Chereads / Suami Butaku / Chapter 19 - Rasa Nyaman

Chapter 19 - Rasa Nyaman

Karina menormalkan detak jantungnya yang tak karuan. Wajah Ken terlalu dekat saat ini. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Bohong, kalau dirinya tidak terpesona dengan wajah suaminya yang begitu tampan itu.

"Astaga. Kenapa dia harus memelukku seperti ini?" batin Karina resah.

Ken yang tengah tertidur semakin mengeratkan pelukannya. Karina dibuatnya sebagai bantal guling yang begitu nyaman untuk dipeluk.

Bisa saja sich Karina mengenyahkan tangan Ken dari pinggang rampingnya. Namun, dirinya terlalu takut kalau suami tampannya itu akan terbangun. Lagipula, pemandangan indah ini begitu sayang untuk dilewatkannya. Kapan lagi coba melihat wajah sempurna Ken dari jarak sedekat ini.

Apalagi, jika dalam keadaan tidur begini. Selain terlihat tampan, Ken juga begitu menggemaskan. Tanpa sadar, Karina menyentuh rahang tegas milik sang suami.

"Sepertinya, sudah lama dirinya tidak bercukur," lirih Karina pelan.

Gerakan tangan Karina terhenti tepat di bibir Ken. Bibir yang telah mencuri first kissnya. Bibir yang suka bicara ketus dan menggoda tentunya.

Ah. Sial. Karina mendadak berpikiran mesum hanya karena melihat bibir tebal yang merah itu.

"Astaga Karina. Bisa-bisanya kamu berpikiran jorok begitu," katanya dalam hati sambil menggeleng kuat.

Dengan gerakan cepat, Karina menarik tangannya dari wajah Ken. Ia benar-benar takut akan khilaf. Jika sampai Ken tahu dia berbuat yang macam-macam semisal diam-diam mencuri sebuah ciuman. Bisa habis ia diomeli oleh Ken.

Kadang Karina heran, kenapa sich Ken memiliki mulut yang begitu tajam dan juga ketus. Ditambah cerewet seperti para emak-emak. Sangat tidak cocok dengan wajah tampannya tersebut.

Suasana hening seketika. Tanpa sadar, Karina tersenyum lebar. Dirinya jadi ingat tentang perlakuan manis Ken yang di Kafe waktu itu. Ketika dirinya tak sengaja bertemu dengan Ken dan Louis. Ditambah sosok Adam dan Lisa juga.

Jika saja waktu itu, Ken tak mengikuti sandiwaranya. Sang mantan pasti akan curiga jika pernikahannya ini karena sebuah perjodohan belaka.

Ia ingin kalau Adam beranggaapan bahwa pernikahannya ini dilakukan karena dasar cinta. Bukan karena Karina masih mencintai mantan kekasihnya itu. Tidak! Itu hal yang tidak mungkin. Kini, mata hatinya sudah terbuka dan mengetahui seperti apa sosok pria yang berkedok seperti malaikat itu.

Semua itu dilakukan Karina tak lain hanya ingin membuat Adam tahu bahwa dirinya baik-baik saja setelah dikhianati. Dirinya bukan wanita yang seperti di film-film. Yang akan melakukan hal gila karena putus cinta dan berlarut-larut dalam kesedihan.

"Eugh," lenguh Ken.

Seketika Karina tersadar dan langsung memejamkan matanya kembali.

"Eh, apa aku memeluk Karina sepanjang malam?" batin Ken sedikit terkejut mendapati tangannya melingkar di pinggang ramping sang istri.

Bukannya langsung memindahkan tangannya itu. Ia malah membiarkannya.

Ada rasa nyaman dan tentram yang Ken rasakan semenjak Karina menjadi istrinya. Hari ini, kalau dia tidak salah ingat. Pernikahannya itu sudah berjalan dua bulan lamanya. Tidak terasa ternyata.

Sudut bibir Ken tertarik ke atas. Tidak tahu kenapa dirinya merasa bahagia sekali.

Entah dorongan dari mana. Ken mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Karina. Bukan sekedar ciuman biasa. Ken melumat bibir Karina dengan sangat ahli seperti dia itu seorang pro dalam hal ini.

Seketika, Karina membuka matanya karena terkejut. Kedua matanya membola seakan ingin keluar. Bisa ia lihat jika Ken memejamkan matanya tanda menikmati.

"Gila! Ini gila sekali. Dia ini sadar atau tidak?!" racau Karina dalam hati.

Ingin hati ingin mendorong tubuh Ken. Namun, nyatanya tubuhnya tidak sinkron dengan akal sehatnya. Ia begitu terbuai dengan ciuman yang Ken berikan. Tak lama kemudian, Karina pun membalas ciuman itu.

Cukup lama keduanya berciuman dan akhirnya mereka pun menyudahinya karena membutuhkan pasokan oksigen.

Karina yang benar-benar malu sekali, kembali pura-pura tidur. Sebenarnya, tanpa memejamkan mata pun. Pasti Ken tidak akan tahu kalau dirinya sudah bangun. Mengingat suaminya itu yang tunanetra.

Tapi, entah kenapa. Terkadang, Karina merasa kalau Ken itu bisa melihat. Banyak kejadian aneh yang ia rasa janggal. Tapi, karena tidak ada bukti. Karina pun menganggap hal itu hanya imajinasi semata. Mungkin, karena tatapan tajam Ken yang membuat seolah-olah mata itu bekerja dengan normal.

"Astaga! Bisa-bisanya aku melakukan hal itu. Untung saja dirinya masih tidur," ujar Ken dalam hati.

Untung saja, akal sehatnya tadi muncul tiba-tiba. Jika tidak, ia pastikan jika ciuman tadi akan berakhir ke hal yang lebih jauh lagi. Memang sich sah-sah saja jika dia melakukan hal itu bahkan lebih dari itu juga tidak apa-apa.

Toh, mereka adalah sepasang suami istri yang sah. Ya, walaupun pernikahan mereka terjadi karena sebuah perjodohan. Namun tetap saja, pernikahan mereka ini sakral.

Hanya saja, Ken bukanlah tipe pria pemaksa dan brengsek. Ia tidak ingin menyentuh sang istri sampai istrinya itu mengizinkan.

Jika ditanya, apakah Ken mencintai istrinya itu atau tidak. Jawabannya adalah ia juga tidak tahu. Yang ia tahu adalah dirinya sangat nyaman berada di samping Karina. Dan akan marah jika ada pria yang berusaha mendekati istrinya itu.

Entahlah, perasaan apa itu. Ken juga tidak tahu sama sekali. Kalau disimpulkan sebagai cinta hal itu tidak mungkin menurutnya.

***

"Terima kasih atas sarapannya. Aku pamit." Ken beranjak dari duduknya. Dengan sigap, Karina langsung menghampiri sosok itu.

"Mari Tuan, saya antar," kata Karina. Ken hanya mengangguk kecil. Semenjak Karina sudah resmi menjadi istrinya. Ia memang selalu dibantu oleh wanita cantik itu. Bukan Louis lagi.

Jika dulu, Louis tinggal bersama Ken untuk memastikan keadaannya dan selalu menyiapkan semua kebutuhannya. Ken, sangatlah enggan jika tubuhnya yang berharga harus disentuh oleh sembarang orang.

Tak terasa, keduanya sudah sampai di pintu, Sudah ada Louis di sana. Pria tampan itu memberikan senyuman manis kepada Karina. Karina dengan senang hati membalasnya.

"Tuan, hati-hati ya," ujar Karina tulus sambil merapikan penampilan sang suami yang sebenarnya sudah rapi.

Ken hanya mengangguk pelan. "Terima kasih," sahutnya seadanya.

Louis yang memperhatikan interaksi keduanya pun tersenyum simpul. "Syukurlah. Mereka sepertinya sudah nyaman antara satu sama lain. Aku harap keduanya bisa saling mencintai dan bahagia selalu," kata Louis dalam hati.

"Nanti siang aku akan ke kantor Tuan ngantar bekal seperti biasa," kata Karina lagi.

"Terserah." Ken terlihat cuek.

Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Louis dan Ken sudah tidak terlihat lagi. Karina yang masih setia berdiri di depan pintu akhirnya memutuskan untuk masuk. Dirinya juga harus bersiap ke kantor.

Pipinya mendadak merona mengingat kejadian tadi. "Ya ampun. Ternyata begitu rasanya berciuman yang sesungguhnya," lirihnya malu-malu.

Karina menangkup kedua pipinya sambil berjalan dengan sedikit cepat. Ia harus cepat bersiap agar tidak telat ke kantornya. Walaupun, dia adalah seorang Bos. Tetap saja dirinya harus taat dengan aturan yang ada di kantornya itu.