Chereads / The Liberators / Chapter 9 - Petunjuk, Lachlan

Chapter 9 - Petunjuk, Lachlan

"Nak, bangunlah" terdengar suara yang sedikit berat dan serak memanggil Lachlan yang masih tertidur di ranjang rumah sakit, suara itu terus terngiang dan sampai akhirnya Lachlan terbangun dari tidurnya.

"Siapa kamu, kenapa masuk kekamarku?" tanya Lachlan yang melihat orang yang tidak dikenal itu memanggil manggil namanya, sementara Ibu Lachlan masih terlihat pulas dalam tidurnya.

Ia terus menatap tajam orang yang membangunkannya dari tidur itu, seseorang yang berpakaian aneh dan berjanggut tebal, ditambah dengan tongkat berukuran sedang yang sepertinya adalah penopang saat orang itu berjalan.

"Aku harus menunjukkan sesuatu padamu, nak" ucap orang itu sembari beberapa kali mengetuk tongkatnya ke lantai, seketika muncul cahaya yang sangat terang sehingga menyilaukan matanya.

Saat cahaya itu hilang, Lachlan menyadari kalau ternyata tempat disekitarnya sudah berubah. Ya, mereka sudah tidak lagi berada di dalam rumah sakit melainkan di suatu tempat yang sangat indah pemandangannya.

"Waw" Lachlan benar benar tercengang dengan pemandangan di sekitarnya "dimana kita" tambahnya bertanya.

"Mengapa kau bertanya demikian?" tanya pria berjanggut tebal itu, "tidakkah kau merasa tidak asing saat berada disini?" ia kembali bertanya kepada Lachlan.

"Apa yang kau katakan pak? Tempat ini sungguh indah" jawabnya sembari menatap jauh kedepan, dan terlihat air terjun yang sangat indah didepan sana.

"Apa kau sama sekali tidak merasakannya, inilah duniamu yang sebenarnya" jawab pria berjenggot itu dengan tawa, "bukan hanya dirimu, tapi ada empat orang pilihan lainnya yang juga berasal dari sini".

"Apa maksudmu?" Lachlan tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh orang berjenggot itu, "orang pilihan? Pilihan bagaimana maksudmu" tanya Lachlan.

"Kalian adalah para pembebas yang dipilih, dan tugasmu sekarang adalah mencari dan mengumpulkan mereka agar bisa masuk ke sini" jawab orang berjenggot itu dengan nada pelan sambil berjalan meninggalkan Lachlan.

"Mencari dan mengumpulkan mereka? Apa maksudnya", Lachlan semakin kebingungan karena tidak mengerti apa yang dibicarakan orang itu, melihatnya pergi meninggalkan Lachlan, Lachlan pun berteriak memanggilnya "heii tunggu!!"

"Ada apa nak, kenapa kau berteriak" tanya sang ibu yang melihat Lachlan tiba-tiba bangun dari tidurnya dan berteriak.

"Hah?" Lachlan terkejut, karena ia tiba-tiba sudah berada di dalam kamar rumah sakit lagi, "kenapa? Apa itu cuma mimpi?" Lachlan merasa aneh dengan apa yang baru saja dialaminya.

"Apa kau mimpi buruk?" Ibu kembali bertanya karena melihat ekspresi Lachlan yang ketakutan dengan nafas yang terengah-engah.

"Hmm, hmm iya, sepertinya aku mimpi buruk" jawab Lachlan yang sedang mencoba menenangkan diri dan mengatasi kepanikannya.

"Oh begitu, jangan takut, cuma mimpi kan?" ibu mencoba menenangkan anaknya yang sudah diselimuti ketakutan.

Sementara Lachlan masih tenggelam dalam rasa penasaran dengan apa yang baru saja ia alami, memikirkan apa yang telah disampaikan orang berjanggut tadi yang membawanya ke tempat yang begitu indah.

'bukan hanya dirimu, tapi ada empat orang pilihan lainnya yang juga berasal dari sini' ia kembali teringat dengan perkataan pria itu.

'Apa maksudnya bukan hanya diriku, dan ada apa dengan empat orang lainnya itu, mungkinkah ini berhubungan dengan kelebihanku?'

gumam Lachlan dalam hati, ia terus memikirkannya namun tak menghasilkan jawaban.

* * *

Semua orang mengira Lachlan jatuh pingsan karena bom bunuh diri yang hampir meledak tepat di hadapannya, ya, karena itu lah yang saksikan kedua temannya yang juga berada disana.

Felix dan Ivana hanya melihat Lachlan yang terdiam saat melihat orang bertopeng itu mendekat dan tiba-tiba ia jatuh pingsan setelah mendengar ledakan.

Padahal yang sebenarnya terjadi Lachlan lah yang mencegah ledakan terjadi di tengah tengah mereka dan jatuh pingsan karena memaksakan diri.

"Ada apa, ini seperti bukan dirimu yang biasa?" ucap Gonzales pada Lachlan, "apa kau masih trauma dengan bom yang hampir meledak di depanmu itu?" tambahnya bertanya dengan canda.

"Ah tidak, tubuhku masih terasa sedikit lemas" Lachlan beralasan, padahal sejak pulang dari rumah sakit ia terus menerus memikirkan kejadian yang ia alami bersama orang berjenggot yang memberinya pesan yang membingungkan.

"Eh... tapi bagaimana bom itu bisa menghilang dari tubuhnya? apa kau melihat sesuatu disana sebelum kau jatuh pingsan?" tanya Gonzales penasaran.

"Entahlah, aku sudah sangat panik saat itu jadi tak sempat lagi memperhatikan sekitar" jawab Lachlan, padahal dirinya lah yang menyelamatkan semua orang dari ledakan itu, tapi mana mungkin ia menceritakan yang sebenarnya.

Sejauh ini belum ada satu orangpun yang mengetahui tentang kelebihan yang Lachlan miliki, kecuali orang misterius yang pernah muncul saat perampokan terjadi di swalayan Gonzales, namun itu juga masih spekulasi Lachlan saja.

"menurutmu siapa dalang dari semua kejadian ini?" tanya Gonzales penasaran, "pertama perampokan yang terjadi di swalayanku, lalu perampokan di toko perhiasan milik keluarga berkebangsaan prancis itu, dan sekarang mereka mencoba membunuh polisi yang ingin menjemput walikota dengan bom bunuh diri" Gonzales mulai penasaran.

"Mereka sangat berbahaya, sudah tiga kali mereka mengacaukan kota tapi polisi masih kesulitan mencari petunjuk tentang mereka" jelas Lachlan.

Lachlan sebenarnya memiliki sedikit petunjuk tentang kelompok bertopeng itu. Tubuh orang yang menjadi pengantin bom bunuh diri itu hampir seluruhnya terlapisi logam, dan di punggungnya terdapat ukiran aneh yang sepertinya simbol atau lambang milik mereka ditambah topeng yang selalu memiliki pola bulatan tepat ditengah dahi

Tapi bagaimana caranya Lachlan membagi informasi ini kepada teman temannya ataupun kepada pihak kepolisian, bagaimana caranya menjelaskan kalau ia sudah melihat tubuh orang bertopeng itu dan mengetahui kalau itu adalah robot.

"Tapi, saat di swalayan" ucap Gonzales dengan ekspresi penuh tanda tanya "bagaimana caramu melarikan diri dari mereka" tambahnya penasaran.

"Kenapa kau memikirkannya" jawab Lachlan dengan datarnya, "kau bahkan tidak memikirkan keselamatanku saat mereka mengepung swalayan" sambungnya.

"Yahh maafkan aku, bukannya sudah kujelaskan padamu" Gonzales sedikit tertegun, "ehmm, tapi kalau dipikir pikir, kau menyaksikan dua dari tiga aksi mereka, apa kau tidak memperhatikan mereka, entah percakapan yang kau dengar saat bersembunyi di swalayan, atau sesuatu yang aneh pada pengantin bunuh diri itu?" Gonzales semakin penasaran dan kembali bertanya.

"kurasa tidak, aku juga lari setelah melihat mu melarikan diri jadi tak sempat mendengarkan atau memperhatikan apa pun dari mereka" jawab Lachlan sambil pura-pura mengingat sesuatu.

"Jadi begitu, yah mau bagaimanapun mereka sangat berbahaya dan sangat terampil dalam beraksi, bahkan detektif sekelas ayah Ivana saja bisa kesulitan mencari barang bukti atau bahkan sekedar petunjuk" Gonzales menambahkan.

"Ayah Ivana? Ah benar, ayah Ivana Adalah seorang detektif, apa aku berikan informasi ini padanya saja" gumam Lachlan sambil mengerutkan dahinya.

"Hei kenapa, apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Gonzales yang tidak mendengar jelas apa yang Lachlan katakan.

"Tidak, aku juga heran kenapa polisi begitu sulit mengungkap kasus ini" Lachlan beralasan.