Sebelum pulang dari rumah sakit, masuk kedalam mobil, alice meminta kepada neneknya, untuk memotret dirinya dan papa dan juga mamanya di luar rumah sakit, karena tempat ini, jadi tempat untuk pertama kalinya dia ketemu abel, setelah dicari kemana-mana gak ada, dan dia punya mama.
"Sini, biar om aja boz kecil yang fotoin."
Bayu didalam mobil, dia keluar dan melihat lilis yang akan mengambil potret ketiganya. Bayu menawarkan diri. Supaya nanti lilis bisa ikut foto.
"Iya om. Makasih ya om, nenek sini, sebelah mama," kata alice kepada neneknya. Lilis hanya mengangguk dan berdiri disebelah abel, mereka foto bertiga.
Abel baru ingat ayahnya yang masih dirawat di rumah sakit. Abel melirik kebelakangnya, ayahnya ad di lantai satu.
"Bu bos, lihatnya kedepan dong bu bos," kata bayu yang memotret ke-empatnya. Tapi setelah dilihat hasilnya, abel malah menoleh ke belakang, tak menghadap kamera.
"mama kenapa? Mama lihatin apa dibelakang?" tanya alice menatap mamanya.
"ahh, enggak sayang. Maafin mama, tadi mama belum fokus. Kita foto satu kali lagi ya om," kata abel kepada bayu. Bayu mengangguk.
Mereke pun mengambilkan beberapa foto lagi, sampai akhirnya selesai. Alice dan lilis masuk kedalam mobil. Lilis dan Alice duduk dibekakang, kenan membukakan pintu. Abel sendiri akan duduk dibelakang, bersama lilis dan alice, lalu kenan didepan. Ketika kenan membukakan pintu untuk abel, abel khawatir pergi tanpa melihat kondisi ayahnya.
"tuan, ayah saya. Saya mau melihatnya." Pinta abel kepada kenan. Kenan mengerti kenapa sejak tadi dia menoleh kebelakang.
Abel mendekatkan dirinya, seperti akan memeluk kenan, dan berbisik didepan kenan, tinggi abel sedada kenan. Alice dan lilis tak mendengarnya, keduanya melihat malah sangat romantis.
"ma, ada apa?" tanya alice kepada mamanya.
"pak bos, bu bos, mesra-mesraan mulu." Bayu juga melihatnya sama, dia malah menggoda keduanya.
"Sayang, mama mau ke toilet sebentar, sama papa, boleh ya?" tanya kenan berbohong kepada alice. Kenan menggandeng tangan abel didepannya.
"iya boleh pa." Jawab alice.
Kenan meminta bayu untuk menjalankan mobilnya, sedikit keluar dari depan pintu masuk rumah sakit, takut akan digunanakan untuk lalu lalang, meminta mencari tempat parkir yang pas, lalu kenan mengantat abel ke toilet, sebenarnya bukan ke toilet, tapi ke ruang rawat ayahnya.
Ayahnya sudah siuman. Abek dari luar senang melihatnya. Sementara kenan menunggu diluar.
"ayah."
Abel memberi salam dengan mencium punggung tangan ayahnya itu. Dia menarik kursi dan duduk disebelah ayahnya. Ada mama tirinya juga yang sejak tadi, bahkan kemarin, setia menemani ayahnya.
"Ayah udah gak apa-apa, ayah lebih baik? Ayah sehatan?" tanya abel kepada sang ayah.
Ayah abel yang struk hanya bisa mengangguk-angguk dan tersenyum kepada abel. Kebetulan dokter datang dan masuk bersama kenan. Abel terkejut, kenapa kenan masuk.
"Dokternya akan menjelaskan keadaan ayah kamu," kata kenan kepada abel.
Ayah abel meraih tangan anaknya itu, melirik abel dan kenan, seakan bertanya siapa laki-laki yang masuk ke ruangannya itu, kenapa sepertinya dekat dengan abel.
"Saya kenan, saya teman abel."
Dokter bilang, ayah abel tidak boleh mendengar kabar yang terlalu mengejutkan. Takut membuat jantungnya semakin bermasalah. Hubungan dan pernikahan dirinya dan abel juga, tidak jelas bagaimana. Kenan berjanji pada dirinya, dia tak akan pernah mencintai abel dan pernikahan ini hanya untuk alice.
"Doktet bilang, ayah tidak boleh banyak pikiran, nanti ayah bisa mulai terapi untuk struknya, kan dokter?" tanya kenan kepada sang dokter.
Sebagai bayaran untuk abel, kenan akan memberikan perawatan yang bagus dan baik untuk ayahnya abel, selama abel mau mengikuti semua perintahnya dengan baik, mau melakukannya.
"Makasih ya, kenan." Mama tiri abel yang berterimakasih, mewakili suaminya.
Kenan juga memberikan uang untuk pegangan mama tirinya abel. Tanpa sepengetahuan abel kalau ini. Ayah abel tersenyum dan menganggukan, seakan berterimakasih kepada kenan.
"Sama-sama. Saya hanya ingin membantu." Kata kenan kepada keduanya.
"Bisa bicara diruangan saya sebentar." Kata sang dokter kepada abel.
"Iya." Abel mengangguk.
Abel ikut dengan dokter, lalu kenan mengikutinya dari belakang. Ayah abel merasa kenan adalah laki-laki yang baik, yang menyukai abel dan melindungi abelnya. Abel dan kenab ikut ke ruangan dokter.
"Sementara ini, jantungnya sedikit bermasalah. Tapi kemungkinan, hal yang bisa kami lakukan untuk sementara waktu." Kata sang dokter kepada abel.
Ayahnya masih harus dipantau di rumah sakit, masih harus menjalani perawatan dan pemeriksaan yang lain, operasi juga untuk serangkaian untuk pemulihannya dan baru terapi yang lain.
Ayah abel mengidap stroke iskemik, sudah diberi obat-obatan untuk sementara waktu, tapi semakin parah, harus dilakukan operasi, tapi beresiko karena jantung ayah abel juga sedikit bermasalah sepertinya. Mereka masih harus melakukan pemeriksaan menyeluruh lagi.
Abel bingung harus bagaimana, dia ingin ayahnya sembuh total, dia sudah mendengar penjelasan ini dari dokter sebelumnya, tapi abel hanya bisa sebatas untuk obat-obatan yang dapat dia belikan untuk sang ayah, tapi kenyataannya, ayahnya belum sembuh juga. Abel menangis mendengar kata dokter.
"pilihan paling aman dokter, lakukan yang paling aman dan ayah tetap bisa sembuh. Tolong lakukan yang terbaik. " kata kenan mengambil alih untuk menjawab karena abel tak tau harus bagaimana. Dia memalingkan mukanya dari kenan. Malu kalau terlihat menangid didepannya.
Abel merasa sangat lega dan beruntung ada kenan dihadapannya. Abel berjanji pada dirinya sendiri, akan melakukan apapun yang kena mau dan perintahkan untuk membayat semua kebaikan kenan kepada ayahnya.
"Baik. Kami akan mencari jalan terbaik. Tenang saja, ayah anda pasi akan baik-baik saja dan sembuh seperti sedia kala."
"terimakasih dokter."
Kenan dan abel pamit. Dia mengusap air matanya dan kembali ke kamar rawat sang ayah, untuk pamit kepada sang ayah.
"ayah, abel ada kerjaan sama kenan. Abel mungkin akan jarang pukang, atau jenguk ayah, ayah abel minta maaf ya, abel nitip ayah ya ma. Nanti abel kirim uangnya untuk mama, untuk makan dan kebutuhan yang lain, untuk pengobatan ayah, semuanya sudah siap, ayah berobat sampai sembuhnya, sampai bisa jalan-jalan sama abel lagi. "
Abel mencium pipi keriput ayahnya itu yang kurus. Kenan juga ikutan pamit kepada ayahnya abel dan juga mamanya abel. Mamanya abel mengantar sampai kedepan ruangan.
"Abel nitip ayah ya ma."
"iya sayang, tenang saja. Baik-baik sama kenan dan keluarganya. Dia suka kirim orang kok buat cek kesinu, mama sudah makan apa belum, kasih uang buat makan mama juga."
Abel yang memeluk mamanya, kaget mendengar cerita tentang kenan. Dia melepas pelukan mamanya dan melirik kenan. Bagaimana dia memalukan itu semua tanpa mengatakan kepadanya?
Dia baik, abel kira dia orang yang arogan, sombong, karena punya banyak.
"Yuk, keluar. Alice pasti sudah nunggu lama," kata kenan kepada abel. Abel mengangguk. Dia pamit kepada mama tirinya.
Kenan dan abel jalan keluar rumah sakit. Abel menahan tangan kenan, lupa kalau dia tuannya. Kenan merasa jantungnya berdebar karena ini.