Chereads / As A Princess (Indo Version) / Chapter 25 - 25. Latihan Bersama Charlotte

Chapter 25 - 25. Latihan Bersama Charlotte

Hari Kamis. Seperti yang dikatakan Elie, sistem kerajaan sangat longgar di hari Kamis. Banyak pengawal yang bergantian jaga atau istilahnya oper posisi.

Pelayan dapur juga terlihat tidak terlalu sibuk. Sejak pagi tadi sarapan sudah matang dan dibagikan pada para penjaga dan pelayan yang lain.

Ariadne tentu saja sudah makan di meja makan besarnya. Gadis itu tadi pagi memaksa Elie untuk sarapan dengannya. Namun lagi dan lagi Elie menolak ajakan itu. Elie sedang sibuk membuatkan sarapan untuk Darian. Elie benar-benar tidak mau menerima makanan dari Meghan lagi. Dan Ariadne belum tahu kalau kini makanan Darian hanya Elie yang membuatkannya.

Semua makanan Ariadne selalu wajib Elie dulu yang mencoba. Seorang puteri harus dijaga kesehatannya. Dan jika di dalam makanan Ariadne ada racun, pasti Elie yang lebih dulu akan merasa kesakitan. Tapi selama ini makanan Ariadne tidak pernah mengandung racun atau apapun. Elie pastikan makanan untuk Ariadne akan selalu aman.

Darian juga terlihat masih sarapan bersama Marlyn dan Jason. Mereka bertiga selalu makan di meja yang lain jauh dari meja makan Ariadne.

Kalau Ariadne bisa, Ariadne akan mengajak orang inti kerajaan untuk sarapan bersamanya. Namun hal itu tidak pernah bisa karena Elie yang melarangnya. Kata Elie, seorang puteri tidak boleh makan bersama para pelayan. Padahal Ariadne tidak menganggap Elie, Darian, Marlyn, dan Jason sebagai pelayannya. Bagi Ariadne, mereka berempat sudah seperti keluarga Ariadne.

"Terima kasih Elie untuk makanannya. Sampaikan juga terima kasihku untuk Meghan. Sarapan pagi ini rasanya lezat. Katakan pada Meghan, aku menginginkan menu ini lagi untuk nanti sore." Kata Ariadne sambil membersihkan sudut bibirnya dengan sapu tangan.

Elie mengangguk sopan dan diikuti para pelayan. "Baik puteri. Akan aku sampaikan pada Meghan. Apa kau benar-benar akan pergi keluar hari ini?"

Ariadne tersenyum. Raut wajah Elie tampak gelisah dan khawatir pada Ariadne. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan dengan pelan. "Tentu saja, aku akan keluar bersama Griffin. Pastikan Darian tidak mengetahui hal ini ya, Elie."

"Iya. Putraku akan pergi ke pertambangan Berlian."

"Baguslah kalau begitu. Aku sangat berterima kasih padamu, Elie."

"Puteri, bisakah kau pergi bersama satu pengawal? Jika kau tidak ingin terlalu diawasi, maka pengawal itu akan aku suruh untuk mengikutimu dari jauh."

Kedua langkah kaki Ariadne langsung berhenti. Gadis itu menoleh pada Elie yang berjalan di belakangnya. "Tidak Elie. Kau sudah janji padaku. Jika kau sampai mengirim pengawal untukku, maka aku akan marah." Ucap Ariadne dengan nada tidak suka.

Elie terkejut sedikit. Ariadne tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya. Mengapa kini Ariadne mudah sekali marah? Padahal Elie sangat mengkhawatirkan Ariadne karena gadis itu pergi keluar meninggalkan kerajaan sendirian.

"Ah, baiklah puteri. Maaf telah membuatmu marah. Kau tahu, kau sudah seperti putriku sendiri. Aku hanya mengkhawatirkanmu."

Ariadne memegang kedua tangan Elie. "Elie, aku bisa menjaga diriku. Aku akan bercerita tentang banyak hal padamu ketika kedua kakiku sudah kuat untuk berdiri sendiri. Percayalah padaku, aku pergi keluar untuk menuju ke tempat yang aman."

Tetap saja, raut wajah Elie masih saja khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Ariadne adalah seorang puteri kerajaan. Hanya Ariadne yang memimpin kerajaan berlian ini. Jika terjadi apa-apa pada Ariadne, maka semua itu akan menjadi kesalahan Elie.

Ariadne tersenyum dan mengusap bahu Elie pelan. "Baiklah, aku akan jujur padamu. Hanya kuberi tahu satu hal. Aku keluar untuk bertemu dengan Charlotte. Hal apa yang kulakukan dengan Charlotte sama sekali tidak berbahaya, Elie. Kau tahu sendiri Charlotte adalah sahabatku sejak aku masih berusia empat belas tahun."

"Puteri, untuk apa bertemu dengan Charlotte? Kalian tidak akan melakukan hal yang aneh bukan?"

Ariadne menggelengkan kepalanya. "Beri aku kepercayaanmu, Elie. Maka aku akan baik-baik saja berada di luar. Siapkan kudaku dan bawakan aku bekal makanan yang cukup. Aku akan berganti baju di dalam kamar."

Elie mangangguk pasrah. Ia tidak bisa melarang Ariadne terus-menerus. Ariadne juga butuh mengenal dunia luar. Sekarang tugas Elie adalah menjaga kerajaan Berlian saat Ariadne meninggalkan singgasananya. Lagi pula hanya untuk satu hari saja dan itu hanya satu kali seminggu. Baiklah, Elie akan mengijinkan Ariadne untuk keluar.

***

"Charlotte!!"

Mendengar teriakan itu, Charlotte yang duduk di atas bebatuan menoleh. Tampak Ariadne sudah datang dengan menunggangi kuda putihnya. Charlotte berlari dengan semangat dan langsung memeluk Ariadne ketika Ariadne sudah turun dari kuda.

Tempat pertemuan mereka tentu saja tetap sama. Yaitu dibalik air terjun. Tidak ada yang tahu tempat ini. Tempat ini sangat terang dan indah ketika pagi dan siang hari. Meskipun dikelilingi dinding bebatuan, tapi tempat ini cukup luas dan terlihat sangat asri.

"Ariadne.. akhirnya kita bertemu lagi." Kata Charlotte sangat senang. Rambut gadis itu tampaknya semakin pendek saja seperti laki-laki.

Ariadne mengacak pelan rambut Charlotte yang terasa lembut di jemarinya. "Ah, rambutmu kau potong lagi Charlotte?"

"Iya. Jika panjang sedikit saja aku merasa sangat gerah."

Ariadne terkekeh. "Baiklah, bisa kita mulai sekarang?"

"Mengapa? Apa kau sedang terburu-buru?"

"Tidak Charlotte, kita mulai sekarang saja. Sehingga nanti siang kita bisa istirahat dan makan siang sambil mengobrol."

"Baiklah. Aku ingin kau melakukan pemanasan dulu. Apa kau tidak keberatan Ariadne jika kita melakukan latihan berperang dengan pedang lagi?"

Ariadne tersenyum. "Tentu saja aku tidak keberatan. Kebetulan yang kubawa dari istana hanyalah pedangku saja. Ajari aku sampai aku bisa mengendalikan pedang dengan sangat ahli. Serang aku saja jika memang itu bisa meningkatkan kecepatanku mengendalikan pedang."

"Tapi bagaimana jika bagian tubuhmu ada yang terluka?"

Sebenarnya Charlotte sangat mengkhawatirkan hal ini. Jujur saja, Charlotte belum pernah sampai melukai Ariadne. Karena Charlotte selalu membiarkan Ariadne latihan sendiri tanpa ada lawan.

"Charlotte, aku sudah sampai di titik ini. Latihan ini akan aku lakukan setiap satu minggu sekali bersamamu. Jika aku terluka karena latihan, luka itu masih bisa kuobati. Kau sebagai guruku, maka bersikaplah profesional dan serang saja aku. Ini permintaanku."

Charlotte menatap Ariadne dengan sangat serius. Sebelum mereka benar-benar memulai latihan, Charlotte mengajarkan Ariadne kembali cara mengayunkan dan mengarahkan pedang pada musuh.

Ariadne juga melakukan pemanasan terlebih dahulu agar nanti tubuhnya tidak terasa pegal.

Hingga akhirnya Ariadne memulai latihannya bersama Charlotte sebagai musuhnya. Pedang mereka saling berdentingan. Menahan, mengayun, berusaha menggores kulit lawan, dan poin terpentingnya adalah harus bisa menjatuhkan pedang lawan.

Kekuatan Ariadne cukup bisa mengimbangi Charlotte. Pergerakan kaki Ariadne juga sangat lincah dan seimbang. Beberapa kali Charlotte juga agak goyah karena Ariadne berhasil mendorong pedangnya dengan kuat.

Mereka berdua larut dalam latihan pedang. Keringat membanjiri tubuh mereka berdua. Tentu saja Ariadne kini memakai perlindungan. Jadi Ariadne tidak akan mengalami luka gores, tapi bisa saja terkena goresan pedang di area jemari atau kulit wajah. Itu jika terkena, jika tidak terkena berarti Ariadne tidak akan terluka.

***