"Benarkah?" Ibu yang sedang memperhatikan majalah yang dipegangnya menjawab setelah mendengar pertanyaan anaknya.
"Mungkin di rumahnya sedang ada acara...." saat Lachlan mencoba mengisi pikirannya dengan beberapa alasan yang memungkinkan mengapa Ivana mengundangnya, Ibunya menyela.
"Atau mungkin karena ia tertarik padamu" ujar sang Ibu yang memotong perkataan Lachlan dengan senyum yang penuh pertanyaan, apa dia hanya mengundangmu?" tambah Ibu bertanya.
"Ayolah jangan menggodaku seperti itu, apa yang ibu pikirkan" Lachlan sedikit membuat senyum pada wajahnya saat mendengar pendapat dari Ibunya, "bukan hanya aku, tapi Felix juga akan pergi kesana" tambahnya tertawa kecil.
"Hahaha..." Ibu tertawa mendengar alasan Lachlan, "ada apa dengan wajahmu, mengapa kau tersipu malu begitu" tambahnya sambil melipat majalah yang tadi dibacanya.
"Tidak ada" Lachlan memalingkan pandangannya dari Ibunya yang sedang menatap kedua matanya.
"Baiklah mengapa kau tidak segera bersiap, aku akan segera menyiapkan makan siang" ucap Ibu Lachlan setelah melihat reaksi anaknya yang menjadi canggung.
....
"Mengapa dia tiba tiba mengundang kami ke rumahnya" gumam Felix saat sedang berjalan jalan disekitar rumahnya.
Felix adalah orang dengan penuh perhitungan sesuai dengan keahliannya yaitu bermain catur, ia terbiasa memperhitungkan banyak kemungkinan saat akan mengambil sebuah keputusan kecuali dalam hal pelajaran sekolah.
Entah apa yang membuat minat belajarnya menjadi sangat rendah sampai sampai di ujian terakhir dirinya benar benar hampir tidak lulus untuk naik kelas, untunglah prestasi caturnya menyelamatkannya dari mimpi buruk tersebut.
"Felix, masuk dan makanlah dulu" terdengar suara seorang wanita tua yang sedikit serak dari dalam rumah memanggilnya.
"Iya, nek!" jawab Felix setelah mendengar suara neneknya memanggil.
"Mengapa kau cepat sekali pulang hari ini, apa kau tidak sekolah?" tanya sang nenek yang sudah sedikit pikun dengan suara yang sedikit tersendat sendat karena faktor usianya.
"Ibu. Inikan hari minggu, hari libur" Ibu Felix yang baru saja dari dapur menyela pertanyaan sang nenek dengan sedikit tertawa kecil.
"Ohhh! Benarkah? Kenapa tidak di jelaskan dari tadi" sahut nenek yang ikut tertawa.
Felix yang sudah sangat terbiasa dengan suasana tersebut tidak menghiraukan dan langsung menyantap makanan yang sudah dihidang.
"Bu, kapan ayah kembali" Felix bertanya karena teringat dengan ayahnya yang sedang pergi keluar kota.
"Mungkin beberapa hari lagi" jawab Ibunya yang terdengar sedikit kurang jelas karena sedang mengunyah makanan.
"Hm, Begitu" Felix mengangguk, setelah selesai makan dirinya langsung bersiap untuk pergi
kerumah Ivana.
"Kenapa kau terlalu terburu buru" ibu bertanya setelah memperhatikan Felix yang sedang mempersiapkan diri.
"Ivana mengundang ku dan Lachlan tadi, katanya setelah makan siang jadi aku harus bergegas" jawab Felix sambil mengancing baju yang baru dikenakannya.
* * *
"Aku pergi bu!" Lachlan pamit dengan Ibunya sambil membuka pintu, krek!!
Ternyata Felix sudah berada didepan pintu dan bersiap mengetuk untuk memanggilnya.
"Sejak kapan kau disini?" Lachlan terkejut karena Felix muncul tiba tiba dibalik pintu rumahnya.
"Barj saja, baru aja aku ingin memanggilmu, dan kau sudah keluar sebelum itu" senyum dan tawa kecil menghiasi wajah Felix saat melihat ekspresi Lachlan yang sedang terkejut.
Mereka hanya berjalan kaki karena rumah mereka tidak terlalu jauh, di perjalanan mereka bertanya tanya mengapa Ivana mengundang mereka berdua kerumahnya.
"Menurutmu acara apa yang sedang berlangsung di rumahnya" Felix bertanya sambil menggaruk kepalanya.
"Entahlah" Lachlan hanya mengangkat sedikit kedua bahunya tanda tidak tahu, "dia tidak pernah mengundang kita ke rumahnya, jadi ini sedikit aneh menurutku" tambah Lachlan.
"Benar juga, aku jadi penasaran" Felix bergumam, tidak lama kemudian mereka sampai di depan rumah Ivana.
"Ngomong ngomong, jika diperhatikan ternyata rumahnya besar juga" gumam Felix sambil menekan bel yang terpasang di samping pagar rumahnya.
Dingg!!
Setelah mereka menekan bel pagarnya terbuka dengan sendirinya lalu mereka masuk kedalam, dan terlihat Ivana sudah menunggu didepan pintu rumahnya.
"Ada apa dengan pakaian kalian" Ivana mengerutkan dahinya setelah melihat setelan pakaian yang dikenakan kedua temannya ini.
"Hah" ekspresi bingung terpampang di wajah keduanya saat mendengar sambutan Ivana yang sedikit aneh, "apa yang salah dengan kami" Lachlan menjawab dengan heran.
"Tidak, tidak, hanya saja mengapa kalian berpakaian seperti ingin pergi kepesta?" sahut Ivana sambil menolak pinggang dengan kedua tangannya.
Lachlan dan Felix yang semakin tidak mengerti pun beradu tatap dengan penuh perasaan tanda tanya di benak mereka, apa yang sebenarnya terjadi, apa yang mereka lewatkan.
"Aku mengundang kalian kesini agar kita bisa belajar bersama untuk ujian besok" tambah Ivana setelah menghela napas panjang, "kurasa kalian salah paham, atau kalian sangat bersemangat untuk belajar bersama ku" Ivana menyambung kata katanya dan sedikit tertawa.
"Belajar?" gumam Lachlan penuh tanda tanya,
"Untuk ujian besok?" Felix menambah kan dengan kebingungan.
Dengan wajah yang masih menggambarkan kebingungan mereka melangkah masuk kedalam rumah Ivana.
"Apa ini" Felix berbisik menyenggol bahu Lachlan, "kau pikir aku tahu" balasnya berbisik, "kita dijebak!"
"Silahkan duduk" tiba tiba terdengar suara Ivana saat mereka masih berbisik bisik menyuruh mereka untuk duduk, terlihat di atas mejanya sudah banyak tumpukan buku menandakan Ivana sudah memulai dari tadi.
Ivana adalah seorang anak kutu buku, saat di sekolah, ia sering menghabiskan waktu senggangnya di perpustakaan, kebiasaannya inilah yang membuat dirinya bisa bersaing di peringkat atas.
Berbeda dengan kedua temannya yang tidak peduli dengan pelajaran, bahkan Lachlan hampir beberapa kali dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya, dan Felix hampir tidak naik kelas karena nilai yang diperolehnya sangat buruk.
Ivana sebagai sahabat mereka berinisiatif untuk membuat mereka sedikit lebih siap untuk menghadapi ujian akhir yang akan dimulai besok.
Karena tahu kedua temannya tidak mungkin belajar dirumah, ia mengundang kedua temannya ke rumahnya agar mereka bisa belajar bersama sama.
Namun siapa sangka mereka berdua salah mengartikan undangan Ivana dan datang dengan setelan seperti akan pergi ke acara pesta.
"Wow" gumam Lachlan saat melihat beberapa rak yang dipenuhi banyak buku dan terlihat seperti perpustakaan, "Apa kau membaca semua itu" tanya Lachlan yang sedikit penasaran.
"Belum" dengan tenang Ivana menjawab sambil sedikit membersihkan meja yang berserakan beberapa buku.
"Kau benar benar kutu buku, bahkan di rumah kau membuat perpustakaanmu sendiri" sahut Felix menggelengkan kepalanya.
Mereka berdua yang baru pertama kali ke rumah sahabatnya ini sangat terkejut melihat ternyata Ivana bukan hanya tekun saat berada disekolah, bahkan dirumah ia juga sangat rajin belajar.
"Apa kalian ingin minum" tanpa menghiraukan ekspresi temannya Ivana bertanya.
"Aku ingin pulang" Felix menjawab sambil meletakkan wajahnya diatas meja.
"Apa kau ingin mengeluh sepanjang hari? Berhentilah mengeluh" ujar Ivana sambil mengambil beberapa buku dari susunan buku yang tersusun rapi di rak.
"Kami tidak mungkin pintar dalam semalam Ivana" Lachlan mencoba mencari alasan sambil menggaruk dan menggelengkan kepalanya.