Chereads / Jangan Salahkan Janda / Chapter 15 - Jahilnya Teman-teman Arsya

Chapter 15 - Jahilnya Teman-teman Arsya

Pikir Arsya, dia lebih nyaman menjadi orang yang bisa memberikan motivasi pada orang lain meskipun hanya sekedar kata-kata yang betul kata Hana, setiap kata yang dia lontarkan keseringan membahas soal waktu karena menurut Arsya yang jadi penyelamat dan peledak adalah waktu itu sendiri.

Terkadang waktu belum menjawab soalnya dengan benar, manusia sudah sibuk mendefinisikan kalau Tuhan mereka tidak adil.

Terlalu cepat menghakimi, terlalu gegabah karena tak sabaran hingga mereka tidak bisa menjalani proses hidup dengan nikmat akhirnya rasa syukur itu pun tumpul.

Walaupun sebenarnya, jauh dari pandangan publik, Arsya adalah seorang manusia yang di setiap sela waktu masih mengharapkan sosok ibunya kembali.

Mempertanyakan jati dirinya yang hilang, dan tengah ia cari-cari. Seakan menjadi manusia berkedok, Arsya seringkali luntang lantung di kampus dan di jalanan kalau dia ingin merenung.

Di Halte tempat dia bertemu Intan pun adalah tempat nongkrongnya sendirian.

Melihat ramainya jalanan, tempat lalu lalang secara tidak langsung juga Arsya merasa dirinya juga menjadi bagian dari keramaian itu meskipun hanya beberapa persen saja.

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Arsya membuka jasnya dan mengganti kemeja dengan kaos biasa ditambah jaket levisnya agar terlihat lebih trend sebagai anak muda.

Dia selalu mengubah penampilannya agar orang-orang tidak tahu kalau Arsya adalah seorang CEO.

Berpakaian formal cukup di hari-hari tertentu saja dan saat dia bekerja, maka jika di luar tidak akan ada kerumitan yang bisa mengganggunya jika di luar.

Untuk celana dia biasa menggantinya seperti biasa nanti di kampus. Arsya pun melempar jasnya ke jok belakang dan segera memutar kemudi. Mobilnya berlaju dengan kecepatan sedang ke jalan raya.

Sedari tadi hanphonenya berdering, dia sudah tahu kalau yang menelpon pasti teman-teman kuliahnya yang selalu memperingatkan Arsya kalau beberapa menit lagi perkuliahan akan segera dimulai.

Arsya terlalu santai untuk mengurusi jadwal masuk, bahkan meski mepet dia selalu bisa hadir tepat waktu. Makanya, teman-temannya selalu memanggil Arsya dengan sebutan 'BM' yang artinya Black Magic karena selalu datang tepat waktu.

Arsya juga selalu meladeni mereka masih dengan jurus puitis andalannya.

Biasanya Arsya selalu menjawab seperti ini, 'Jika waktu membuat kita tidak merdeka dengan ketergesaan dan berusaha mencuri start lebih awal. Lantas apa gunanya tepat waktu, jika harus terikat dengan menit sebelum yang dianggap rajin dan menit sesudahnya yang dianggap orang kurang disiplin? Padahal jadwal yang sudah ditentukan tepat pukul sekian'.

Alih-alih temannya jadi kesal, justru mereka dibuat tertawa bahkan ada beberapa yang merekam dan menulis kata-kata bijak dari Arsya dan mengunggahnya ke media sosial.

Para perempuan juga kadang heboh kalau Arsya sudah mengeluarkan senjata mutakhirnya.

Arsya sama sekali tidak membuka handphonenya dan sekarang dia pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk mengganti celana katun yang sedang dia pakai dengan Levis agar dia tidak terlihat terlalu formal, nanti dosen dan mahasiswa ketuker katanya.

Arsya menggantung celana Levisnya di atas bilik kamar mandi. Karena memang bagian atasnya terbuka. Dia kemudian melepas celana katunnya.

Tapi sebelum itu, Arsya membuang sisa-sisa makanannya terlebih dahulu, alias BAB (Buang Air Besar). Beberapa menit usai sudah terbuang membuatnya lega.

Dia pun berdiri dan berniat menggapai celananya. Tapi … seketika kedua celananya dirampas oleh seseorang di luar pintu.

"Wey, lo siapa? Balikin celana gue!" teriak Arsya.

Terdengar suara cekikikan di luar kamar mandi. Arsya pun langsung membuka pintunya yang dislot, tak peduli juga jika di luar bilik kamar mandi yang di diami banyak mahasiswa laki-laki yang sedang kencing berdiri.

Asal jangan kaum Hawa yang melihatnya sekarang tampil seksi hanya berbekal selempak saja.

Saat Arsya membuka pintu ….

CEKREK! CEKREK!

Temannya jahil, memfoto Arsya yang setengah telanjang tanpa celana panjang.

Beberapa mahasiswa yang sedang kencing tidak menggubris kelakuan mereka dan anteng saja, ada beberapa yang tertawa.

Arsya berusaha menutupi kemaluannya dengan tangan kiri dan tangan kanan berusaha merebut handphone salah satu temannya itu.

"Heh, kalian jangan jahil ya. Kurang ajar, matiin enggak? Matiin kameranya. Awas kalau sampai divideo ya … gue hajar kalian berdua."

"Hahaha lo seksi juga, Arsya."

"Warnanya biru cerah lagi."

Kedua temannya itu sangat puas menjahili Arsya.

Teman-temannya semakin tertawa lepas melihat ekspresi Arsya yang menurut mereka terlihat lucu.

Arsya masih berusaha mengambil celana levisnya yang diacung-acungkan oleh Erik temannya.

Setelah temannya Bayu men-Save videonya, dia pun menyimpan handphonenya ke saku celana dan Erik pun membiarkan Arsya mengambil celana dari tangannya.

Setelah mendapatkan celananya kembali, Arsya kemudian lari terbirit-birit masuk ke bilik kamar mandi lagi karena malu menjadi sorotan mahasiswa lain yang sedang berjajar kencing.

Arsya tidak ingin reputasinya buruk karena hal konyol kedua temannya barusan. Di dalam bilik kamar mandi, Arsya berteriak, "awas kalian berdua. Siap-siap rasain pukulan dari gue," ancam Arsya sembari mengenakkan celananya dengan rusuh.

Dia ingin segera menyekik leher kedua temannya itu yang tidak henti-hentinya bersikap kekanak-kanakkan pikir Arsya.

Tapi tidak ada suara sahutan apapun di luar bilik kamar mandi, sudah dapat Arsya tebak kalau kedua temannya itu—Erik dan Bayu sudah minggat dahulu sebelum mendapat hukuman telak.

"Sial!" dengus Arsya sesudah dia membuka pintu.

Benar, kedua temannya sudah tidak ada. Arsya pun melewati beberapa mahasiswa lelaki yang sedang kencing.

Dari wajahnya, Arsya bisa menebak kalau mereka adalah mahasiswa S1.

Arsya harus tetap terlihat elegant di depan mereka. Saat Arsya membuka pintu keluar, dia berpapasan dengan seorang mahasiswa lelaki.

Dia melirik Arsya, terkhususnya di bagian bawah. Arsya pikir sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas mengenai bagian bawah pinggangnya.

Dia sudah memakai celana lengkap dan siap masuk kelas yang akan dimulai sebentar lagi.

Arsya pun lanjut melangkah tapi si mahasiswa itu menghalanginya dengan tangan.

Arsya melirik tangan itu yang membentang menghalangi dadanya. Mencegahnya pergi untuk menyusul kedua teman kampretnya itu.

"Ada apa ini?" tanya Arsya heran.

Mahasiswa itu masih menatap Arsya dengan sedikit ragu dan raut wajah yang serius. Arsya tidak merasa mempunyai musuh di kampus, tidak ada.

Percekcokkan dengan pacar orang juga tidak pernah. Sangat aneh ketika Arsya dicegat oleh seseorang yang tidak dia kenal di kamar mandi lelaki.

'Ni orang enggak mungkin suka ke gue, kan?' gumam Arsya geer, tapi dia memang takut kalau dugaannya benar. Masa iya, karena Arsya jomlo didekati kaumnya sendiri.

"Maaf, celana Anda terbalik," ucap lelaki itu dengan sedikit senyum.

'Mampus gue malu sendiri,' hatinya melirih.

Arsya pun segera mengganti celananya setelah nyengir pada lelaki tadi.

Arsya kembali masuk ke dalam bilik kamar mandi dan bersegera membalik celananya.

Dilihatnya jam tangannya waktu sudah lewat jam pelajaran, hari ini dia telat. Reputasi yang sangat kurang baik pikir Arsya.