Aku hampir melupakan tentang kenyataan yang sebenarnya saat Ayah Anaya belum meninggal. Kenyataan bahwa Anaya bukanlah anak kandung Ayah dan Ibunya yang selama ini merawatnya. Apa respon Anaya kelak jika ia tahu semuanya. Aku sangat merasa sedih mengingat itu semua. Betapa malangnya hidup kekasihku ini. Tapi siapapun dia. Aku berusaha menguatkan dan menerima apa ada nya Anaya.
" Mau jalan-jalan gak?" tanyaku pada Anaya. Saat ini kami sedang duduk di taman belakang rumah Anaya. Melihat Bi Wati yang sedang membersihkan taman dan sesekali mencabuti rumput yang sudah lama tak terawat itu.
Anaya menoleh kearahku.
" Kemana?" tanyanya lirih. Aku tersenyum sambil berpikir.
" Hunting makanan yuk. Ini udah lewat maghrib. Biasanya jam segini di alun-alun ramai orang. Jalan kesana yuk?" ajakku antusias. Tapi aku lihat Anaya masih malas dan tidak bersemangat.