Karina mendengus sebal. Lebih parah siapa coba? Dirinya atau sahabatnya itu yang dengan gamblang melakukan hal 'itu' di ruangan terbuka. Seperti dapurnya.
Indry kembali berceloteh tidak membiarkan Karina untuk berbicara. "Katakan padaku. Gimana rasanya? Pasti tidak sakit kan? Secara itu bukan yang pertama untukmu," ujar Indry yang tidak sadar sudah keceplosan.
"Apa maksudmu? Bukan yang pertama untukku?"
"Mampus. Aku pakai keceplosan segala lagi. Bagaimana ini?" batin Indry merutuki kebodohannya. Terutama bibirnya yang sudah begitu lancang keceplosan seperti itu.
Indry meremas-remas tangannya melihat tatapan mengintimidasi dari sang sahabat. Suasana hening dan tegang menyelimuti dirinya. Habislah sudah dirinya.
Di tengah kekalutan Indry yang bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu.
"Karina tolong bukanya," kata seorang pria dari luar. Karina sangat tahu jika itu suara suaminya.