Satu minggu kemudian.
Para penagih hutang itu kembali kali ini mereka lebih brutal memukuli Riyu sampai babak belur, ibu Biyan menangis hendak menolong tapi tidak bisa hanya bisa meraung menangisi anaknya.
Suara teriakan Ibu Biyan terdengar sampai jalan kecil dimana Biyan sedang berjalan. "Ibu." Biyan berlari mendengar tangisan ibunya.
Buk!
Perut Riyu ditendang sampai terhuyung tidak berdaya, sedangkan ibunya masih dipegang dua orang."Bawa dia! Kita jual ginjalnya."
"Tidak," teriak ibu Biyan. "Saya mohon beri kami kesempatan lagi." Ibu Biyan melipat tangan, memohon. Riyu juga terus memohon ampun dengan wajah lebah juga darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
Uang yang ibunya kumpulkan satu minggu ini berserakan di lantai, Biyan melihat keadaan ini menangis. "Ibu."
Ibunya kembali memohon, Biyan langsung mengeluarkan amplop berisi gajinya 1 bulan ini. Langsung dirampas orang-orang itu. "Ini hanya untuk bunganya."
"Aku akan mengambil uang."
Mereka tertawa melihat tekad Biyan juga tidak percaya uang dari mana orang-orang miskin bertingkah ini. "Baiklah kami tunggu di sini, kau antar anak itu mengambil uang!" perintahnya pada satu orang lainnya.
"Ibu, aku akan mengambil uang, Ibu akan baik-baik saja?"
Ibunya mengangguk. Biyan segera pergi mencairkan kartu kredit yang diberikan Rex. Biyan sempat terkejut melihat jumlah nominal yang ada di dalamnya bahkan angka itu tidak pernah masuk dalam pemikiran Biyan, Biyan langsung mencairkannya sesuai dengan hutang itu.
***
Pesan masuk pada ponsel Rex, ada yang menarik uangnya dengan jumlah tidak sedikit. Awalnya Rex menyangka rekeningnya dibobol hacker, perlahan ia baru ingat jika anak bayi itu memiliki nomor pinnya. Rex tersenyum membodohi diri sendiri.
"Kenapa aku bodoh? Bayi pintar, kau tau cara memanfaatkan uang." Rex kembali melihat nominal uang yang Biyan ambil.
Rex baru ingat apa yang telah ia berikan pada wanita pura-pura dewasa itu. "Bayi nakal, aku kira kau polos tidak mengerti uang?" Rex tersenyum dalam kengerian.
***
Hutang itu telah selesai Biyan urus sekarang semua orang sudah bubar menyisakan Biyan, Riyu dan ibunya yang saling diam. "Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya ibunya lebih dulu.
Biyan berdiri. "Aku berangkat kerja." Biyan hendak melewati ibunya.
"Aku belum selesai bicara, dari mana uang itu kau dapatkan?"
"Aku tidak mencuri ataupun mengedarkan barang haram, uang itu akan aku ganti dengan cara mencicil." Biyan beralih pada Riyu. "jika kau bisa membantu untuk mencicil uang itu, aku akan sangat berterima kasih. Paling tidak kau tidak menyusahkan orang lain lagi, mulai sekarang hiduplah lebih baik. Jaga ibu."
"Ibu akan bantu mencucinya. Katakan siapa orangnya ibu akan berterimakasih langsung padanya karena telah membantu kita, " desak ibu Biyan ia tidak ingin anak gadisnya menanggung beban sendirian. "katakan siapa dia?"
"Nanti akan aku beritahu." Biyan melangkah meninggalkan ibu dan kakaknya. Jika ditanya sekarang Biyan pun tidak mengetahui siapa orang itu dengan mudahnya memberikan uang yang tidak sedikit pada wanita yang baru saja dikenal.
Pertanyaan yang dari tadi bersarang di kepalanya. "Mungkinkah laki-laki itu mabuk saat memberikan, tapi malam itu nampaknya ia baik baik saja."
***
"CEO, maaf mengganggu. Presentasi untuk GLOBAL industry segera dilakukan hanya tinggal menunggu kehadiran anda."
Rex beserta rombongan stafnya berjalan menuju ruang meeting, dari setiap langkah yang terlewati para pekerja mereka semua menunduk menyapa pemilik perusahaan. Kekuatan yang Rex miliki adalah dukungan semua orang.
"CEO, anda sudah datang." Satu orang menyerahkan lembaran berkas.
Rex menerimanya. "Pastikan semuanya sempurna!" Orangnya mengangguk yakin, bagaimana tidak Rex terkadang sampai lupa istirahat demi proyek besar ini.
"CEO." Semua orang yang ada dibawah naungan departemen Rex mendekat menyapanya dalam hormat. Rex tersenyum membalas sapaan mereka.
Seorang wanita menyambut ikut bergabung bersamanya. "Lawan kita mempekerjakan perencana profesional sebagai pimpinan." Wanita itu memberikan dokumen untuk dilihat. Sambil terus berjalan Rex melihat dokumen itu.
"Pasti sulit bagi mereka mengerjakannya sendiri, apa lagi menyaingi kita." Masih melangkah Rex terus melihat dokumen itu, lantas tersenyum puas, ia menang.
"Semuanya mempertaruhkan pada proyek ini, CEO. Tidakkah anda khawatir jika ide kita bocor? Sebelumnya Anda terlalu transparan."
Rex berhenti di hadapan semua orang lantas melihat humas dengan senyuman tipis. "Kau akan menemukan kejutan."
Tangan Rex menepuk dokumen meminta perhatian semua stafnya. "Baiklah! Ayo kita mulai!"
Semuanya berteriak semangat Rex siap menuju ruang rapat untuk mempresentasikan proyek baru. "Bagaimana menurutmu? Aku sudah keren?" bisik Rex pada Javier sahabat sekaligus penasehat bobrok.
Javier berdehem apa yang Rex akan lakukan memang bagus, rencana perubahan strategi hanya keduanya yang mengetahui. Jika ada pengkhianat diantara pekerja Rex akan segera mengetahui karena dipastikan gagasan yang pertama pastilah telah bocor saat ini.
Para pemegang saham sudah menunggu ide-ide cemerlang Rex bersama rombongannya duduk menunggu giliran.
Benar saja ada yang sama dengan dirinya.
"CEO." Humas dan yang lainnya melihat Rex cemas bagaimana ini mereka akan dianggap menjiplak ide pemasaran orang lain.
Rex masih tenang siapapun yang berkhianat Rex harus lebih hati-hati dan tetap diam seakan tidak mengetahui apa-apa.
"CEO, bagaimana ini? Kita harus mundur dari presentasi jika tidak kita akan dituduh sebagai penjiplak."
Ibu tiri Rex juga hadir dari kejauhan melihat humas itu berbisik pada Rex tersenyum miring. "Dunia bisnis keras tuan muda."
Wanita sudah hendak berdiri karena dipastikan Rex tidak akan pernah naik ke atas panggung, dengan ide yang sama. Dua hari sebelumnya orang selundupannya mengcopy file kerja lantas menyusun kembali untuk dipresentasikan sebelum Rex memulai. Wanita itu tidak peduli proyek akan didapatkan atau tidak dari ide itu.
Ibu tiri Rex hanya ingin melihatnya kembali goyah dan hilang pengharapan, sampai akhirnya diam adalah cara yang paling baik untuknya. Membiarkan ibu tirinya menjadi penguasa. Wanita sudah balik arah untuk meninggalkan ruangan itu.
"Aa..."
"Aa…"
Suara itu seketika menghentikan langkah ibu tiri Rex. Ia kembali membalikan tubuhnya dan melihat Rex berdiri kokoh di atas panggung. Rahang-rahangnya mengerat, anak itu masih memiliki nyali untuk berdiri. Tanpa duduk wanita itu mendengarkan guyonan Rex sebelum ia memulai presentasi.
Rex sempat memamerkan senyum tipisnya pada ibu tirinya, kali ini hadapi balas dendamnya pelan-pelan dari perusahaan dan kepercayaan semua orang yang akan Rex ambil alih.
Tepukan tangan menyambut semua ide-ide Rec, presentasi itu sangat memukau semua orang. Wanita itu mengeraskan rahang kembali melihat semua orang berdiri menyambut Rex dengan senyuman juga tepukan. Ibu tiri Rex seakan melihat mendiang ibu Rexford sahabatnya yang sedang disanjung di atas sana, atas semua pemikiran jeniusnya. Meninggalkan ruangan rapat dengan kejengkelan semua rencana gagal untuk menumbangkan Rex