiri dan duduk dengan tangan dan kaki yang gemetar.
Ia gemetar karena ia baru saja menolak Farel. Itu adalah hal terkeren yang pernah ia lakukan. Saat berbicara dengan Farel, suaranya tidak terdengar gemetar, padahal ia sudah mau pingsan rasanya.
Jihan tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia pasti sudah gila. Seorang Jihan yang selama ini diam saja, menurut saja di hadapan Farel, kini ia bisa menolak pria itu. Sungguh, luar biasa.
Jihan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan guncangan dalam dirinya. Hormon adrenalin pasti kini sedang berdesir kencang di bawah aliran darahnya.
Lalu kopi pun datang. Segera saja Jihan meminumnya supaya ia merasa jauh lebih baik.
"Jihan!" seru Briella memanggilnya.
Jihan mendongak dan mendesah lega. Briella dan Ben berjalan bersama-sama menghampirinya.