Pagi itu seorang gadis yang rambutnya dikuncir dua dengan gaun mungil berwarna merah muda sedang menangis, meratap bagaimana nasib sedang mempermainkan dirinya yang masih berusia belia. Satu minggu yang lalu dia baru saja kehilangan seorang pria yang menjadi cinta pertama bagi seorang putri seperti dirinya.
Dia sosok pria hebat yang telah berjuang demi penyakit yang selama lima belas tahun menggerogoti tubuhnya. Tidak pernah satu kalipun pria dewasa itu mengeluh, memperlihatkan rasa sakit yang sebenarnya membuat dia menderita. Di depan anak serta istrinya, dia terus menunjukan senyuman seolah tidak ada yang terjadi pada tubuhnya.
Dia pandai memanipulasi keluarga guna menutupi penyakitnya itu. Tanpa diketahui banyak orang setiap malam dia merasakan sakit itu seorang diri. Setelah berjuang selama lima belas tahun akhirnya Tuhan mengambil dia dari keluarga kecilnya.