Chereads / As A Princess (Indo Version) / Chapter 27 - 27. Keluar Bersama Pangeran Avery

Chapter 27 - 27. Keluar Bersama Pangeran Avery

Hari ini cuaca terasa lebih dingin. Pemberitahuan dari para ilmuwan menyatakan bahwa akan terjadi turun salju nanti malam. Suhu benar-benar menurun disertai hembusan angin yang terasa dingin.

Avery tetap menyiapkan kudanya untuk bersiap di depan aula kerajaan. Lelaki itu sudah memakai mantel tebal dari bahan bulu beruang. Mantel bulu warna putih itu terlihat kontras dengan warna kuda Avery yang juga putih.

"Apakah kau akan tetap pergi?" Tanya Alice.

Avery mengangguk. "Aku harus tetap melihat langsung ke area produksi mutiara."

"Cuacanya sangat dingin. Pasti di sana hanya ada beberapa pekerja. Bukankah Raja Eden meminta para pekerja untuk mengamankan mutiara ke dalam gudang penyimpanan?"

"Aku hanya melihat ke sana sebentar, Alice. Berikan aku sarung tangan yang kau pegang itu.."

Alice baru menyadari kalau sarung tangan yang hendak ia berikan pada Avery ternyata masih ia genggam sejak tadi. "Ah, ini.. Ratu Berenice pesan padaku untuk menyampaikan nasehatnya padamu. Kau tidak boleh terkena flu. Cepatlah kembali."

"Baiklah.. aku kan cepat kembali."

"Tunggu.. apa kau tidak bersama pengawal?"

Avery menggelengkan kepalanya. "Tidak. Lagi pula area produksi mutiara dekat dari sini. Aku hanya perlu mengitari sebelah kanan danau hijau. Kau tampak khawatir Alice, ada apa?"

"Ah tidak.. aku hanya mengkhawatirkanmu pangeran.." kata Alice dengan malu. Gadis itu tidak berani menatap wajah Avery dan hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Avery tersenyum tipis. "Apa kau mau ikut denganku?"

"Apa?"

"Apa kau mau ikut denganku ke area produksi?" Tanya Avery mengulang kalimatnya.

Alice berkedip beberapa kali. Dan Avery terkekeh melihat reaksi Alice yang menggemaskan.

"Naiklah bersamaku jika kau ingin. Aku tidak akan mengulangi kalimat ajakan ini lagi jika kau tidak mendengar."

"Maksudmu aku naik kuda bersamamu?"

"Memangnya kau bisa mengandarai kuda sendiri? Kalau kau bisa silakan saja. Ikuti aku dari belakang."

Tentu saja Alice menggelengkan kepalanya. Mana mungkin ia bisa mengendarai kuda? Alice kan bukan wanita bangsawan yang bisa latihan berkuda. Tugas Alice setiap hari hanyalah sebagai seorang pelayan kerajaan. Membantu di dapur, bersih-bersih, dan melayani pekerjaan apapun di dalam kerajaan bersama ibunya.

Tangan kiri Avery terulur ke arah Alice. "Naiklah.." ajak Avery.

Alice mendongak. Menatap Avery dengan tidak yakin. "Apakah boleh? Aku takut kalau banyak yang mencariku nanti."

Avery terkekeh pelan. "Tidak akan. Aku akan bilang pada ibuku nanti."

"Baiklah pangeran, aku akan mengambil mantel dulu."

Grep!

Avery menahan bahu kiri Alice. Mencegah gadis itu untuk masuk ke dalam istana lagi.

"Gaunmu tebal. Kau akan tetap hangat ketika duduk di depanku." Kata Avery.

Sepertinya Alice mulai sulit mengendalikan kegugupannya. Gadis itu menjadi sedikit sulit menelan ludahnya. Dan akhirnya Alice menyambut tangan kiri Avery. Seketika tubuhnya pun terasa ringan ketika Avery menariknya untuk naik ke atas kuda.

Cuaca yang dingin membuat tubuh Alice jadi bertambah beku ketika dirasakannya tubuh Avery berada di belakang punggungnya. Napas Alice juga sudah mengeluarkan uap dingin setiap kali menghembuskan napas.

Karena mantel bulu Avery sangat tebal dan lebar, kedua ujung mantel miliknya itu diarahkan ke depan. Untuk bisa menutupi Alice juga dari udara yang dingin. Seketika pipi Alice memerah ketika tangan Avery mengaitkan kancing ujung mantel di depan dadanya.

Dan kini mereka berdua berada di dalam satu mantel tebal. Avery segera menjalankan kudanya setelah menyelesaikan urusannya dengan mantel.

Jantung Alice terasa sangat berdebaran. Ia merasakan dengan jelas dada bidang Avery menempel dengan punggungnya. Rasanya hangat sekali. Kedua tangan Avery juga berada di kedua sisi tangan Alice. Avery mengendalikan tali kuda. Mereka berdua pergi memutari danau hijau untuk menuju ke area produksi mutiara.

Bagi Alice, ini pertama kali ia keluar dari istana setelah berada di dalam istana selama empat tahun. Alice tidak pernah boleh keluar dari istana hanya untuk sekedar ikut berbelanja keperluan dapur. Kata Ibunya, Alice tidak boleh berkeliaran keluar masuk istana saat masih usia remaja.

"Apakah kau baru keluar sekali ini?" Tanya Avery.

Alice mengangguk. "Iya. Aku berada di dalam istana selama empat tahun."

"Bagaimana perasaanmu ketika kuajak keluar sekarang?"

Mau tak mau Alice tersenyum senang. Gadis itu sudah tidak bisa lagi menahN senyumnya. "Tentu saja aku senang, pangeran. Tapi aku takut jika nanti dimarahi oleh ibuku."

"Tidak akan. Sudah kubilang nanti aku akan bicara pads ibuku. Tidak akan ada yang memarahimu. Kau ini sekarang adalah sahabatku, Alice."

Jujur saja, ketika mendengar kata 'sahabat' Alice tidak terlalu suka. Perasaan Alice pada Avery bukan hanya sekedar sahabat, tapi lebih dari itu. Entah sudah sejak kapan Alice merasakan hal ini, namun ia tidak berani jujur pada Avery.

Tentu saja Alice tidak berani jujur. Memangnya seorang pelayan bole mencintai putra mahkota? Ah, kedengarannya tidak boleh. Alice tidak mau dibantai oleh Raja Eden. Meskipun itu hanya bayangan Alice, tapi Alice tahu kalau Raja Eden sangat menginginkan Avery menikahi puteri Ariadne.

Alice tidak bisa menyangkal hal itu. Avery sangat tampan dan tidak cocok dengannya. Avery memang pantas mendapatkan wanita bangsawan yang tentu saja lebih bermartabat dan cerdas.

"Kau sedang memikirkan hal apa? Lihatlah Alice, ini adalah tempat produksi mutiara." Kata Avery.

Mereka telah sampai di area produksi mutiara. Letaknya berada di dekat karang-karang laut dan pesisir pantai. Wilayah itu sudah menjadi wilayah resmi milik kerajaan mutiara.

Avery memang tetap berada di atas kuda ketika mengawasi area produksi. Sebentar lagi musim salju, jadi semua kerang produksi akan dipindahkan pada kolam buatan di belakang istana. Para kerang akan dikembangbiakan di sana. Untuk menghindari pembekuan akibat cuaca ekstrim nantinya.

"Wow.. jadi seperti inikah area produksi? Apa mereka juga nelayan?"

Avery mengangguk. "Ya. Beberapa dari mereka adalah nelayan. Di sana, yang berada di antara karang laut dengan menaiki perahu kecil. Itulah mereka yang juga bekerja sebagai nelayan."

Alice mengikuti ke arah yang ditunjukkan Avery. Terlihat beberapa orang laki-laki yang berada di atas perahu kecil sedang memindahkan banyak kerang ke dalam jaring.

Avery dan Alice tetap berada di atas kuda. Sebenarnya Alice ingin sekali turun dan berjalan mendekati para pekerja. Namun tentu saja itu tidak boleh. Akan ada banyak orang yang melirik Alice. Avery juga tidak mau jika Alice dalam bahaya.

"Pangeran, apakah aku boleh ikut lagi jika kau sedang melihat area produksi?"

"Tentu saja boleh. Tapi setelah ini semua produksi kerang akan dipindahkan di kolam buatan yang berada di belakang istana."

"Jadi, sampai musim salju berakhir kau tidak akan kemari lagi?"

Avery mengangguk. "Iya. Aku cukup menuju ke belakang istana."

'Pangeran, bolehkah aku ikut kemanapun kau pergi? Tapi rasanya aku tidak pantas berada di sampingmu.' Kata Alice dalam hati.

***