Chereads / Suami Butaku / Chapter 16 - Tertidur Setelah Kegiatan Panas Kami

Chapter 16 - Tertidur Setelah Kegiatan Panas Kami

Malam hari yang dingin. Ken sudah berada di rumah dimana katanya istrinya itu berada. Ken yang benar-benar cemas sampai rela jauh-jauh datang kemari. Tentunya dirinya tidak datang sendiri. Melainkan bersama Louis.

Rasa cemas ternyata mampu menghilangkan rasa amarah dan kesal yang tadi hinggap. Ken juga tidak tahu kenapa hal ini bisa terjadi. Jujur, ini adalah kali pertama.

"Tuan, apakah Anda ingin turun?" tanyanya sopan.

Ken mengganguk kecil. Louis pun dengan sigap membukakan pintu mobil dan menuntun Ken untuk berjalan. Dirinya sangat takut, jika tuannya itu sampai terluka karena tersandung akan sesuatu atau kakinya sendiri.

Karina yang saat ini tengah berkeliling-keling komplek hanya untuk mencari udara segar begitu terkejut melihat dua orang pria yang sudah hampir berada di depan pintu. Tentu saja, Karina panik bukan main.

"Astaga! Aku lupa mengabarinya!" kata Karina kalut. Ia merutuki kecerobahannya yang hanya mengabari sang Mama mertua saja. Bahkan, ia tidak mempedulikan ponselnya yang kehabisan daya.

"Tuan," cicitnya pelan sehingga Ken dan Louis tidak akan bisa mendengarnya.

Karina berlari terbirit-birit menghampiri sang suami. Namun, terlambat. Pintu sudah dibuka dengan sempurna.

"Ah, kalian mau apa?!" tanya Adam sinis. Ya, dialah yang membukan pintu karena sang Ibu yang masih terlelap sedari tadi. Mungkin, Ibunya seperti itu karena faktor umur dan perjalanan yang begitu jauh.

Louis memandang Adam sama sinisnya. Pria di depannya itu benar-benar tak tau kata sopan santun ternyata.

Ken tersenyum tipis. "Maaf mengganggu Anda malam-malam. Bisakah, saya bertemu dengan istri saya Karina," kata Ken begitu sopan.

Karina tak jauh berdiri dari sana. Hanya saja, ketiganya belum menyadarinya. Hal itu, dijadikan Karina untuk bersembunyi di balik tiang tiang yang begitu besar cukup untuk menyembunyikan tubuhnya.

Adam tersenyum meremehkan. "Cih! Dia sudah tertidur setelah kegiatan panas kami. Kamu itu seharusnya sadar diri. Suami buta sepertimu pasti tidak akan bisa membahagiakan Karina."

"KAMU!" Louis menunjuk Adam sengit.

"Louis," ingatkan Ken.

Sebenarnya, dia juga begitu marah mendengar pria itu meremehkan dirinya. Apalagi, pria itu berkata jika Karina tidur karena kelelahan akibat kegiatan panas mereka? Apa benar istrinya mau melakukan hal itu?

Ah tidak! Tidak mungkin. Istrinya adalah perempuan baik-baik. Baik rupa juga hati. Itulah yang Ken nilai tentang sosok Karina.

"Ah, benarkah itu Tuan?"

"Tentu saja. Permainanku sangat hebat. Dia saja sampai kewalahan. Sangat berbeda denganmu, yang apa-apa saja harus dibantu oleh orang lain," ejek Adam.

Karina yang mendengarnya dari kejauhan begitu berang. Ia tak menyangka jika Adam akan mengarang cerita bohong seperti itu. Dengan cepat, Karina menghampiri para pria tersebut.

"Jangan memfitnahku segitunya Adam! Dasar pria tidak malu!" ketus Karina.

Adam tentu sedikit shock melihatnya. Ia pikir, jika Karina sedang tidur bersama dengan Ibunya tadi. Ternyata ia salah besar.

Senyum mengembang di wajah tampan Ken. "Karina."

Karina yang merasa begitu bersalah langsung memeluk pria yang tengah mengenakan kemeja hijau toska tersebut. Warna kesukaannya. Di dunia ini, Karina begitu menyukai semua yang namanya hijau.

Menurutnya, hijau adalah warna yang begitu menyejukkan mata karena alam semesta ini saja warnanya hijau.

"Maaf ya. Saya lupa mengabari Anda." Mengusap-ngusap punggung Ken.

Adam yang melihatnya merasa kesal dan tak terima. Louis tersenyum senang dan melihat Adam dengan senyuman mengejek.

Cukup lama keduanya berpelukan. Karina pun yang tersadar langsung melerai pelukannya. Ia begitu malu sekali. Tadi, dia memeluk Ken refleks begitu saja. Dia saja tidak tahu kenapa sampai berani melakukan hal itu.

Bagaimana jika Ken marah dengannya coba? Dihadapan Adam pula. Tidak! Hal itu tidak boleh terjadi. Mantan kekasihnya itu tak boleh tahu jika pernikahannya ini adalah atas dasar paksaan.

Karina pun menoleh kepada Adam. Jelas, ia memasang wajah jutek kepada pria yang tengah tersenyum itu.

"Adam. Aku akan pulang dengan suamiku."

Adam sedikit terkejut mendengarnya.

"Tidak! Bagaimana jika Ibu menanyakanmu nanti. Bukankah kamu akan menginap di sini?"

"Tidak bisa. Suamiku sudah menjemputku jauh-jauh begini. Sebagai istri yang berbakti. Aku tidak ingin mengecewakannya."

Dengan berani Karina bersandar di dada Ken. Ken tentu saja terkejut bukan main.

"Tuan, maaf. Tapi bantulah saya kali ini," cicitnya sepelan mungkin namun, Ken masih bisa mendengarnya.

"Tidak Karina. Kamu harus menginap di sini," kata Adam bersikeras.

Ini adalah kesempatan emasnya untuk memiliki Karina seutuhnya. Adam bahkan sudah menyiapkan rencana untuk kekasihnya itu. Namun, jika Karina sampai tidak jadi menginap. Rencananya akan gagal total.

"Aku akan datang lagi ke sini besok pagi untuk berpamitan kepada Ibu."

Sebenarnya, Karina sedikit takut berduaan dengan Adam. Karena itu, sedari tadi dia terus berkeliling komplek selain mencari angin segar tentunya. Ia bahkan berniat berkeliling sampai pagi menjelang. Tentunya ia berkeliling karena banyak rumah warga.

Jika terjadi apa-apa dengannya dirinya, ia bisa berteriak. Ia pun tidak perlu khawatir karena memiliki keahlian bela diri yang bisa dikatakan lumayan. Cukup untuk menjada dirinya.

Namun, jika berada satu rumah dengan Adam. Sepertinya, dia akan kalah. Bisa saja, mantan kekasihnya itu akan berbuat hal licik. Semisal memberinya obat tidur untuk menidurinya mungkin.

Entahlah, kenapa Karina sampai bisa berpikiran jauh ke sana. Namun, tak bisa ia pungkiri. Jika sosok Adam bukanlah sosok yang ia kenal dulu. Pria itu begitu berbahaya untuknya sekarang. Ralat, ia yang barus sadar jika Adam itu berbahaya.

"Ayo Sayang, kita pergi," ucap Karina malu-malu karena telah menyelipkan kata 'Sayang' untuk suaminya itu.

Ken tersenyum lembut. "Ayo."

"Kami permisi Tuan," kata Louis menyeringai.

Adam mengepalkan tangannya kuat. "Sial!" umpatnya kasar.

Di dalam mobil.

Karina terlihat begitu gugup tatkala Ken membaringkan kepala di atas pangkuannya. Pria itu bahkan meminta ia untuk mengelus-ngelus rambutnya.

"Tuan," panggilnya pelan.

"Hmmm." Memejamkan matanya menikmati perlakuan manis sang istri atas dasar paksaan dan ancaman darinya tadi.

"Boleh tidak, jika kepala Tuan bergeser," katanya takut-takut.

Sontak, Ken langsung membuka matanya tak suka. "Tidak! Aku akan tetap seperti ini sampai rumah. Seharusnya kamu berterima kasih kepadaku!" ketusnya.

Kan, mulai lagi dech sifat ketusnya ini yang sangat Karina tidak suka.

"Iya, Tuan. Maaf." Karina cemberut. Jika boleh, ia akan memindahkan secara paksa kepala suaminya itu. Sudah hampir satu jam kepala Ken berada di pangkuannya. Bisa dibayangkan sepegal apa dirinya kan?

Belum lagi, debaran jantungnya yang kian menggila saja.

Ken sangat puas dengan jawaban istri cantiknya itu. Ia tahu jika Karina pasti kesal dengannya. Ia pun kembali memejamkan matanya.

"Sekarang kecup seluruh permukaan wajahku, tanpa terkecuali. Ayo lakukan!" titahnya.

Kedua bola mata Karina terbelalak sempurna. Pria ini tidak serius kan?

Satu detik, dua detik, tiga detik.

Suasana hening.

Ken langsung menghembuskan nafas kasar.

"Lakukan sekarang Karina!"

"Tapi Tuan …."

"Tapi apa! Lakukan sekarang juga! Atau aku akan menendangmu dari dalam mobil saat ini juga!" ancamnya.

"Baiklah!" sahutnya ketus.

Louis yang sedang menyetir hanya diam dan tak berkomentar apapun. Sepertinya, dua orang itu telah melupakan kehadirannya.

"Benar-benar pasangan yang aneh," ujar Louis dalam hati.