Chereads / BABY DOLL / Chapter 6 - Pria Dewasa yang Memesona

Chapter 6 - Pria Dewasa yang Memesona

Di dalam kafe yang berdinding kaca lebar Rex sedang menikmati kopinya sekedar menenangkan syaraf selepas presentasi tadi. Tatapannya beralih keluar jendela di mana lalu lalang kendaran juga para pejalan kaki di trotoar.

Biyan berjalan lemah menuju kafe itu yang sebentar lagi akan dibuka. Kaos abu-abu lengan pendek dan celana jeans biru yang terlihat sudah robek dibagian lututnya, serta jaket yang diikatkan pada pinggangnya. Cuaca sedang musim pana, Biyan semakin mendekat pada pintu kafe.

Rex seketika menegakkan tubuhnya melihat Biyan mendekati kafe di seberangnya. Melihat wanita itu masuk ke dalam kafe.

"Anda ingin menambah kopi?" waitress datang dengan godaan dari lirikannya membawa teko kecil kopi panas.

"Tidak, aku akan panggil jika menginginkan lagi."

Merasa laki-laki itu tidak tergoda, waitress wanita itu berlalu pada kursi belakang. Barulah terdengar godaan laki-laki padanya.

Rex kembali kaku melihat Biyan keluar dari kafe itu dengan serbet di tangan. Biyan mulai membersihkan kaca, melap semua bagian kaca lantas menyemprotnya agar lebih berkilau. Rex melihat setiap gerakan wanita itu, dagunya tertopang seakan tengah menonton film romantis tanpa sadar.

"Tadi sangat mengejutkan, sepertinya untuk merayakan nanti malam kita mengadakan pesta." Javier duduk di kursi di depan Rex. Suaranya tadi menyadarkan Rex dari pemandangan indah tadi.

Biyan selesai membersihkan kaca lantas kembali masuk ke dalam kafe. Seakan ada yang menghilang, Rex membuang napasnya.

"Bagaimana? Aku rasa ideku sangat bagus. Rex, kaku tidak mendengarkan aku?"

"Mmm... tentu saja mendengarkan." Rex melempar senyum tipisnya.

Javier melihatnya datra. "Kalau kau mendengarkan, bagaimana usulku tadi?"

"Mm..." Rex terlihat berpikir, "baiklah, kau kirim seperti biasa, nanti aku lihat."

Javier minum air putih milik Rex sampai tandas dalam satu kali tarikan, Rex yang melihat itu bisa menebak jika ia salah.

"Aku pergi sebentar." Rex begitu saja bangun lantas pergi diiringi panggilan javier yang tidak didengarkan.

"Rex," Javier mengumpat merasa tidak diperdulikan.

Rex menuju kafe seberang dimana Biyan ada tadi. Kafe itu belum sepenuhnya buka, para pelayannya hanya bersiap. Salah satu pelayan mendekati Rex yang berdiri di ambang pintu.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

"Aa, iya. Saya mau makan."

Sesaat pelayan itu diam dan Rex merasa aneh juga.

"Kami belum buka, Tuan. Nanti jam lima."

"Okey." Wajah Rex masih belum diam seakan mencari sesuatu ke arah dapur, "yang tadi yang membersihkan kaca depan, siapa ya? Mmm..." Rex menggaruk alisnya terasa gagap dengan pertanyaannya.

Rex memutuskan keluar dari kafe itu, merasa aneh pada dirinya sendiri apa yang ingin dicari?

***

Keesokan harinya.

Biyan memasang earphone ke telinga dan menyelipkan ponsel ke dalam saku seragamnya. Suara musik pun mulai menggema di indra pendengarannya, membuat Biyan semakin nyaman melangkah keluar dari kelas. Sikunya digandeng Yona dengan murid lain melangkah bersama.

Dari ujung gerbang siswa perempuan seperti berdecat tengah mengagumi sesuatu, Biyan dan Yona ikut penasaran melihat semakin banyak siswa berlari ingin melihat siapa yang ada di depan gerbang sekolah.

Rex tampak seksi di usia matang, tubuhnya tegap berdiri memasukan kedua tangannya dalam saku dengan bersandar pada body mobil. Dasi yang dibiarkan menggantung di lehernya tanpa diikatkan, para gadis remaja itu berjinjit seakan menemukan lelaki sempurna dari segi manapun dipandang.

"Biyan Anastasia, kua punya urusan yang belum selesai bersamaku." Senyum tipis Rex terlihat malah mengerikan untuk Biyan.

Hik!

Biyan cegukan merasakan ada hal berbahaya yang akan dihadapi.

"Siapa dia? Kau kencan dengan pria dewasa tanpa memberitahuku?" tanya Yona dengan berbisik pada Biyan. Biyan balas melihatnya.

"Kau percaya aku kencan dengan pria? Sedewasa itu?" keduanya malah saling berbisik, dan Yona mengangguk rasanya tidak mungkin Biyan tidak cerita padanya.

"Lalu dia siapa?" tanya Yona lagi semakin penasaran. Ia kenal banyak pria rasanya tidak mungkin pria seperti itu mencari alasan hanya untuk mencari perhatian wanita, terlebih keduanya masih remaja.

Biyan dan Yona semakin mendekat, lantas bertanya, "apa anda mengenal saya, paman?" tanya Biyan. Rex kesal dengan panggilan itu, kacamata yang sedari tadi bertengger di hidung runcingnya terpaksa dilepaskan.

Tanpa kata Rex mencondongkan wajahnya, refleks Biyan mundur, "apa?" tanyanya tegang.

Hik!

Biyan kembali cegukan, dan satu senyum terbit dari bibir Rex melihat tingkah boneka bayinya. "Cukup untuk hari ini." Rex kembali memakai kacamata hitamnya.

Biyan tidak mengerti apa yang dilakukan lelaki dewasa ini, Yona pun sama berdecat saat melihat Rex kembali masuk dalam mobil lantas pergi begitu saja.

"Apa, apa yang dia lakukan?" tanya Biyan pada dirinya sendiri juga pada Yona.

"Harusnya aku yang bertanya siapa dia? Kau yakin tidak mengenalnya, dia jelas tahu nama lengkapmu." Yona melihat sekolah. "Juga tau kau sekolah dimana?"

"Apa kakakku juga punya hutang padanya?" Biyan sudah bersedih.

"Awas saja kalau dia berani memberikan kau pada pria dewasa seperti itu," ancam Yona. "terlihat dia bukan orang biasa, kau lihat mobilnya? Itu bukan mobil biasa."

"Tidak usah mengantar, aku jalan kaki saja."

Mendengar ucapan Biyan, Yona tidak suka, "masuk, apa kau berhenti saja kerja? Ikut denganku, bagaimana?" goda Yona. Ia ada pertemuan hari ini kata sahabatnya pria yang akan Yona jumpai berasal dari Asia. Biyan menggeleng, kalau sekedar menemani karaoke Biyan masih mau tapi kalau harus bercinta? Biyan belum siapa, rasanya takut.

***

Biyan kembali bekerja seperti biasanya di kafe, kafe ini hanya untuk anak-anak sekolah yang sekedar ingin bersantai disaat jam pelajaran sudah berakhir. Menu yang tersaji juga hanya makanan ringan dan minuman.

"terima kasih" biyan menyerahkan jus pada salah satu pelanggan.

"Es capucino, 2." Suaranya berat tapi rasanya Biyan mengenalnya.

Hik!

Rex ada di hadapan Biyan. "Kenapa kau selalu cegukan saat melihatku?" tanya Rex heran.

"Baik, 2 capucino," ulang Biyan. Ia merasa tidak nyaman dilihat Rex seperti itu, Biyan sesaat menunduk merasa terkurung tatapan Rex. "Pesanan anda, Tuan."

Rex membayarnya masih dengan tatapan mengintimidasi. Sebelum pergi Rex meletakan satu kap es itu di atas meja. "Untukmu! Aku tidak menerima penolakan!"

Bibir Biyan yang hampir terbuka kembali diam mendengar ucapan Rex. Sedangkan Rex melihat bibir tipis merah muda itu, sekilas ingatannya kembali hadir pada malam itu. Rex mengenyahkan ingatan yang hanya sesaat itu, namun menguncinya.

Rex mencari tepat untuk duduk, inginnya ia berada di depan kasir itu tapi tahu anak gadis itu sedang bekerja. Atau apakah Rex harus membeli tempat ini? Rex melihat seksama interior kafe juga para pengunjung, kafe ini tidak jelek untuk investasi berikutnya.

Biyan sempat mencari keadaan untuk menghindar dari Rex andai ada pelayan lain dan tidak ada bos yang memperhatikan saat Biyan masih diam padahal ada pelanggan yang memanggil.

Perlahan akhirnya Biyan mendekat. "Ada yang anda butuhkan, Tuan?" tanya penuh kehati-hatian.