Abel salah tingkah, dia langsung berdiri dengan benar, dan mengedarkan pandangannya kemana saja. Asal tak menatap kenan didepannya. Abel tak bisa nengontrok detak jantungnya yang beretak begitu cepat.
"Cie, mama sama papa." Alice malah nenggoda keduanya.
"Papa mau telfon lagi, masih banyak urusan kerjaan." Kenan mencari alasan untuk kabur. Dia pura-pura sibuk mebelfon lagi.
"Yuk sayang, katanya mau nunjukin kamar kamu." Abel juga mencoba menglihkan suasana dan pembicaraan keduanya.
"iya ma."
Lantai satu itu, ruang tamu utama, dapur, dan kamar-kamar pembantu. Lantai dua, itu kamar tamu dan kamar bayu, lantai tiga itu kamar kenan, lilis dan alice, lantai tiga, tempat kerja kenan di rumah dan olahraga. Lantai empat bioskop dan cafe diatas, ada dapur juga kalau malas kebawah, lantai lima, itu full rooftop. Ada taman kaca diatas. Rooftop terbuka dan ada yang tertutup.
Alice menggandeng mamanya menuju ke lift. Alice mengajari mamanya, menunjuk kan lantai berapa tempat mereka harus tidur. Abel masih dalam mode syok dan mencoba menghafal semuanya tentang rumah ini, biar dia tidak tersesat mungkin.
"Papa ikut keatas, mau ambil berkas."
Baru juga mereka akan naik ke kamar atas. Baru juga akan menutup itu pintu lift, kenan menahannya. Dia ikut masuk ke dalam lift, bertiga dengan istri dan anaknya?
"kapan papa sama mau mau menikah? Harus ada upacara pernikahan kan papa mama? Yang di tv itu. Pakai gaun cantik, ya ma, nanti alice juga mau jadi penggantin ciliknya, yang pakai gaun cantik gitu."
Alice ada ditengah antara keduanya yang berdiri. Awalnya sunyi, tapi kemudian diisi oleh suara dari bertanya alice itu. Abel tak tau, semuanya terserah sang tuan, tuan kenan. Abel hanya melirik kenan.
"Alice maunya kapan? Cepet atau lama?" tanya kenan kepada alice.
"cepet papa, sekalian adik juga, kalau bisa besok." Pinta alice.
"Ya gak bisa lah sayang kalau itu. Kalau mau cepet, kita adopsi adik bayi di panti asuhan. Mau?" Tanya kenan kepada alice.
Alice menggeleng. "tapi nanti malam tidur bertiga ya papa, aku, papa sama mama." Pinta Alice kepada keduanya.
Abel tak pernah tidur dengan laki-laki disatu kamar, tapi, bukankah termasuk badannya sudah dia jual kepada kenan. Bisa dibilang seperti itu kah?
Kenan mengangguk. Abel juga terpaksa mengangguk. Tak lama liftnya terbuka. Kenan mempersilakan dua wanita yang penting sekarang baginya, keluar lebih dulu. Lalu dirinya. Kenan masuk ke kamarnya. Sementara alice menunjukan kamarnya dulu, baru kamar papanya. Kamar yang akan ditempati ketiganya nanti malam.
"Ini kamarnya papa mama, nanti malam kita tidur disini." Kata alice pada abel.
Alice mengajak abel masuk. Sementara kenan masih sibuk mencari berkas yang belum dia temukan juga. Entah dimana dia menaruh berkasnya, seingat dia di kamar, sebelum alice sakit.
"Papa nyari apa? Biar alice sama mama ikut bantu." Kata Alice membuat kenan terhenti mencarinya. Sejak tadi dicari tidak ketemu juga. Membuat kepala kenan sakit mencarinya.
"file papa, perasaan di kamar kok. Papa inget banget." Kenan memilih duduk dipinggir ranjang.
"filenya seperti apa? Mapnya warna apa atau bagaimana? Biar kita bisa bantu carinya?" abel mencoba mencari disekeliling kamar itu.
"map coklat tua seinget aku." Kata kenan sambil memijat kepalanya.
Abel dan alice pun akhirnya ikut mencari perlahan, di setiap sudut kamar, di atas meja, tumpukan apa pun, sampai ke lemari.
"Mungkin di lemari gak?" tanya abel kepada kenan. Dia melirik kenan yang memejamkan matanya dan memijat keningnya.
"Harusnya sih gak mungkin. Harusnya diatas meja."
Abel kasihan melihat kenan, tapi dia ingin membantu mencari filenya, sepertinya sangat penting. Abel mencoba membuka lemari dan mencari dengan teliti. Ada dibawah tumpukan baju kenan yang tertata rapi, dan disampingnya ada baju-baju wanita yang digantung. Sepertinya bekas milik mendiang mamanya alice.
"ini bukan?" tanya abel menunjukkannya kepada kenan.
Kenan mencoba membuka matanya. Benar itu. Kenan jadi ingat bagaimana dulu mendiang mamanya alice pintar sekali menemukan barang yang kenan hilangkan, yang kenan cari. Kenan jadi ingat mendiang mamanya alice yang juga sama persis sepeeti detik ini, seperti abel, menemukan filenya.
"iya ini bener. Ketemu dimana?" tanya kenan mengambil filenya dari abel dan memeriksanya.
"Alice istirahat ya. Papa ke kantor, ada kerjaan penting sekarang. Nanti suruh om bayu nyusul ke kantor ya."
Kenna bergegas, harus pergi ke kantor. Dia berdiri dan akan keluar kamar, abel menahan tangan kenan. Dia khawatir melihat kenan tadi memijat kepalanya.
"Kamu gak apa-apa, aku liat kamu tadi pijat kening kamu, yakin mau nyetir?" tanya abel kepada kenan.
"papa sakit kepala?" tanya alice yang memperhatikan keduanya. "Pasti gara-gara jagain alice di rumah sakit ya, tadi pagi mama, sekarang papa. Alice nyusahin ya." Alice malah jadi yang sedih, dia menunduk menangis.
"Enggak sayang. Papa alice kan sudah tua, tadi cari file, gak ketemu-ketemu, jadi kepalanya sakit." Abel beralih menghibur alice. Berlutut didepan alice, mendongakan kepalanya.
"hemm, jangan nangis ok. Bukan karena alice. Karena papa alice sudah tua."
"Apaa?" kenan yang mendengarnya langsung kesal. Kenapa jadi bawa-bawa tua, menghina dia. Kenan mengusap kepala aku berlutut didepannya, tapi perlahan menekannya.
"sakit sakit mas, kan bercanda. Tapi emang iya kan?" abel mencoba menyingkirkan tangan besar kenan dari kepalanya.
"Aku kan mau hibur abel."
Kenan mendapat telfon dari bawah, dari bayu, katanya bayu sudah sampai bersama dengan temanta abel. Abel senang sekali mendengarnya. Dia bisa main dengan alice dan juga fata sampai malam nanti. Mereka pun ikut turun dari lantai tiga. Naik lift lagi turun. Sesekali abel memperhatikan kenan, takut kalau dia masih pusing.
"Jangan bilang macam-macam didepan bos kecil." Kata bayu memperingatkan fara.
"iya."
Fara sudah bertemu dengan mama tirinya abel, mama tirinya abel juga sudah menjelaskan semuanya. Fata tak percaya kalau yang di sosial medianya, di facebooknya, bayu dan kenan ada didepan matanya dan benar-benar terjadi. Sahabatnya dibayar untuk menjadi ibu sambung, ibu pengganti alice?
Wow. Dengan rumah yang sangat besar juga. Fara juga masih terkesima melihat rumahnya yang sangat besar didepan matanya, disekelilingnya.
"bay, ke kantor ya langsung." Kata kenan pada bayu.
"iya pak bos."
Bayu hanya menurut. Mereka berdua keluar menuju mobil yang masih ada didepan. Tadinya fara ingin berbicara empat mata kepada abel, tapi abel menepis tangannya.
"bentar, aku mau bicara sama mereka." Abel menyusul keduanya.
Alice mengajak fara untuk melihat keluar. Lilis juga kebetulan keluar dari dapur. Dia juga penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh abel diluar dengan menyusul kenan.
"yakin mau ke kantor? Kepalanya emang udah gak pusing?" tanya abel yang membuat bayu dan kenan berhenti melangkah.
Ada apa dengan abel. Kenapa manis sekali. Fara juga heran, abel itu gak pernah welcome sama cowok, ini sampai perhatiannya banget. Baru kenal lagi. Apa karena uang? Tapi setau fara, abel bukan orang seperti itu.