Bara pun tertawa. Tawa yang menghina.
"Sok berlaga jadi istri solehah lo, ah." Bara terus saja menyindir Asih.
Asih hanya menyunggingkan bibirnya sebelah. Itu adalah bentuk reaksi tidak sukanya pada Bara yang super nyebelin.
Kayaknya, Bara adalah lelaki yang sangat menyebalkan yang pernah Asih temui.
Asih pun kembali sibuk dengan handphone-nya.
Kembali digerakkan jari-jemarinya untuk membalas pesan Miftah.
"Jangan telepon ke nomor aku! Kan aku udah bilang, kalau Bara jangan sampai tahu kamu punya nomor aku. Please! Maaf ya, Mif. Si Bara juga kayaknya lagi gak waras. Eh, emang tiap hari dia suka gak waras sih. Hehe. Kamu gak bisa menelepon ke dia. Dia matiin handphone-nya. Maklum, emang anaknya suka emosian gak jelas gituh," kata Asih di chat.
Berselang satu detik, Miftah sudah tampak mengetik. Terlihat dari layar handphone Asih.
Dan pesan dari Miftah pun sudah sampai.
"Oh iya, lupa. Oh gituh ya. Ya udah. Hati-hati di jalannya ya, Asih," ucap Miftah dalam pesannya.
Asih tersenyum dan membalas pesan dari Miftah dengan kata 'ya' saja. Tak lupa, Asih menambahkan emoticon senyuman manis agar balasannya tidak terkesan jutek.
Bara masih terus mencuri-curi celah agar dia bisa melihat layar handphone Asih. Tapi tetap tidak bisa.
Asih cukup ahli menutupinya dengan mengenyampingkan badan agar Bara tidak bisa mengintip pesan di layar handphone Asih.
Sepanjang perjalanan, mereka terdiam.
Hanya sesekali terdengar dehaman dari keduanya.
Setiba di sekolah, Bara disambut oleh Miftah yang menunggunya di gerbang.
"Si Keparat! Mau apa sih dia?" Bara menggerutu kesal.
Melihat kedatangan mobil Bara, Miftah langsung menghampiri.
Bara tadinya ingin menabrak Miftah kalau bisa. Tapi sayang, otak Bara masih dalam keadaan sadar. Bara tidak mungkin berlaku seperti ini.
Ini di sekolah.
Kalau di luar sekolah, mungkin bisa saja, pikir Bara.
Setelah mobil Bara berhenti. Miftah mengetuk kaca mobil Bara.
"Gue mau bicara sama lo bentar," kata Miftah.
Bara pun membuka kaca mobilnya. Menatap Miftah judes. Tampak malas menanggapi . Asih juga bisa tahu soal itu.
"Mau apa sih lo, hem? Kangen sama gue? Padahal gue baru sehari loh gak sekolah. Hahaha. Emang ya, orang kayak gue emang ngangenin." Bara pede sekali.
Asih pun jadinya tertawa dalam hati. 'Hahaha. Sumpah! Si Bara sombong banget.'
Asih juga belum kunjung turun dari mobil Bara. Rasanya, tidak enak jika langsung pergi begitu saja.
Asih juga takut Bara dan Miftah berkonflik sepagi ini.
Jadinya, Asih harus tetap duduk manis di samping Bara.
Namun, candaan Bara barusan sama sekali tidak mengecohkan Miftah. Miftah serius.
Tampang Miftah tidak bercanda seperti Bara.
"Gue perlu bicara sama lo. Berdua. Ini penting," kata Miftah lagi menjelaskan maksudnya apa.
"Duh, lo jadi abnormal ya? Lo suka sama gue?" Bara malah memberi guyonan dengan menyindir Miftah sudah bukan lelaki normal karena ingin mengobrol berdua saja dengan Bara.
"Gue serius, Bar. Ini tentang kesehatan Karin." Miftah tidak ingin bertele-tele.
Miftah yakin, Bara masih sangat peduli dengan Karin. Dan dengan mengatakan yang sebenarnya soal Karin yang akan menjadi bahan pokok pembiraan Miftah nanti. Miftah tahu kalau Bara pasti akan mau mengobrol berdua saja dengannya.
Barah terdiam sejenak. Berusaha berkompromi dengan dirinya sendiri.
Beberapa murid yang berlalu lalang, memerhatikan Miftah dan Bara yang mengobrol sekarang.
Bara yang masih duduk di dalam mobil, di jok kemudi. Sedangkan Miftah yang berdiri di luar mobil Bara dan menghadap pada Bara yang membukakan kaca mobilnya untuk dapat mengobrol dengan Miftah.
Mereka merasa aneh saja, sebab seluruh murid di sekolah ini tahu kalau Bara dan Miftah adalah rival sejati yang dulu pernah saling bersahabat. Sangat dekat.
Bara kemudian menatap Asih.
Bara memberikan tatapan kode pada Asih agar Asih turun.
Bara tidak mau memperlihatkan sikap kasarnya pada Asih di depan Miftah.
Dan karena Asih tidak peka dengan kode yang Bara berikan. Terpaksa Bara bersikap manis pada Asih hanya untuk membuat Miftah percaya kalau Asih dan Bara adalah sepupu yang sangat dekat.
Tidak pernah ada konflik di antara mereka.
"Asih, gue mau bicara dulu sama orang ini." Bara menunjuk Miftah dengan kepalanya sendiri yang bergerak ke arah Miftah. "Kamu masuk aja sana!" ucap Bara pada Asih.
Bara berusaha berucap senormal mungkin. Agar terkesan sebagai sepupu yang baik.
Asih pun akhirnya paham kalau Bara mengusirnya dengan halus.
Dan Asih memanfaatkan moment ini sebaik mungkin dengan berucap lembut pada Bara. Asih tahu Bara akan jijik mendengarnya. Tapi Asih suka melihat wajah Bara yang kalau jengkel, terlihat menggemaskan.
Bukan suka karena ada perasaan suka. Tapi Asih merasa puas saja karena sudah membuat Bara jengkel olehnya.
Tampak lucu di mata Asih.
"Oh gituh," ucap Asih, "ya udah, aku masuk ya. Tapi ingat, jangan berantem! Awas!" Asih memberikan peringatan dengan jari telunjuk kanannya yang dia angkat tepat di depan wajah Bara.
Dan memang, wajah Bara langsung berubah kesal. Namun, terlihat dia berusaha mengontrolnya agar Miftah tidak curiga.
Bara mengangguk manis.
Tapi dalam hati, Bara mengumpat. Asih pun tahu itu. Walaupun Asih tidak tahu kata-kata apa yang terlontar di dalam hati Bara.
'Sialan! Sok manis banget lo, Asih! Lo kayaknya memang suka ya ke si Miftah?' ucap Bara dalam hati.
Miftah malah tersenyum melihat Asih yang bersikap manis ini. Miftah jadinya semakin suka.
Aura natural dalam diri Asih, ditambah dengan sikap Asih yang manis. Terasa perpaduan yang sangat amat cocok sekali, pikir Miftah.
"Iya, Asih. Tenang aja!" kata Miftah ramah.
Asih tersenyum. Miftah memang lelaki baik, pikir Asih.
Bara yang masih melihat pada Asih pun langsung mengalihkan pandangannya pada Miftah dengan tatapan judes.
"Jangan cari perhatian lo! Apalagi ke sepupu gue! Alay bener," ledek Bara tidak suka dengan cara pendekatan Miftah pada Asih.
Bara muak melihatnya. Senyuman Miftah itu bisa meluluhlantakan hati seorang perempuan. Bara sangat iri sekali.
Bara juga sangat muak karena memang Miftah adalah saingannya. Entah dulu, ataupun sekarang.
Perihal menggaet cewek, Miftah jagonya.
Tapi, Miftah memang bersikap natural layaknya manusia yang baik hati. Background lelaki idaman para kaum hawa banget.
Tidak ada embel-embel gombalan yang suka dipamerkan oleh para lelaki buaya.
Dan justru itulah keunggulannya.
Asih dan Miftah malah beradu senyum. Hanya Bara yang ketus seorang diri.
Asih kemudian membuka pintu mobil. Dan sialnya, Asih tidak bisa.
Bara pun kesal karena itu menunjukkan betapa bodohnya Asih.
Bara pun membantunya.
Bara membukakan pintu mobil dekat Asih duduk. Dan itu membuat tubuh Bara dan juga Asih saling berdekatan. Keduanya pun jadi beradu pandang untuk beberapa detik, tak sengaja.
Dan setelah sama-sama sadar kalau tatapan itu terlarang. Asih dan Bara pun kemudian saling mengalihkan pandangan mereka ke sembarang arah.
Sama-sama jadi salah tingkah karena canggung.