Bertran telah mendapatkan kepercayaan dirinya lagi. Satu pernyataan mengenai keberadaan Axton di tanah air sudah ia keluarkan dengan bukti palsu yang lumayan menipu. Pihak Red Rabbit juga telah berhasil ia hubungi. Orang kepercayaan pimpinan Red Rabbit memintanya untuk tenang dan yang paling penting mereka berjanji akan meringkus Axton Axelcen. Karena selain karena masalah pertambangan, ada dendam pribadi yang sepertinya belum kelar.
"Kita ambil jalan tengahnya saja, Jito. Menjadi orang yang ambil keuntungan dari peperangan mereka. Jika Axton memang benar-benar ada di negara ini, Red Rabbit pun akan datang untuk meringkusnya. Kita tinggal melihat peperangan mereka sambil tersenyum bahagia. Lalu, kita tidak perlu bertanggung jawab soal kerugian atas pertambangan itu lagi," ucap Bertran lalu menyeruput kopi hangatnya.
Pagi ini memang sangat mendamaikan. Semua hal berada dalam genggaman. Ketakutannya terhadap Axton Axelcen juga memudar. Pasalnya, satu fakta lain mengenai dirinya yang memfitnah Sayap Hitam telah menodai nama Red Rabbit sudah ia katakan pada wakil dari Red Rabbit itu sendiri. Ya, fitnah memang lebih kejam daripada pembunuhan. Tampaknya, pernyataan itu memang benar.
Sementara televisi yang Bertran saksikan masih menayangkan pemberitaan mengenai korban lumpur pertambangan yang mengungsi. Kerugian mereka cukup fatal rupanya. Namun, Bertran tidak merasa iba. Ia tidak terlibat secara kasat mata, meski kenyataannya dirinya-lah dalang di balik bencana. Berkat suap yang diberikan oleh pihak Red Rabbit, Bertran bisa menghasut beberapa oknum. Dan ia bisa memasuki kawasan terlarang itu tanpa izin dan melakukan kegiatan pertambangan yang sangat menguntungkan.
Ketika bencana mulai terjadi, Bertran lepas tangan dan memfitnah Axton Axelcen. Bukankah aksinya sangat gila? Ya, benar-benar gila dan tidak manusiawi. Ia bahkan lebih buruk dari mafia, ia lebih kotor dari sekian pendosa. Namun, Bertran tidak pernah memikirkan dosanya, selain keamanan dan kesejahteraan hidupnya sendiri. Baginya, dosa-dosa yang ia lakukan tak lebih dari sekadar kesalahan kecil saja.
"Siapkan mobil untukku, Jito. Kita harus pergi ke kantor dan meeting seperti biasanya," ucap Bertran pada sekretaris pribadinya.
Jito menatap Bertran. "Tapi, Tuan, para wartawan masih—"
"Tidak apa. Aku bisa menjanjikan berita besar untuk mereka. Aku akan mengungkapkan kedatangan Sayap Hitam dan Red Rabbit di negara ini. Lalu, akan aku katakan bahwa mereka adalah dalang di balik bencana."
Senyum mereka di bibir Bertran, sampai gigi veneernya terlihat jelas. Ia pun bangkit dari duduknya dan lantas meninggalkan kopi serta televisi. Hari ini cukup bagus untuk bekerja, lalu hangout untuk mencari wanita cantik di klub malam sana. Ia ingat ada gadis cantik bernama Ameera yang bekerja sebagai pelayan di sebuah klub malam.
Namun, sang pemilik justru mengusirnya saat ia hendak meminta bantuan agar bisa bersama Ameera. Ia menginginkan setidaknya satu malam bersama gadis itu, siapa tahu sang pemilik klub sudah berubah pikiran. Lagi pula, Bertran sudah sangat haus belaian setelah sekian purnama menderita karena ancaman yang dikirimkan oleh seseorang. Bahkan dalam setengah tahun ini, ia jarang keluar kandang. Ia hanya takut jika tiba-tiba seorang penembak jitu meluncurkan peluru dari pistol yang mematikan. Karena mafia sulit diterka cara mainnya.
Belakangan ini ancaman itu jarang datang, ketika pernyataan Bertran semakin menguat. Dan menurutnya cukup pas untuk menikmati malam dengan si sosok Ameera yang cantik jelita. Ia berharap besar agar gadis itu masih bekerja di klub malam itu dan sang pemilik klub sudah dapat menerima kedatangan serta penawaran yang ia berikan.
Bertran masuk ke dalam mobilnya yang memiliki merek mahal. Disusul Jito yang merangkap sebagai sopir pribadi, selain sekretaris. Mobil melaju beberapa detik kemudian, lalu menyusup di antara banyaknya kendaraan yang mengisi jalan raya beraspal.
Gumaman lirik tak jelas terus keluar dari bibir Bertran di sepanjang perjalanannya ke kantor. Rasanya ia benar-benar lega, bak baru keluar dari penjara. Herannya sang mentari pun berpendar cerah, seolah memberikan sambutan hangat serta dukungan penuh atas kemenangan kecil yang ia raih.
Namun, tanpa Bertran sadari, seseorang telah mengintainya. Bahkan, saat ini sudah membuntuti mobilnya. Melainkan Justin yang akhirnya bergerak sendiri. Ia tidak meminta usulan atau izin dari Axton. Kondisu Axton yang kacau membuatnya pesimis. Di sisi lain ia tidak bisa hanya berdiam diri begitu saja. Ia harus membuat keputusan. Setidaknya, ia perlu mengawasi Bertran untuk saat-saat segenting ini.
Pasalnya kabar mengenai kejahatan Axton Axelcen sebagai pelaku pertambangan ilegal kembali menguat dengan bukti palsu yang tidak berdasar. Wajah yang tertera pada foto itupun hanya wajah buatan saja. Sayangnya, banyak pihak yang percaya. Identitas Axton masih aman, tetapi jika pihak aparat berhasil memverifikasi sosok Axton yang asli gara-gara kabar itu, posisi Axton di ambang kehancuran.
Jadi, sebelum keusilan Bertran semakin merajalela, Justin harus menghentikannya.
***
Di sebuah hotel berbintang lima. Pihak Red Rabbit tengah berada di sana. Identitas mereka juga disembunyikan. Namun, sang pimpinan tidak datang, hanya sekadar kaki tangan yang saat ini memimpin pasukan di Indonesia. Mereka memiliki rencana untuk mencari tahu di mana Axton Axelcen setelah sekian bulan berpatroli di Amerika.
Red Rabbit mencari Axton Axelcen di Amerika. Namun, mereka tidak berhasil. Satu markas yang mereka susup hanya kosong melompong, seolah ada perpindahan besar yang dilakukan oleh Sayap Hitam alias Black Wings. Entah. Axton Axelcen dan organisasinya sulit sekali dicari.
"Cari tahu saja apakah Axton Axelcen memang berada di negara itu, Leo. Ungkap keberadaannya dan konfirmasi padaku. Jika dia benar-benar ada di sana, aku akan segera datang. Aku yakin keputusan Bertran untuk membuat berita bahwa Axton memang ada di sana bukan hanya ide bodoh tanpa dasar. Sepertinya, seseorang yang mengancamnya adalah Axton atau pihak Black Wings," ucap seseorang alias pimpinan misterius organisasi hitam bernama Red Rabbit tersebut.
Leo, sang kaki tangan menyahut, "Bukankah datang ke negara ini sama saja bunuh diri, Tuan? Axton Axelcen tidak sebodoh itu, bukan?"
"Markas terbaik adalah tempat yang mengincarnya, Leo. Semua orang pasti tidak akan mengira bahwa Axton Axelcen ada di sana, karena cara pikir mereka sama seperti yang kau ucapkan barusan. Bagi kalian keputusan itu terlalu berbahaya, tapi bagi Axton atau bahkan diriku, keputusan itu cukup baik dan aman. Lakukan saja perintahku dan berhati-hatilah. Axton jauh lebih kejam dari ayahnya. Dia bisa menjadi penerus Sayap Hitam dengan identitas bukan warga Amerika asli. Kalau dirinya tidak hebat, rasanya tidak mungkin pimpinan Sayap Hitam sebelumnya mengambil keputusan itu."
"Baik, Tuan."
Leo menutup telepon, pun pada sang atasan. Kini waktunya beraksi. Ia harus menemukan Axton Axelcen dan membuat pria itu hancur. Organisasi Sayap Hitam juga harus dilenyapkan, setidaknya itulah misi yang diberikan oleh sang atasan untuknya sebagai wakil dari Red Rabbit. Pasalnya, Sayap Hitam alias Black Wings tidak hanya menguasai pasar gelap dan menjadi organisasi paling berkuasa, tetapi ada kesalahan yang dibuat oleh Sayap Hitam pada atasan Red Rabbit. Entah apa. Yang pasti dendam itu telah ada sejak pimpinan Sayap Hitam belum digantikan oleh Axton Axelcen.
***