Chereads / The Liberators / Chapter 10 - Mimpi

Chapter 10 - Mimpi

"Kira kira apa tujuan mereka meneror kota kita?" sambung gonzales bertanya "lagipula yang kutahu mereka hanya mengambil sebagian kecil dari perhiasan yang ada di toko itu" tambahnya.

"Hei heii... sebagian kecil perhiasan yang mereka ambil itu nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan perhiasan yang mereka tinggalkan, dari sana kita bisa tahu kalau mereka memang terampil dan mengerti tentang perhiasan" jelas Lachlan kepada Gonzales "dan apapun tujuan mereka pasti itu sangat berbahaya" tegasnya.

"Wahh mereka benar benar keren, pasti polisi kesulitan menyelidiki kasus ini" sahut Gonzales "tapi jika polisi tidak segera menangkap mereka, mereka akan semakin sering membuat kekacauan".

"Maka kita harus membantu mereka agar bisa menangkap para perampok itu" sanggah Lachlan sambil berjalan menuju komputernya.

Gonzales tertawa saat mendengar Lachlan mengatakan kata kata yang baru saja diucapkannya dengan ekspresi yang sangat serius "kau ini kenapa" ujarnya sambil menahan tawa, "bagaimana bisa kita membantu para polisi? Menawarkan diri untuk membantu penyelidikan?" sambungnya.

"Berhenti mencelaku" jawab Lachlan bercanda, tidak lama ibu Gonzales datang untuk menjemputnya.

"Hei, sudah selarut ini kenapa kau belum pulang, Gonzales! Ayo pulang" kata ibu Gonzales, "iya bu, sebentar!" sahut gonzales "baiklah Lacha aku pulang dulu" tambahnya kepada Lachlan.

* * *

Lachlan mungkin satu satunya yang memiliki petunjuk tentang komplotan perampok itu, namun ia tidak tahu bagaimana caranya meyakinkan polisi tentang informasi yang dimilikinya.

Terlihat Lachlan yang sedang sibuk dengan monitor dan keyboard dihadapannya, ia sedang sibuk mencari tahu tentang ukiran dan tubuh si pria bertopeng yang dilihat nya.

"Perusahaan yang menciptakan robot yang sangat mirip fisiknya dengan manusia" ketiknya di komputer miliknya.

Disana ia menemukan beberapa perusahaan yang mampu menciptakan robot dengan gestur yang sudah menyerupai manusia, tapi semua lambang, simbol maupun logo perusahaan tidak ada yang sama dengan apa yang dilihatnya.

"Beberapa Perusahaan ini mungkin memiliki potensi membuat pasukan seperti para perampok dari robot robot yang mereka ciptakan, tapi tidak ada yang memiliki logo yang serupa dengan ukiran di punggung pengantin bom bunuh diri kemarin" pikirnya sambil menatap layar monitornya.

Lachlan berencana memberitahu pihak kepolisian tentang informasi yang dimilikinya, tapi tanpa bukti mana mungkin mereka percaya dengan apa yang disampaikan oleh Lachlan.

Setelah berpikir panjang didepan komputer sampai membuat matanya memerah, akhirnya ia mendapatkan sebuah solusi untuk memberi informasi kepada kepolisian, tidak! Lebih tepatnya hanya kepada ayahnya Ivana.

Setelah lelah memikirkan cara agar polisi bisa mengungkap dan menangkap para perampok itu, Lachlan tertidur di meja komputernya.

Dan dalam tidurnya ia kembali bermimpi bertemu pria berjanggut yang pernah menemuinya saat ia masih berada dirumah sakit.

"Hei nak!" kata pria itu dengan suara seraknya, "apa kau meragukan pertemuan pertama kita kemarin?" tambahnya sambil menoleh kearah Lachlan.

Lachlan yang kebingungan dan sedikit rasa takut dengan apa yang dialaminya hanya bisa terdiam dan menatap orang itu dengan nafas yang mulai turun naik.

"Tidak perlu takut, aku tidak menyakitimu" tambah pria itu dengan nada bicaranya yang pelan, "aku hanya datang untuk memperingatimu kalau waktunya akan segera tiba" sambungnya tenang.

"Waktunya segera tiba?" gumam Lachlan pelan, "waktu untuk apa, apa yang kau maksud pak?" sahutnya mempertanyakan kalimat yang sama sekali tidak ia mengerti.

Namun pria itu hanya tertawa dan menatap Lachlan sembari berkata "kau akan segera tahu" lalu ia memalingkan wajahnya dari hadapan Lachlan dan menyambungkan kalimatnya "jalani saja dulu tugasmu, lalu kemudian kau akan segera mengetahuinua" jelas si pria tua itu sambil berjakan menjauhi Lachlan.

"Hei pak! Tunggu!!" teriak Lachlan kepada pria berjanggut yang sedang berjalan menjauhinya itu, "tolong jelaskan maksudnya, aku benar benar tidak mengerti" tambahnya dengan wajah yang sangat memelas.

Namun pria itu tiba tiba berubah menjadi cahaya yang menyilaukan mata Lachlan dan menyebabkan ia tersentak dari tidur yang membawanya ke mimpi aneh tadi.

Terlihat cahaya matahari yang juga mulai menembus jendela rumahnya dan menerangi meja komputer dan tentu menyilaukan wajah Lachlan yang masih setengah sadar itu.

"Mimpi itu lagi" gumamnya sambil menggosok gosok matanya, lalu ia tersadar sesuatu saat melihat cahaya matahari itu "oh tidak, sudah jam berapa sekarang, aku bisa terlambat lagi" ujarnya saat sadar hari sudah siang.

Ia langsung buru buru menyiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah, namun ia kesulitan mencari dasi nya "dimana kamu disaat seperti ini" gumamnya sambil membongkar lemari dan mondar mandir mencari dasi tersebut.

Saat keluar kamar dan berniat mencari dasi diluar kamar, ia melihat ibunya yang sedang membersihkan rumah tapi ia sedikit terkejut karena dijam segini seharusnya ibunya sudah berangkat kerja.

"Morning bu! Apa kau cuti hari ini?" tanya Lachlan kepada ibunya sambil mondar mandir mencari dasinya yang entah berada dimana.

"Heii morning! ya memang aku tidak masuk hari ini" dengan ekspresi wajah yang heran ibubnya menjawab, "lalu apa yang kau lakukan, kenapa kau terlihat begitu sibuk dengan seragam sekolahmu?" sang ibu mempertanyakan.

"Ahh ya, apa kau melihat dasiku, aku tidak bisa pergi kesekolah tanpa memakai dasi" jawab Lachlan.

"Hah! Kau ingin pergi ke sekolah di hari libur? Untuk apa?" sanggah ibu dengan dahi yang sudah mengkerut, "apa ada keperluan mendesak atau bagajmana?" tambahnya bertanya heran.

"Apa? Hari libur?" Lachlan terkejut saat mengetahui kalau ternyata hari ini adalah hari libur "ya ampun aku benar benar tidak ingat kalau hari ini adalah hari libur" tambahnya sambil menahan tawa dan menggaruk garuk kepalanya.

"Tapi jika kau berniat pergi kesekolah hari ini aku bisa mengaturnya" sang ibu mencoba menggoda anaknya yang terlihat sedang bersemangat untuk pergi ke sekolah.

"Ah tidak! Itu ide buruk, aku akan mengganti pakaianku" jawabnya dengan tawa sambil berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan ibunya.

'Bagaimana aku bisa sebodoh ini' gumamnya dalam hati sambil berjalan ke kamar "sebodoh itukah sampai tidak bisa membedakan hari libur lagi" tambahnya bergumam saat sedang mengganti pakaian.

"Lachlan cepatlah, aku ingin kau pergi ke pasar untuk membeli beberapa perlengkapan dapur" ujar ibu, "ok!! Aku sudah siap" jawab Lachlan yang sedang berjalan keluar dari kamarnya.

Setelah ibu memberinya uang untuk ke pasar, Lachlan Pun bergegas menuju pasar yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumahnya sehingga ia hanya perlu berjalan kaki untuk tiba disana.

diperjalanan menuju pasar ia seketika teringat dengan mimpi yang baru saja dialamimya saat tertidur di meja komputernya, "apa maksud mimpi ini" gumamnya heran.

"bagaimana bisa aku bertemu seseorang yang terlihat nyata di alam mimpi" ia terus bergumam sambil menggaruk garuk kepalanya.

"kenapa kau terlihat begitu gelisah" sahut suara dari belakang, "apa kau menuju pasar?" tambanya sambil menepuk bahu Lachlan.

"ah ternyata kamu Ivana, ya aku sedang menuju pasar, ibuku meminta agar aku membelikan sesuatu disana" ujar Lachlan kepada Ivana yang baru saja mengagetkannya