Hari sudah menunjukan pukul enam lebih empat puluh lima menit, Ardhan segera melajukan roda duanya menuju Sekolah. Kalau terlambat bisa gawat ini.
"Bismillah ya Allah. Jangan telat jangan telat," gumam Ardhan sendiri. Dengan sedikit menaikan kecepatan roda dua nya Ardhan segera bergegas ke Sekolah.
Dia tahu sekolah nya mempunyai peraturan yang ketat. Sedetik saja terlambat, maka satpam sekolah tak akan menghiraukan apapun alasan murid yang terlambat. Itu benar adanya. Tapi kalau saja mereka tahu bahwa setiap murid punya alasan terlambat, mungkin sedikit saja untuk kasihan agar di bolehkan masuk kelas.
Seperti hal nya jika seorang murid sudah bangun pagi dan sudah berangkat pagi demi tidak terlambat, tapi siapa tahu kalo di tengah jalan ban sepeda bocor, macet dan lain sebagainya. Lalu siapa mau disalahkan.
Beberapa murid yang kurang suka untuk sekolah pasti bilang 'Ah sudahlah. Berarti saya tidak ditakdirkan sekolah hari ini'. Konyol sekali bukan. Hal-hal begini saja sudah dihubungkan takdir. Lain hal nya dengan anak yang semangat sekolah, atau katakanlah seorang murid pintar dan bersungguh-sungguh untuk bersekolah, tapi dia terlambat karena suatu hal. Mereka pasti akan menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan keaadaan, ekonomi, waktu dan lain sebagainya. Merasa tak adil, seolah dunia tak berpihak padanya. Ah berlebihan sekali.
Setibanya di sekolah Ardhan melihat Satpam bersiap untuk menutup gerbang sekolah. Ardhan panik, seketika ia menarik gas nya lebih erat dan mempercepat laju motornya, untuk segera menerobos gerbang yang segera menutup itu.
" Brrmmmmm....teng teng teng teng." Dengan sigap Ardhan menerobos masuk dengan membungkukkan badan agar tak menyenggol pintu gerbang yang segera tutup. Meskipun pada akhirnya body roda dua nya sudah bergesekan dengan daun pintu gerbang.
"Selamat pagi Pak Joko??!!" teriak Ardhan dengan tawa sumringahnya pada satpam penjaga sekolah. Pak Joko hanya geleng-geleng kepala melihat Ardhan menerobos.
"Alhamdulillah ... Akhirnya gak terlambat aku," Ardhan menghela nafas panjang. Seolah pagi ini adalah perjuangannya menuju sekolah. Dengan senyum bangga Ardhan segera melepas helmnya dan segera berlari menuju kelas.
Sesampainya di depan kelas Ardhan berhenti dan mulai mengatur nafas. Setelah dirasa tenang Ardhan mulai melangkahkan kaki masuk kelas. Baru saja selangkah kaki kanannya maju, tiba-tiba dari samping seseorang menubruk dan merangkulnya. "Astaghfirulloh!!!" seru Ardhan karena kaget dengan hal itu secara tiba-tiba. Saat menoleh dia melihat Doni nyengir seperti tak punya dosa.
"Hehe pagi, Dhan. Kamu mau masuk kelas aja pake atur nafas dulu. Kenapa?? Lagi caper sama someone yah?? Ngaku loo??" tuduh Doni tiba-tiba.
"Ckk.... Apaan si lo! Kalo ngomong di atur deh, udah ngagetin gue, gak minta maaf lagi. Eh malah nuduh gue yang enggak2. Belum sarapan lo?!" sahut Ardhan seraya melepaskan rangkulan Doni di pundaknya.
"Iiihh sensi amat Pak Ketua pagi-pagi? What happend to you?" Goda Doni lagi.
"Ahh.. berisik lo. Gak usah ganggu lah." Ardhan segera masuk ke dalam kelas.
Setelah mendudukan pantatnya di kursi, Ardhan menghela nafas karena Doni masih usil dengan nya. Ardhan menjatuhkan kepalanya di atas meja. Sengaja agar tak menghiraukan keusilan temannya. Baru saja rehat sejenak, tiba-tiba seorang guru masuk dan menyapa semua muridnya.
"Good Morning student?" sapa Guru cantik bahasa inggris.
"Good Morning Mrs. Elina," serempak murid-murid menjawab salam Mrs.Elina. Ardhan terkejut dan segera mengangkat kepala nya menghadap ke depan kelas.
"How are you today, guys?!" sapa Mrs. Elina. "Fine Mrs."
" Good!" seru sebagian anak.
"Baik Bu," jawab semua anak-anak dengan jawaban yang tidak serempak. Sesekali terdengar anak-anak tertawa karena jawaban mereka yang berbeda.
"What are you doing, student?" tanya Mrs.Elina. Semua anak-anak terdiam sambil menahan tawa. Mrs.Elina hanya mendengus dan memutar bola matanya agak malas. Kelas ini sungguh anak-anak yang super membuat sabar.
"Okay. Lets start our study today," ucap Mrs.Elina lalu dia melirik Ardhan.
" Ardhan. Can you help me?" tanya Mrs.Elina . Membuat Ardhan setengah terkejut dimintai tolong.
"What can i do for you, Mrs?" tanya Ardhan kemudian. Mrs.Elina tersenyum sangat manis. Membuat Ardhan ngeri melihatnya. "Kok perasaan ku jadi gak enak yah?" batin Ardhan sendiri. Temannya, Doni hanya menyikut sambil menaik turunkan alisnya.
"Cie cie..," goda Doni. Ardhan mendengus kesal menarik napas panjang dan menghembuskan dengan kasar.
" Ardhan, can you help me to replace our study now?" tanya Mrs.Elina. Pikiran Ardhan belum sinkron dengan perkataan Mrs.Elina, sehingga tak paham apa yang baru saja dikatakannya barusan.
"Sorry Mrs. Maksudnya?" tanya Ardhan berlagak begok. Suara riuh anak-anak sekelas menertawakan Ardhan. Bisa-bisanya Ardhan yang terkenal pintar di kelas ini tidak mengerti maksud dari Mrs. Elina. Guru cantik itu hanya mendengus.
"Elah lo bro. Dimintai tolong Mrs.Elina aja lo salting. Ya ampun," sindir Doni.
"Hahahahaha," semua anak tertawa.
"Dhan, Mrs. Elina itu minta tolong lu buat anterin dia pulang entar," bisik Zaki di belakang bangkunya. Ardhan menepis tangan Zaki yang hendak merangkul. Mrs. Elina segera mengalihkan perhatian anak-anak.
"Can you silent ,Please?" pinta Mrs.Elina dengan suara agak tinggi. Setelah mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas. Mrs.Elina kembali menatap Ardhan.
"Ardhan, bisakah kamu membantu menggantikan ibu pelajaran hari ini? Because, I have a meeting. Saya ada rapat? Bisa?" ucap Mrs.Elina.
" Okay!" jawab Ardhan singkat. Ia tak ingin membuat kelas semakin gaduh.
"Oke anak-anak. Hari ini Ibu ada meeting, jadi pembelajaran bisa dipimpin sama Ardhan. Nanti akan ada tugas, segera kerjakan dan nanti dikumpulkan sama Ardhan. Teman-teman yang lain nanti membantu Ardhan. Can you doing it?" tanya Mrs. Elina pada semua muridnya.
"Yes. Mrs. Elina," jawab semua anak-anak serempak.
" Okay. Be a good Student. Dont Be Noisy! Keep calm, oke?" ucap Mrs.Elina dengan menatap semua muridnya.
"Oke Mrs Elina," jawab semua anak-anak. Lalu setelah itu Mrs.Elina segera meninggalkan ruang kelas mereka.
Ardhan segera maju kedepan kelas. Dan Segera menuliskan tugas yang tadi sempat diberikan Mrs.Elina sebelum meninggalkan kelas. Lalu Ardhan menuliskannya di papan tulis.
Kelas Ardhan kembali riuh setelah membaca tugas yang telah di tulis Ardhan.
Ardhan hanya menggeleng kepala, terkadang ia berpikir kenapa dirinya masuk dalam sekelompok anak yang riuh dan membuat gaduh. Apalagi selalu membuat sorotan para guru.
Masih mending kalau terkenal kelas yang pintar dan patuh. Nyatanya kelas ini adalah kelas super yang sering membuat gaduh dan sering membuat darah tinggi saat para guru memasukinya.
Tapi meski begitu mereka adalah anak-anak yang cukup pintar, jika saja mereka mau bersungguh-sungguh saat belajar. Seringkali Ardhan menyayangkan hal tersebut.