"Aku juga mau kesana, aku ingin membeli persediaan dapur" ujar Ivana, "apa ini pertama kalinya kau pergi belanja di pasar sendirian, kau terlihat gelisah?" tambahnya bertanya pada Lachlan.
"Begitulah, tapi sekarang ada kau, jadi aku tak khawatir lagi" jawab Lachlan sambil tertawa, "kau harus membantuku, Ivana" tambahnya bercanda.
"Yang benar saja, bagaimana jika aku tidak ada? Apa kau tidak akan membeli apapun" kata Ivana sembari menghela napas dan memutar bola matanya.
"Bukan begitu, karena ada kamu di sini, jadi aku tidak akan kesulitan mencari barang yang harus dibeli" sahut Lachlan.
"Hei hei, berhenti merepotkan temanmu" jawab Ivana kesal, "jadi apa saja yang mau kau beli?" tanya Ivana pada Lachlan.
"Ini, ibuku sudah menuliskan semua yang harus dibeli disini" Lachlan memberikan catatan daftar bahan yang ingin dibeli, yang ditulis ibunya.
"Baiklah, aku akan membantumu mencari semua barang barang ini" jawab Ivana sembari terus berjalan.
Setelah sampai di pasar dan sudah membeli semua yang dipesan oleh ibunya Lachlan dan Ivana juga sudah membeli keperluannya, mereka singgah di salah satu cafe untuk bersantai.
"Huuuuuuft
"Apa yang akan ibumu lakukan dengan belanjaan sebanyak itu, sampai sampai kita mengelilingi semua kedai di pasar ini" tanya Ivanya yang sudah kelelahan karena mencari bahan yang harus dibeli Lachlan.
"Akupun tidak mengerti, kenapa dia membeli sebanyak ini" jawab Lachlan dengan napas yang sudah tak stabil.
"Oh ya, persiapkan dirimu untuk besok" Ivana mengingatkan "jangan sampai kau mengulang di kelas itu lagi tahun depan" tambahnya bercanda.
"Yah kau benar, aku sama sekali tidak mempunyai bakat di kelas, aku bahkan buruk dalam segala hal "jawab Lachlan "mungkin aku bersedia untuk mengulang tahun depan" ucapnya sambil menarik napas panjang dan membuat Ivana terkejut saat ia mengatakannya.
setelah diam sejenak Lachlan melanjutkan kalimatnya "yaaa, tapi entah mengapa aku merasa sangat percaya diri tahun ini, mungkin aku bisa mendapat peringkat satu" Lachlan tertawa melihat ekspresi Ivana yang terkejut dengan ucapan sebelumnya.
"Berhenti bercanda, tahun kemarin kau benar benar hampir gagal dalam ujian" sahut Ivana dengan nada kesal dan memicingkan matanya.
"Huuuft....
Kau berbicara seperti ibuku" Lachlan menanggapi dengan tenang, "ujiannya besok bukan?" dengan wajah menahan tawa ia bertanya lalu melanjutkannya "kenapa kau sudah terlihat gugup sekarang"
Ivana yang kesal dengan Lachlan, yang tidak henti hentinya bercanda "lupakan!!" tegasnya tiba tiba dan seketika merubah raut wajah Lachlan yang sedang tertawa, terdiam.
"Jangan panggil panggil namaku saat kau tak bisa menjawab soal" ucapnya dengan tatapan menakutkan, "berhentilah bercanda, apa kau pikir ujian ini tidak penting" Ivana menambahkan
Lachlan tidak pernah mementingkan pelajaran sekolahnya dan hampir gagal diujian terakhir, berbanding terbalik dengan Ivana yang sangat tekun dengan sekolahnya, bahkan ia selalu berusaha mempertahankan nilai dan peringkatnya.
Bahkan Ivana juga sangat mengkhawatirkan Lachlan karena tau wataknya Lachlan yang acuh tak acuh pada sekolah dan pelajarannya, Ia selalu berusaha mengingatkan agar Lachlan bisa mengikuti ujian dengan baik.
"Hei Ivana" raut wajah Lachlan tiba tiba berubah serius, seakan ada sesuatu yang sangat penting yang akan disampaikannya.
"Apa!!" jawab Ivana dengan dinginnya karena masih kesal dengan sikap Lachlan, dengan tatapan tajam yang mengarah kepada Lachlan lalu melanjutkan kalimatnya "berhenti bercanda, aku benar benar mengkhawatirkanmu kau tau?".
Lachlan yang melihat tatapan Ivana mengurungkan niatnya untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikannya tadi, "hei tenanglah, mengapa kau begitu mengkhawatirkan diriku?" Lachlan membalas tatapan Ivana dengan sedikit senyum yang dibuat buat.
Huuuuf
"Kau semakin mirip dengan ibuku" tambah Lachlan sambil tertawa.
"Hah, tidak bisakah kau sedikit serius, mengapa para pria tidak pernah memikirkan pelajaran" sahut Ivana dengan cepat sambil melipat kedua tangan.
"Para pria? Tapi kurasa tidak semua, kau tahu Mahrez selalu sibuk dengan buku bukunya"
"Ahh dia, lalu kenapa kau tidak bisa sepertinya?" Ivana menyela, "tidakkah kau punya impian melanjutkan pendidikan di Universitas terbaik setelah lulus nanti" tanyanya serius.
"Kau tahu, aku mempunyai tujuan yang lebih besar dari sekedar masuk universitas ternama" dengan senyum khasnya Lachlan menjawab pertanyaan itu.
Karena sadar Lachlan pasti hanya akan bercanda lagi Ivana menjawab, "Lalu apa tujuan besarmu itu" dengan sedikit tawanya.
"Menyelamatkan dunia" jawab Lachlan sambil memicingkan matanya.
"Bruuk
Ivana memukul bahu Lachlan sembari berkata "kubilang berhenti bercanda, ayo pulang, aku bisa gila jika terus berbicara denganmu".
"Heii siapa yang bercanda, aku benar benar serius kau tahu" jawab Lachlan sambil bergegas menyusul Ivana yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Kurangi video game, agar bisa berpikir lebih jernih besok" sahut Ivana sembari memutar bola matanya.
"Hai apa yang kalian lakukan sepagi ini di pasar" tiba tiba Felix muncul dari belakang, "kalian terlihat seperti pasangan muda, kau tahu" sambungnya sambil berjalan mendekati mereka.
"Haaah, muncul satu lagi perusuh" gumam Ivana kecil, "mengapa kau mempertanyakan seorang gadis saat berada di pasar, tuan Baker[1]" jawab Ivana.
"Oh ya, tentu, ya, tentu itu normal" jawab Felix dengan sedikit gugup, " hei Lacha ada apa dengannya" bisik Felix pada Lachlan.
"Entahlah, perasaannya sedang tidak baik, kurasa" jawab Lachlan sambil melirik Ivana yang berjalan didepan.
"Dia begitu sensitif hari ini..."
"Suaramu terlalu besar aku bisa mendengarnya dengan jelas" Ivana memotong pembicaraan mereka.
"Benar benar menyeramkan, dia terlihat seperti ibuku" bisik Felix sambil menyenggol bahu Lachlan, "Ssstt diamlah" Lachlan membalas.
"Hei hei sini biar ku bantu" Felix mencoba membujuk Ivana yang sedang kesal,"belanjaanmu sepertinya berat, biarkan aku membawa sebagian" tambahnya.
"Oh terima kasih, aku memang menunggu tawaran ini dari tadi" jawab Ivana sambil memberikan semua yang sedang dibawanya kepada Felix.
"Aku tak bilang semuanya" gumam Felix dengan sedikit menahan berat saat mengangkat semua belanjaan itu
Setelah berjalan sedikit jauh dari pasar, terlihat mobil sedan warna hitam tiba tiba berhenti tepat didepan mereka, "ohh aku sudah dijemput" ujar Ivana sambil berjalan mendekati mobil tersebut.
"Felix, berikan belanjaannya" bisik Lachlan pada Felix, Felix pun menyusul Ivana kedalam mobil itu.
"Terima kasih, datanglah ke rumahku setelah makan siang" ucap Ivana kepada Felix dan Lachlan.
"Hah?" Lachlan terkejut karena tidak biasanya Ivana mengundang mereka untuk datang kerumahnya, "baiklah" sambungnya.
"Tidak biasanya ia mengundang kita ke rumahnya" gumam Felix saat melihat mobil yang menjemput ivana mulai menjauh, "apa ia sedang merayakan sesuatu?" tanyanya pada Lachlan.
"Kurasa begitu, tapi acara apa? Hari ulang tahunnya kan masih 2 minggu lagi" jawab Lachlan sembari lanjut berjalan menuju rumah.
"Aku mulai penasaran" ekspresi penasaran terlihat jelas di wajah Felix, "baiklah aku duluan, sampai ketemu nanti" tambahnya.
"Baiklah" jawab Lachlan.
setelah sampai dirumah, saat ia dan sang ibu sedang bersantai diruang tengah Lachlan bertanya "Ivana mengundangku kerumahnya setelah makan siang".
[1] Beker adalah nama belakang Felix "Felix Beker"