Chereads / The Liberators / Chapter 3 - Celaka

Chapter 3 - Celaka

Ia berlari sangat cepat, bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Bagaimana tidak. Anjing liar itu dengan ganasnya mengejar Lachlan yang sudah mendekati daerah kekuasaannya.

"Ayolah!! Kenapa kau begitu sulit di digunakan." Katanya sambil menambah kecepatan larinya. Waktu terus berjalan dan ia malah semakin jauh dengan sekolah.

"Jangan sampai aku terlambat lagi!! Ayolahhh!" gumamnya kesal. Semua orang terheran heran melihatnya dikejar anjing itu. Sementara sang anjing sepertinya sangat fokus pada target yang mengganggu tempatnya.

Anjing itu semakin dekat dengannya. Lachlan yang hampir kehabisan tenaga karena sudah berlari cukup jauh. Ditambah rasa lapar yang menyerang lambungnya. "Berhentilah, kumohon berhenti" teriaknya mulai panik.

Lajunya larinya mulai pelan seperti kendaraan yang kehabisan bahan bakar. Seakan pasrah menyerahkan diri pada anjing itu. Anjing itu pun mulai menggonggong dan sudah sangat siap untuk menerkamnya.

Tapi ternyata anjing itu tiba-tiba berhenti mengejarnya. Ia benar-benar terkejut melihat perubahan sikap anjing itu. Sikap anjing yang tadinya sangat buas itu berubah menjadi seperti kucing yang ingin dimanja.

Ternyata pemilik anjing itu berada di sana. Tepat dibelakangnya, sambil berjalan membawa barang belanjaan yang cukup untuk memenuhi kedua tangannya.

"Heii!! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pemilik itu dengan heran kepada anjingnya. "Apa dia mengejarmu" tambahnya sambil menoleh kearah Lachlan. "Yaaa begitulah. Aku benar-benar hampir tertangkap olehnya"

"Ahh jadi begitu, tenanglah sekarang kau aman" pemilik anjing itu tertawa ringan. "Zizi!! Ayo pulang"

"Zizi? Namanya terlalu imut untuk anjing seganas itu" gumamnya sambil kembali berjalan menuju sekolah. "Aku harus cepat. Tak ada waktu untuk datang tepat waktu.

* * *

"Apa lagi alasanmu?" tanya kepala sekolah dengan nada sedikit tinggi.

Lachlan hanya bisa terdiam dan tidak berani menjawab. Pasalnya ini bukan pertama kalinya ia terlambat.

"Bapak sudah peringatkan untuk tidak terlambat lagi, bukan?" ujar sang kepala sekolah sambil menarik napas dalam. "Tapi pak saya dikejar-kejar anjing gila di depan sana tadi, saya hampir saja tergangkap" Lachlan memberanikan diri menjawab.

"Anjing? Dikejar-kejar anjing??" ujar sang kepala sekolah heran. "Sangat tidak kreatif. ini yang ke 4 kalinya kau menggunakan alasan itu" tatapnya tajam. Ia pun mengajak Lachlan pergi keruangannya.

"Setelah selesai membersihkan ruanganku, kau boleh bergabung kedalam kelas" tegas kepala sekolah.

Setelah kepala sekolah meninggalkannya di ruangan itu, ia pun mulai menjalankan hukuman yang diberikan padanya.

"Aku belum memakan apapun sejak tadi. Berlari dan berlari dalam keadaan lapar. Dan sekarang malah mendapat hukuman membersihkan ruangan ini" ujarnya sambil menghela napas.

"Aku bisa mati kelaparan di sini" ia meninggalkan ruangan itu dan bergegas menuju kantin untuk membeli beberapa makanan ringan.

* * *

Setelah rehat beberapa saat sambil menghabiskan makanan ringannya, seorang teman sekelasnya melewati kantin.

Mahrez anak paling cerdas di sekolahnya, bahkan ia sudah menyumbang banyak medali olimpiade untuk sekolah. Sifat dingin dan jarang tersenyum adalah ciri khasnya. Ciri-ciri yang sangat ideal untuk menjadi idola di sekolah.

"Oii!! Bukankah kelas sedang berlangung" sapa Lachlan sedikit berteriak. "Yaa. Memang" sahutnya santai sambil berjalan melewati kantin. "Ha?? Memang?" bisik Lachlan heran.

"Oii apanya yang 'memang' !!" teriaknya. "Maksudku kenapa kau meninggalkan kelas saat sedang berlangsung?" tambahnya kesal. "Bukan urusanmu !!!" Mahrez menghentikan langkahnya dengan tenang sambil menatap tajam Lachlan.

"Arghh dia selalu begitu" gumamnya sambil menyuapkan makanan ringannya. " Bukan urusanmu, bukan urusanmu. Seperti punya urusan penting saja" keluhnya sambil mengerutkan dahi.

""Ya memang bukan urusanmu" sahut seseorang dari belakang. "Karena urusanmu ada di ruanganku !!" tegasnya sambil mendekati Lachlan.

"Ehh iya pak, sebentar lagi akan saya selesaikan" jawab Lachlan saat menyadari suara itu ternyata adalah suara kepala sekolah.

* * *

Sementara itu, dikelas. Mereka penasaran kenapa Lachlan belum juga tiba. Semua dari mereka menyaksikan saat kepala sekolah memperingati Lachlan soal kebiasaan bolosnya.

"Apa kau melihat Lachlan" ujar seorang kepada Mahrez yang baru saja kembali kedalam kelas. Tapi Mahrez seakan tak mendengar apapun dan terus berjalan menuju tempat duduknya.

"Kurasa dia sudah di deportasi" sahut seseorang sambil tertawa.

"Dia benar-benar mengabaikan peringatan itu"

"Bahkan saat kepala sekolah langsung yang mengatakan kepanya

"Sepertinya dia sudah kehilangan minat belajar"

Temannya saling sahut-sahutan.

"Tidak mungkin" kata seorang teman yang bertanya pada Mahrez barusan. "Pasti ada alasan kenapa dia belum juga tiba" ia sangat khawatir.

Ivana namanya, gadis berkacamata berparas cantik yang selalu memiliki sudut pandang berbeda terhadap Lachlan. karena ia sering memperhatikan Lachlan saat diluar sekolah. Dan itu membuatnya lebih mengenal Lachlan daripada teman sekelasnya.

"kau terlalu mengkhawatirkannya" ujar salah satu dari mereka. "Bukan begitu, tapi aku penasaran apa yang sedang ia lakukan dijam segini" jawab Ivana.

* * *

"Sepertinya ini yang terakhir" gumam Lachlan sambil membersihkan bingkai riasan dinding ruangan kepala sekolah. "apa-apaan ini. Ini lebih melelahkan daripada melarikan diri dari anjing gila itu"

"apa kau sudah selesai?" tiba-tiba kepala sekolah masuk kedalam ruangan. "Yaah. ini yang terakhir" sahutnya, "dan tolong jangan menambahnya lagi, ku mohon!!"

"kau terlihat menyedihkan"jawab kepala sekolah sambil tertawa,

"setelah ini kau boleh masuk. dan ingat jangan terlambat lagi jika kau tak ingin aku mengundang ibumu ke sini" tegasnya. "baiklah" jawab Lachlan.

"Akhirnya selesai" ia menghela napas panjang. saat berjalan menuju kelas tiba-tiba saja ia kembali teringat kejadian perampokan itu. saat ia melihat seseorang yang tidak terpengaruh saat kekuatannya aktif.

"siapa dia. Apa aku bisa bertemu dengannya lagi?!" sambil berjalan mendekati kelas.

"hmmmm, ini benar-benar sangat aneh" gumamnya saat tanpa sadar sudah di dalam kelas.

"Apa yang aneh Lachlan?" sahut Ivana. "ahhh tidak, tidak ada" jawabnya singkat. setelah memperhatikan sesaat ia tersadar

"kenapa kelas sangat sepi"

"mereka pada pergi keluar karena guru sedang ada rapat" Sahut temannya yang lain sambil berjalan meninggalkan kelas juga.

"sudahlah. setidaknya aku masih di izinkan masuk kelas" ucap Lachlan.

"mendengar kau mengatakan itu, seperti bukan dirimu saja" gumam Ivana.

"Apa maksudmu, berhenti mencelaku Ivana" sahut Lachlan.

"Biasanya kau lah yang paling bahagia saat guru pergi meninggalkan kelas untuk rapat, dan kau meninggalkaan kelas tanpa pikir panjang" Ivana tertawa.

"ha iya. aku akan melakukannya lagi lain waktu" mereka bercanda. di sisi lain Mahrez hanya sibuk dengan buku dan ponselnya.

Ia tampak sedang mempajari sesuatu, mulut dan tangannya seperti sedang bsrinteraksi satu sama lain. sedangkan matanya melirik tajam ke arah papan tulis cukup menandakan kalau ia sedang mempelajari pelajaran yang ditinggalkan oleh guru sebelum pergi tadi.

"dapat"

"jadi begitu"

"rumusnya sudah"

"jalannya... menggunakan metode ini"

"tidak tidak!! apa aku terbalik"

"sebaiknya selesaikan dengan cara yang ini"

"mungkin seperti ini"

Mahrez berbicara sendiri saat pulpen di tangan kirinya sibuk mencoret-coret lembaran putih di mejanya.